Icip-Icip Kelezatan Kuliner Istanbul

Teh Turki dan Gozleme
Teh Turki dan Gozleme

Salah satu keenakan ketika berkunjung di negara yang punya banyak penduduk muslim adalah soal makanan. Bila di belahan Eropa lain, asal usul makanan harus diriset terlebih dahulu, di Turki, kami tinggal melirik menu, meneliti harga, sesuai atau tidak dengan bujet, jika cocok langsung duduk dan pesan.

Berhari di kota metropolitan di perbatasan dua benua ini, keluarga pelancong mencicipi aneka makanan. Mulai cemilan, manisan, makanan kaki lima, hingga makanan berat dengan lauk ayam, ikan, daging sapi, kambing, juga vegetarian. Pecinta daging seperti Bapak merasa sangat berbahagia di Istanbul. Apalagi cita rasanya sudah kami kenal sebelumnya.

Makanan kaki lima favorit kami adalah Simit. Roti cincin bertabur wijen berdiameter sekitar 20 cm. Harganya 1 lira (Rp. 5.000,-). Mengenyangkan dan disukai anak-anak. Gerobak penjual Simit ada di mana-mana. Di malam hari, ada penjaja Simit dalam nampan lebar di kawasan Sultanahmet. Kebab juga menjadi makanan kaki lima alternatif kami. Kebab biasanya dijual di kios kecil. Potongan ayam atau daging sapi bakar ini diisikan dalam roti mirip baguette. Harga mulai 2,5 lira. Di daerah Eminonu atau pinggir Bosporus bisa kita temukan perahu-perahu penjual sandwich ikan atau Balik. Ikan sarden segar dipanggang di atas kapal. Harganya mulai 5 lira.

Jus buah segar juga mudah ditemukan di seantero Istanbul. Harganya bervariasi. Jus jeruk mulai selira. Favorit saya, jus delima, 2 lira. Di rumah makan harganya mulai 5 lira segelas.

Roti Simit, Turki
Roti Simit, Turki

Orang Turki, khususnya Istanbul suka makanan manis juga. Tiap beberapa meter berjalan, Emak temukan toko atau kafe makanan manis. Yang paling banyak dijual adalah baklava dan lokkum. Baklava adalah pastry isi kacang-kacangan (almond, pistachios) siram saus gula. Yang isi pistachios Emak suka sejak lama.

Lokkum adalah manisan mirip agar-agar tapi lebih keras, terbuat dari sirup gula. Memiliki aroma buah-buahan dan sering diisi kacang-kacangan. Dijual dalam satu paket atau bisa ditimbang sesuai kebutuhan. Di kafe bisanya juga dijual kue-kue dan bubur manis. Ditemani teh Turki yang pahit kental sungguh sempurna nikmatnya.

Makanan Berat

Dibanding dengan destinasi lain di Eropa, harga makanan di Istanbul terbilang murah. Menu mengenyangkan terdiri dari nasi/bulgur/kentang goreng, roti, lauk dan salad segar dijual mulai 7 lira. Teh hitam, minuman nasional Turki, disajikan dalam gelas mini, 1-2 lira. Porsi makanannya pas di perut Emak. Di daerah ramai seperti sekitar Sultanahmet, Istana Topkapi, atau Grand Bazar, harganya agak mahal. Jika jeli ketemu juga yang relatif murah. Seperti Restoran Buhara 93 di belakang Sultanahmet, Jalan Nakilbant Cad. Kami bertemu rombongan jemaah umrah dari tanah air maupun negeri jiran di restoran ini.

Emak pasti bingung jika ditanya apa makanan terenak selama wisata kuliner di Istanbul? Semuanya enak. Bapak paling suka Kebab Iskender. Potongan daging domba muda bakar disajikan dengan saus tomat dan saus yoghurt. Beberapa kali mencoba kebab ini di Istanbul, rasanya masih kalah dibanding Kebab Iskender di kota asalnya, Bursa. Kebab lain yang juga enak adalah Kebab Adana. Berasal dari Kota Adana di selatan Turki. Terbuat dari daging domba cincang. Pedas.

Ikan Bakar di Istanbul
Ikan Bakar di Istanbul

Makanan favorit Embak di Istanbul adalah Pide. Kalau ke rumah makan, dia hampir selalu pesan makanan satu ini. Pide merupakan roti setebal kira-kira 1 cm berbentuk perahu. Bagian atas bertopping seperti pizza. Toppingnya bisa dipilih sesuai selera, berdaging maupun vegetarian. Anak saya suka pide bertopping keju.

Di malam terakhir, kami mengunjungi Cafe Mesale di Bazar Arasta. Bukan untuk makan sebenarnya. Namun untuk menonton penari Darwis beraksi. Setiap malam pukul delapan ada pertunjukan penari Darwis, gratis. Kami memesan Gozleme.

Gozleme segar dibuat oleh ibu-ibu setengah baya. Di banyak restoran bisa kita lihat ibu pembuat Gozleme. Membentuk adonan hingga bundar tipis, mengisi dengan keju, daun bawang, atau bayam, lalu membakarnya di atas wajan cembung dan lebar, tanpa minyak. Enak dimakan saat hangat. Kejunya terasa lembut dan lumer di mulut.

Deuhhh, jadi pengen ke Istanbul lagi, nih. πŸ™‚

6 Comments

  • ira

    @Mbak Rien: ho-oh, Mbak. Minus sambel ama nasi anget… πŸ™‚ Ikannya bakarnya enakkk bangettt. πŸ™‚

  • Iya mbak, aku pernah lihat Pide ini di street food around The world. Persis kayak Pizza. Hadew. kalau berkunjung ke Turkey Dilarang Keras berdiet. Pingin mencoba aneka kebab disana. Yummy ! Horeeeeeee fotonya banyakkkkkkk

  • Ikan bakarnya mengingatkanku pada kampung halaman di Sulawesi sana, mbak… ikan bakar gitu dimakan pake sambal mangga muda *lap iler…

    Di Singapur, pernah nyoba teh Turki, aku suka.. tapi pas nyoba makanannya aku lupa namanya.. rasanya aneeeeh…

Leave a Reply

%d bloggers like this: