Ikut Mengaji di Rotterdam

rotterdamAwalnya saat ke Rotterdam awal April lalu adalah untuk melihat acara Kampung Indonesia. Kami kira acaranya di Rotterdam. Kebetulan sedang ada teman yang lagi kursus di kota pelabuhan ini. Eh, ternyata acara Kampung Indonesia di Den Haag. Sudah capek berjam-jam menyetir dari rumah kemari, Bapak tidak mau lagi jika harus ke Den Haag. Kami putuskan berputar-putar saja di kota ini.

Inginnya kami memarkir kendaraan dan jalan-jalan di pusat kota. Ternyata, ongkos parkir di sana sangat mahal. Hitungannya dalam menit. Jadinya kami hanya mengunjungi mesjid, berbelanja, dan berputar-putar di dalam kota. Memotret sebagian Rotterdam dari kendaraan yang kami tumpangi. Setelah melihat Mesjid Mevlana dan sholat dhuhur di Essalam, kami bergerak menuju sebuah toko oriental. Letaknya di Parkhaven.

Rotterdam adalah kota terbesar kedua di Belanda, serta kota dengan pelabuhan terbesar di Eropa. Dimulai sebagai sebuah dam di Sungai Rotte, Rotterdam tumbuh sebagai pusat bisnis utama di dunia. Sebuah kota gemilang dan multi budaya. Terkenal karena universitasnya (Universitas Erasmus), arsitektur-arsitektur unik, budaya maritim yang kental. Esensi Rotterdam adalah pelabuhan raksasa. Salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Dari tahun 1962 hingga 2004, Rotterdam merupakan pelabuhan terbesar di dunia, sebelum mahkota tersebut diraih oleh Shanghai.

Kami pernah menyaksikan sebuah film dokumenter tentang pembangunan dam besar untuk melindungi pelabuhan yang disebut sebagai teknologi paling mutakhir yang pernah dibuat manusia. Sayangnya belum kesampaian melihat dari dekat dan tersebut.

Kembali ke Parkhaven, toko oriental yang kami maksud ternyata berada dalam sebuah kapal berarsitektur Cina. Di dalamnya juga ada sebuah restauran. Awalnya Emak tak sadar kalau berada di atas kapal. Emak pikir dia adalah sebuah bangunan yang dibangun di tas sungai. Tapi setelah merasakan goyangan saat berbelanja, baru terasa bahwa kami tak berada di sebuah bangunan di atas tanah. Isi toko oriental tersebut tak terlalu istimewa. Mirip toko lainnya di Maastricht. Namun disana kami bertemu dengan dua ibu orang indonesia yang telah lama bermukim di Rotterdam. Tahu kami tak punya tujuan jelas, Mbak Eva, salah seorang ibu baik hati tersebut mengajak kami ke rumahnya.

Di rumah beliau, kami dijamu banyak makanan. Alhamdulillah. Kami dapatkan teman baru di kota ini. Kami bertukar cerita mengenai banyak hal. Tentang kondisi politik Belanda dan Jerman saat ini. Kehidupan orang muslim di negeri Belanda, dan masih banyak lagi. Sorenya kami diajak mengaji bersama beberapa orang indonesia lainnya di sebuah sekolah muslim di pusat kota Rotterdam. Begitu terasa kentalnya rasa persahabatan dari teman-teman baru ini. Padahal kami baru bertemu mereka sekali. Hingga hampir tengah malam, kami mendapat siraman ilmu, makan-makan dan mengobrol lagi dengan lebih banyak orang. Lalu masih pula kami diantar hingga bertemu teman dimana kami menginap di jantung Rotterdam. Jalan-jalan kali ini, walau tak banyak tempat wisata kami kunjungi dan kami lihat, sungguh berkesan berkat pertemuan dengan orang-orang berhati mulia.

Leave a Reply

%d bloggers like this: