Yogyakarta selalu punya alasan bagi kita untuk selalu kembali. Tak hanya tempat ramai turis seperti Malioboro, Keraton dan Pasar Beringharjo. Kampung-kampung seperti Kauman, Pecinan, Prawirotaman, dan Sosrokusuman tak kalah menarik untuk dijelajahi. Dan jangan lupa, Yogyakarta punya istana air bernama Taman Sari. Yap, tidak salah baca, memang istana air. Tak kalah dengan istana serupa di Eropa.
Taman Sari letaknya sekitar 500 meter di belakang Keraton, dekat dengan Alun-Alun Selatan. Kita bisa berjalan kaki dari Keraton ke Jalan Taman dan masuk kompleks Taman Sari. Luasnya mencapai 10 hektar. Terdiri dari beberapa atraksi wisata utama yang menyebar di antara permukiman penduduk.
Butuh setidaknya setengah hari agar puas mengeksplorasi atraksi wisata ini. Tarif masuknya pun sangat terjangkau. Rp. 3000,- per orang. Masuk dalam kompleks, beberapa orang menawarkan diri untuk memandu kita di sana. Banyak pemandu lancar berbahasa asing, terutama Inggris. Masuk tanpa pemandu pun tak masalah. Siapkan peta yang bagus agar mudah berorientasi.
Taman Sari sejatinya adalah taman keraton Yogyakarta. Dibangun kala Sri Sultan Hamengku Buwono I dan II. Merupakan bangunan multi fungsi. Selain sebagai taman juga pemandian, sarana rekreasi keluarga sultan, dan benteng pertahanan. Tembok-tembok tebal dan lorong-lorong rahasia di bawah tanah mengentalkan fungsi pertahanan di kompleks tersebut.
Tak semua bangunannya masih utuh seperti saat pertama kali dibangun. Gempa bumi memporak-porandakan sebagian isinya. Beberapa bagian Taman Sari dulunya dibuat sebagai danau buatan atau Segaran. Tempat sultan dan keluarganya bersampan. Sekarang bagian danau telah menjadi permukiman penduduk yang dikenal sebagai Kampung Taman.
Keindahan segera menyapa saat kita mendekati gerbang masuk. Pot-pot tinggi dipasang berbaris di tepi jalan. Di sela-sela taman tumbuh pepohonan rindang. Tembok dan gerbangnya berwarna terang. Dua naga menjadi ornamen penghias gerbang. Dekat pintu pagar. Seolah-olah berfungsi sebagai penjaga pintu.
Melewati penjaga tiket dan menuruni undakan, pengunjung akan segera menemui kolam dikelilingi tembok dan bangunan. Airnya jernih. Namun dasarnya berwarna hijau. Ia juga dikelilingi pot-pot besar. Inilah Umbul Pasiraman. Kolam-kolam tempat sultan, para putri dan istri beliau mandi. Air muncrat keluar dari kolom-kolom yang bagian atasnya mirip payung. Di sebuah dasar bangunan tampak air mengalir dari mulut kepala naga bermahkota. Di atasnya adalah bangunan berlantai tiga.
Pengunjung boleh masuk bangunan ini. Yang dulunya menjadi kamar pribadi sultan. Jika kita naik hingga lantai tiga, akan tampak seluruh Umbul Pasiraman dan perumahan di luar tembok. Di sebelah bangunan ini adalah Umbul Binangun, kolam pribadi sultan.
Keluar dari kompleks pemandian, kita bisa menuju halaman luas bernama Gedhong Lopak-Lopak. Seperti bagian lain taman, halaman terbuka ini memiliki pot-pot tanaman ukuran raksasa dan pohon-pohon tinggi nan rindang. Ayam bebas berkeliaran.
Paling menyolok mata adalah Gedhong Gapura Hageng. Gapura jangkung bertingkat dengan ornamen cantik. Mirip sayap-sayap di bagian atasnya. Fasadnya seperti ukiran. Sekilas, bentuknya bisa mengingatkan kita akan Gunungan dalam wayang kulit. Zaman dahulu ini gerbang utama menuju pemandian. Sekarang sudah ditutup.
Setelah melewati rumah penduduk, toko-toko cinderamata, dan mengamati ibu-ibu sedang membatik, naik turun undakan, tak selayaknya kita melewatkan Sumur Gumuling. Pintu masuknya berada di bawah sebuah bangunan beratap panjang dan terlihat kokoh.
Menuruni undakan tinggi, sampailah kita di lorong panjang di bawah tanah. Temboknya terlihat tebal dan sebagian agak temaram. Saat hawa di luar panas, di sini terasa lebih sejuk. Konstruksi kuno ini dulunya sebuah masjid. Disebut juga Masjid Pendhem, karena letaknya di bawah tanah. Bentuknya melingkar.
Dari celah-celah berbentuk busur, orang keluar lalu naik menuju empat tangga yang menyatu. Tangga kelima akan membawa kita ke lantai atas. Kelima tangga tersebut melambangkan rukun Islam. Sumur berada di bawah tangga. Tangga ini tempat foto favorit pengunjung. Selalu saja mereka berhenti sejenak dan berpose saat menaikinya.
Sebelum gempa merusak sebagian isi Taman Sari tahun 1867, Pulo Kenongo berada di tengah Segaran. Dinamakan Kenongo sebab dulu bunga kenanga banyak ditanam untuk mengharumkan wilayah ini. Sekarang bagian ini belum direnovasi. Menyisakan tembok-tembok tebal dan beberapa puing.
Di taman sari ini tempatnya sejuk, selain taman air juga ada tempat di atas utk melihat bangunan sekitar taman sari yg dikenal dgn ngasem. Ke sini lagi mba ira.
Katanya airnya bikin awet muda, bener nggak? aku tak raup ben selalu unyu, hehehe
wah aku sudah lama ke sininya . lagi anak2 masih kecil
Wah tempatnya unikya boleh ne kalo ke jogja mampir ke sini,
@Ima: Semogaaa bis ake sana lagi dan eksplor tempat2 ciamik lain di Yogya… aamiin
@EMakMbolang: Aku wingi nyelup sikil thok.. Sikilku doang sing awet enom mengko. hehehe
@Hastira: yup… kami jg dah tiga tahun lalu. Pas YOgya panas banget… 🙂
@Septian: Ayo mampir. Destinasi wisata kita sangat beragam dan tidak membosankan.
5 tahun lalu pernah ke Taman Sari. Kolam airnya sedang direnovasi. Aku fobia tempat sempit semacam terowongan, ga berani masuk, cuma diluaran saja. Kalau rame2 sekitar selusin orang, mungkin aku mau coba 😀
@Mbak Rien: aku juga agak2 fobia di ruangan2 seperti ini. Tp kalau yang ada udara segar dan gak pengap, aku masih bisa tahan. 🙂