Lima hari di Amman, kami sering ditemani hujan. Cuaca Amman beda banget dengan Aqaba. Di Aqaba sudah serasa musim panas. Dengan suhu mendekati 30°C. Di Amman dingin, berangin, hujan. Masih serasa cuaca musim semi Jerman. Tapi yah, gimana lagi. Maunya seh pas booking tiket sekalian booking cuaca bagus selama perjalanan. Tapi kan, mana mungkin?
Hari keempat di Amman, kami bertolak menuju Quseir Amra. Salah satu destinasi utama Yordania yang masuk dalam daftar #UnescoHeritage. Lokasinya kira-kira 80 km di sebelah timur Amman. Butuh hampir satu setengah jam dari hotel kami hingga sampai ke sana.
Perjalanan mobil menuju ke sana ajah sudah seru habis. Dari Amman, ke pinggir kota, lalu lewat deretan penjual besi rongsok dan daerah industri entah apalah itu. Makin lama makin sepi. Tak ada kendaraan umum lewat. Yang mobil sewaan kayaknya hanya mobil kami. Khawatir susah mencari pom bensin di perjalanan, dan njagani kalau ada apa-apa, kami isi dahulu bensin mobilnya. Untung cuacanya meski sempat agak mendung dan rintik-rintik, lumayan bersabahat. Pas sampai Quseir Amra bahkan kami mendapatkan langit biru. Alhamdulillah.
Setelah Amman, tak ada kota lagi kami lewati. Hanya sebuah kompleks militer yang mirip sebuah desa kecil. Di bagian depan, banyak sekali mobil parkir. Jalan nomor 40 yang kami lewati merupakan jalur darat Yordania menuju Saudi Arabia dan Irak. Duh, coba kalau ke kedua negera itu gak perlu visa, pasti keluarga pelancong sudah bablas ke sana. Yang membahagiakan, waktu berada dekat perbatasan Saudi Arabia, kami mendapatkan sebuah sms, yang mengabarkan kami di Saudi Arabia. Yah, gapapalah meski sms-nya doang yang nyampe sana. Inshaa Allah raga kami berempat bisa menyusul ke kota suci kami. aamiin ya robbal aalamiin…
Yang banyak lewat ke arah sono adalah truk-truk bermuatan penuh. Jalanan tersebut terpencil namun lumayan bagus kondisinya. Di sisi kanan kiri jalan hampir hak ada apa-apa kecuali hamparan padang luas sekali. Disebut padang apsir murni, enggak juga. Karena masih ada tetumbuhan seperti rumput dan sedikit semak. On the way Quseir Amra kami lewati sebuah desert castle lainnya, Qasr Kharana. Sepi. pagar depannya tertutup. Sepertinya tak buka untuk umum.
Umayyad Desert Castles
Yordania memiliki banyak istana padang pasir. Umumnya dibangun oleh Dinasti Umayyah. Seperti Qasr Azraq, Qasr al Qastal, Qasr al Muwaggar, Qasr Hammam ash Sarah, Qasr Tuba, Qasr Mshatta yang fasadnya pernah Emak lihat di Museum Pergamon, Berlin, serta istana-istana lainnya. Kabanyakan lokasinya di timur dan utara Yordania.
Kastil-kastil atau istana kuno ini dibangun di padang pasar, menyerupai sebuah benteng kecil. Daerah tempat dibangunnya dahulunya merupakan propinsi Bilad ash Sham. Meliputi sebagian Yordania, Israel, Palestina, dan Syria moderen.
Menurut Wikipedia, istana-istana padang pasir tersebut didirikan antara tahun 660 – 750 masehi. Ketika Islam berada di bawah kekhalifahan Dinasti Umayyah. Tahun 661 ibukota dipindah ke Damaskus, Syria. Kemudian tahun 750 pindah lagi ke Baghdad yang lebih moderen. Tak semua bangunan tersebut selesai pembangunannya. Tak semua istana berada di padang pasir. Satu istana berada di pusat kota Amman (Citadel Amman), dan beberapa berada di daerah yang subur dan hijau.
Tujuan pembangunan istana-istana tersebut, belum diketahui dengan pasti. Sebagian besar, kosntruksinya dibangun lengkap: memiliki, pemandian, sumur, bahkan terhubung dengan daerah pertanian. Ada yang berpendapat, fungsinya berhubungan dengan pertanian, perdagangan, permukiman, serta pertahanan.
Istana Padang pasir Quseir Amra
Istana Quseir Amra sudah keliatan dari jalan raya. Tempat parkirnya luas. Isinya kira-kira lima mobil termasuk mobil sewaan kami. Di pinggir parkiran berdiri sebuah tenda Bedouin hitam. Pas Emak intip, orangnya jualan teh dan sedikit cinderamata. Kami masuk, ke visitor centre. Menyetempel #JordanPass. Ndak usah mbayar lagi tiket masuk sebesar 2 dinar Yordania.
Dari visitor centre ada jalan setapak menuju bangunan istana. Quseir Amra jauh lebih kecil dibanding bayangan Emak sebelumnya. Di foto-foto kayaknya lebih gede ukurannya.
Istana padang pasir Quseir Amra merupakan salah satu yang paling terpelihara di Yordania. Termasuk interiornya. Dipercaya dibangun sekitar abad 8 masehi. Di dekat Wadi Butum, sumber air musiman. Bangunan yang tersisa ada dua. Bangunan utama dan bangunan tanpa atap yang terhubung dengan sebuah sumur dalam. Keduanya konon merupakan sisa dari kompleks luas yang terdiri dari caravanserai, pemandian, tempat peristiratan saat berburu, dan istana utama.
Jika tempat relatif kecil ini bisa masuk dalam situs warisan budaya Unesco, tentunya ia memiliki keistimewaan. Menurut Unesco, yang bikin istimewa itu, selain kondisi bangunan relatif terpelihara, fresko-fresko di dalamnya masih bisa dinikmati hingga kini. Padahal sudah 13 abad berlalu. Yang bikin unik lagi, lukisan-lukisan dinding di awal perkembangan seni islam ini, menunjukkan pengaruh dari tema-tema klasik paganisme.
Anak-anak gak mau ikut ke dalam istana. Pilih nunggu di mobil aja. Jadi Bapak dan Emak bergandengan tangan berdua masuk istana. *penting nih disebutin* Berasa raja dan ratu. Pintu istananya dari kayu. Ada beberapa orang di dalam sana. Satu rombongan turis Italia. kayaknya dah nyewa guide sendiri.
Baru masuk ruangan utama, reception hall, temboknya dah penuh fresco. Gak semua utuh. Tapi sebagian besar bisa dikenali dengan jelas bentuk-bentuknya. Ruang-ruang di bagian dalamnya agak remang-remang. Jendelanya tinggi dan berukuran kecil.
Pintu masuk dan keluarnyanya hanya satu. Sisanya tembok batu. Seorang laki-laki bersorban menjadi pemandu. Menerangkan beberapa hal pada turis. Kami pilih berkeliling sendiri. Tak bisa lama-lama karena ninggalin anak-anak di luar.
Tembok dalam dan atap bawah dipenuhi lukisan dinding. Menggambarkan manusia, tumbuhan, serta hewan-hewan. Gambar di atap dibatasi kotak-kotak. Manusia-manusia digambarkan dalam berbagai pose. Sepertinya menunjukkan macam-macam profesi mereka. #EmakAsalNebak. Bagian yang tak boleh dimasuki oleh pengunjung dibatasi oleh pagar.
Bangunan tanpa atap di luar bangunan utama adalah sumur dan pemandian. Tembok batu bagian ini tampak baru dan rapi. Tak terlihat bekas cuilan. Sepertinya sudah direnovasi. Kayu-kayu di atas sumur pun mestinya belum lama diganti, yah. Hebat juga kalau awet sampai 13 abad lebih. hehe.
Meski tak terlalu besar, tempat ini sungguh menarik dan mengesankan. Apalagi videonya lalu tayang di NET TV. Tambah hepi deh, Emak. 🙂
How to get there
Ya, seperti banyak tempat di Yordania yang tak ada akses kendaraan umum, untuk menuju tempat ini kita kudu ikut tur atau sewa kendaraan sendiri. Atau mungkin nebeng supir truk ynag mau ke arah Irak ataz Azraq. Kalau nyetir sendiri, dari Amman cari jalan no. 40. Ikuti saja jalan utama tersebut hingga sampai Quseir Amra.
Apa istana2 itu di bangun juga di tinggali ??? ada bekas2 peradapan gitu ??? mengingat sebagian blm sempurna jadi nya
@Kak Cumi: ada yang ditinggali, ada yang katanya cuma ditinggali musiman, Kak.
iya mbak, kadang UNESCO nggak lihat besar kecilnya bangunan, tapi sejarah dan juga seni yg ada didalamnya. moga semakinbanyak bangunan di Indonesiamasuk UNESCO biar terpeluhara dg baik
@Zulfa: aamiin… Semoga ya Zulfa. Biar nama Indonesia lebih dikenal orang.