Tahun ini keluarga pelancong merayakan lebaran Idhul Fitri di kota Bonn. Bersama banyak sekali warga negara indonesia lainnya. Sebab punya tiket harian, kami ingin memanfaatkannya untuk jalan-jalan setelah halal-bihalal usai.
Acara lebaran selesai sekitar pukul dua sing. Cuaca kurang mendukung hari itu. Hari mendung tebal dan kemungkinan tebal bakal terjadi hujan. Mulanya kami ingin ke Königswinter, kota kecil dekat Bonn. Dimana ada puri terkenal Drachenburg. Memakai baju lebaran dan sepatu tak cocok untuk mendaki perbukitan, kami batalkan. Seorang teman, Pak Tomi, mengusulkan agar kami ke Schloss Augustusburg (istana di kota Brühl). Brühl terlatak antara kota Bonn dan Cologne. Mudah dicapai dengan kereta api.
Hujan deras mengguyur saat kami berada dalam kereta api menuju Brühl. Syukurlah hal ini tak berlangsung lama. Saat kami tiba di kota ini, meski mendung masih menutup langit, hanya gerimis kecil menyambut kami. Untungnya lagi, istana ini letaknya sangat dekat dengan stasiun kereta api. Terlihat jelas setelah keluar stasiun. Jalanan sedikit becek. Namun tak menurunkan semnagat kami untuk jalan-jalan keliling dan berfoto. Menurut Mas Riza, saat Bonn masih menjadi ibukota Jerman Barat, kanselir seringkali ‘membawa’ tetamu negara kemari.
Kami masuk gerbang istana dan berkeliling dalam kompleks. Tak perlu membayar untuk memasuki areal ini. Bea masuk dikenakan hanya bagi mereka yang ingin masuk ke dalam gedung istana. Dari luar tampak bahwa sebagian eksterior gedung sedang direnovasi. Tampak beberapa orang keluar masuk gedung. Walau tak banyak, kami lihat beberapa turis asia berseliweran di sini.
Menurut informasi Wikipedia, Erzbischof Cologne, Clemens August I dari Bayern (1700 – 1761) dari dinasti Wittelsbacher memerintahkan pembangunan istana bergaya barock di reruntuhan istana Augustusburg sejak tahun 1725. Arsiteknya adalah Johann Conrad Schlaun.
Kami segera berbelok ke kiri menuju taman istana. Taman ini juga dibuka gratis untuk umum. Meski demikian, tak banyak orang kami lihat disana. Disambut deretan pepohonan rindang mirip barisan. Bagian tengah peponan adalah kompleks taman. Terdiri dari lima kolam dengan air muncrat di tengahnya. Empat diantara berbentuk lingkaran. Menyusuri tepian taman, kami berhenti lama di kolam paling ujung, satu-satunya yang tak berbentuk lingkaran. Lama sekali kami berfoto keluarga disini. hasilnya sunggu indah. Berlatar belakang istana dan kolam di dalam taman, foto-foto kami disana seperti dipotret di dalam sebuah studio foto. Sebab latar belakangnya lebih mirip lukisan.
Saat itu kami tak tahu bahwa masih ada satu istana lagi di belakang deretan pepohonan di belakang taman. Falkenlust namanya. Akan tetapi sebab sudah capek dan ingin mampir berbelanja dahulu di Cologne, kami putuskan kembali ke stasiun. Naik kereta api lagi menuju Cologne.