Jika sedang di Bremen sekaligus sowan mal Waterfront, toko mode ini tak kami lewatkan, Primark. Sebuah jaringan toko mode yang harga barangnya relatif murah meriah ramah kantong.
Emak dan keluarga pelancong juga belum lama ini kenal Primark. Jaringan ini pun belum terlalu lama eksis di Jerman. Tepatnya baru muncul di kota Essen, Jerman, tahun 2012. Namun setiap kali buka toko baru, pengunjungnya berjubel. Sekarang Primark bisa kita temukan di kota-kota besar di Jerman.
Menurut informasi Tokopedia, Primark merupakan jaringan toko mode yang berpusat di kota Dublin, Irlandia. Saat ini, di seluruh Eropa terdapat hampir 300 toko dengan jumlah pekerja total hampir 50 ribu orang. wohohoho.
Di antara beberapa toko Primark, keluarga pelancong baru bertandang ke cabang Bremen saja. Padahal toko terdekat dari rumah sebenarnya adalah Primark cabang Köln. Kira-kira 45 menit perjalanan dari rumah. Kalau ke Köln belum pernah sempat mampir. Tidak niat juga, sih. hehe.
Pertama kali masuk di Primark Waterfront Bremen, Emak terkesima dengan luas tokonya. Wow, luas banget. Cabang Primark paling luas berada di kota Manchester, Inggris, dengan 9.300 meter persegi. Terdiri dari tiga lantai. Sedangkan Primark terluas di Jerman ada di kota Hannover. Punya empat lantai. Di Bremen, entah berapa luasnya. Ia hanya menempati satu lantai.
Keunggulan Primark ini ada pada segi harga. Relatif murah-murah. Ketika sedang obral, harganya benar-benar dibanting. Sampai kadang Emak mikir, kalau sebuah T-shirt orang dewasa dijual seharga 2 euro (Rp. 29.000,-) per biji, kira-kira modalnya bahan ama tenaga kerjanya ketutup gak, ya?
Ini juga seh yang sering jadi kontroversi toko-toko yang berani menjual harga murah seperti Primark. Salah satu pengkritik, Hubertus Thiermeyer mengatakan, bahwa jika ada yang membeli T-Shirt seharga 2 euro juga harus tahu, bahwa orang lain ikut membayar harga tersebut. Menurut Björn Weber, masih dari Wikipedia, sistem kerja pembuat baju untuk Primark kurang bagus. Mereka bekerja 12 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.
Akan tetapi, bagi pembeli, semuanya mah lewat saja, gak ambil pusing. Termasuk juga Emak. Yang dengan senang hati keluar masuk Primark. Mencari harga diskonan termurah dengan sadar dan bahagia. Tidak pernah memikirkan, bagaimana baju-baju diskonan tersebut diproduksi.
Bila ke Primark, barang yang paling sering masuk tas belanja adalah baju anak-anak. Mereka sedang tumbuh. Baju-baju berganti cepat sesuai dengan tinggi badan mereka. Demikian pula dengan celana dan sepatu. Barang di Primark cocok untuk mereka. Atau buat mereka yang suka gonta-ganti busana untuk mengikuti tren mode dunia.
Kalau Emak perhatikan, sebagian besar luas toko didedikasikan untuk perlengkapan wanita. Rak-rak dan gantungan baju berderet-deret. Orang mengambil baju seperti mengambil kacang goreng. Sepertinya tanpa pikir panjang, mereka langsung memasukkan ke tas atau troli belanja. Kadang ada yang mencoba baju-baju bukan di ruang ganti. Namun langsung buka baju luaran di muka umum, lalu pasang baju percobaan.
“Ih geli juga, yah,” kata Bapak.
Di jaringan mode ini, kami sering mendapatkan produk denim model cantik. Cocok dengan selera kami. Terutama karena harga terjangkaunya. Celana denim untuk dewasa misalnya, dijual mulai 7 euro per biji (Rp. 100.000,-). Jaket denim, baik untuk pria dan wanita, tersedia dengan berbagai macam model. Emak ynag kurung pakai denim skintight pun masih keliatan longgar. Bapak dan Adik pun berkali dapat celana denim murah-meriah. Emak belum pernah. Belum dapat ukuran yang cocok, seh. hehehe.
Berkali belanja di Primark, belum pernah Emak dapati toko ini sepi pengunjung. Malah kalau lagi ramai banget, kemriyek sekali. Abis membuka lipatan atau menjajal baju, banyak orang meninggalkannya begitu saja. Dirapikan lagi oleh puluhan pekerja Primark yang masih muda-muda dan berseragam hitam. Kalau yang di Bremen banyak pekerja wanitanya memakai hijab. Alhamdulillah.
Antrian panjang hampir selalu terjadi menjelang kasir. Padahal dah ada dua deretan panjang kasir. Pembeli mengantri di tempat yang disediakan. Nomor kasir yang kosong akan terpampang di display dekat antrian. Enak. Gak ada yang rebutan kalau sudha dibuat sistem seperti ini.
Murah juga ya denim disana, harganya hampur sama DG Negri kits. Duly, kukira harga denim di eropa sekitar 500rb an. Klo me Eropa bilehlah belanja belanja juga 🙂
@Zulfa: Lek nang Primark denim pancen murah, Zulfa. Tapi lek nang jaringan toko liyane regane iso 2-3 kali lipat. 🙂
Iih.. itu jaket denimnya manis-manis ya mbak.. Aku suka warna denim yang agak-agak pudar gitu. Harganya juga terbilang murah ya.
@Mbak Dee An: yoi, Mbak… Banyak pilihan warna denimnya. Jaket ini aku juga suka warna dan modelnya. Makanya langsung minta fotoin ke suami..
Primark yang di Manchester luas banget ya mbak. Kebayang kayak apa jika mengelilinginya.
Denimnya bagus tap murah2. Seneng bangeeeet bisa ada yang begitu 😀
@Mbak Rien: aku gak kebayang, Mbak. Di Bremen aja gempor. Belum pernah kami susuri satu persatu barangnya. Biasanya udah tahu mau nyari apa. Kalau dah dapet, sebisa mungkin langsung bayar, dan pulang. Bahaya kalau kelamaan di tempat kayak gini, Mbak. Nggak menyehatkan buat dompet. hehe.
Eh denimnya murah ya mba. Iya geli juga tuh buka2 baju di tempat umum. mungkin mereka sudah biasa ya
@Zahra: yoii, Zahra mayan murah. Cocok buat anak-anak yang tumbuh sehingga kudu sering ganti ukuran ynag lebih besar.
He-eh mereka dah biasa. Tambah geli lagi kalau musim panas, Zahra. Mereka abis jalan di luar keringetan gitu trus buka baju, nyoba2 baju baru…. ihhhh
paling pas untuk bepergian dan hawa di sana ya denim ya mba.. nyobanya dirangkap gitu ya mba?
@Ima: Betul, denim nyaris bisa dipakai segala musim. Pas musim dingin tinggal ditambahi long john… Nyobanya ada yg dirangkap, ada ang buka baju luaran di depan umum… 🙂