Jember Expo 2015

Pameran kota Jember
Pertunjukan seni Jember expo

Kota penuh acara

Hampir setiap minggu, Emak temukan ada event atau acara di Jember. Pertunjukan dangdut, expo, lomba olah raga bola voli antar kecamatan, lalu acara Expo yang berlangsung seminggu penuh.

Jember Expo sejatinya mirip pameran pembangunan zaman dahulu. Akan tetapi pesertanya jauh lebih sedikit. Yang dulunya sealun-alun penuh. Sekarang hanya menempati satu sisi sahaja.

Acara Pameran

Waktu mengetahui bahkan ada Jember expo aka pameran, Emak sangat antusias. Terbayang kemeriahan pameran zaman dahulu. Ke pameran artinya dibelikan plembungan. Alias seifenblasen atau balon tiup dari sabun. Waktu itu dikemas dalam wadah plastik kecil kira-kira segenggaman anak kecil. Plus kawat buat dicelupkan dalam larutan sabun dan meniupnya. Mainan keren nan jadul.

Di hari pembukaannya, tanggal 31 Oktober, Emak sudah jam 10-an ngetem di kantor Pemda sebelah alun-alun. Katanya pembukaan jam 10 pagi. Tapi kok suasana masih adem ayem. Tenda-tenda warna putih baru sibuk dipasang sehari sebelumnya. Barang-barang yang dipamerkan sebagian belum dipajang di hari H. Alias sebagian tenda masih kelihatan melompong.

Yaaaa…. akhirnya rencana masuk areal pameran kami batalkan. Mending wisata kulineran ke Bakso Arrohmah sahaja. Cerita tentang bakso Arrohmah yang super duper seru menyusul, yaks! *lebay*

Sebetulnya Emak sudah kehilangan semangat mengunjungi expo. Akan tetapi, karena bermaksud mencari oleh-oleh suvenir, maka sahabat Emak mengajak masuk pameran. Siapa tahu di sana nemu, katanya. Oke deh.

Maka malam-malam kami meluncur ke alun-alun. Kalau dari luar kompleks pameran, pamerannya terlihat biasa ajah. Gak terlalu ramai. Emak kaget waktu melihat loket tiket. Walau nominalnya hanya Rp. 5000,- . Sebab seingat Emak dahulu kagak ada tiket masuknya segala. Ya sutralah. Pamerannya berlangsung sekitar seminggu. Tgl 31 Oktober sampai 7 November.

Masuklah kami ke dalam kompleks. Lewat gapura di sisi alun-alun dekat dengan tempat bermain anak. Ada ibu-ibu berswafoto sebelum masuk. Kami ketemu tenda polisi, lalu memutuskan masuk ke dalam tendanya perhutani. Walau sederhana, tenda milik perhutani ini menurut Emak lumayan informatif dibanding tenda-tenda pameran lainnya.

Di dalamnya ada produk yang dijual. Misalnya madu hutan, pahatan kayu, anyaman dari tumbuhan bernama ban-banan. Sekilas mirip dengan anyaman rotan. Selain itu, di sebuah meja berderet brosur informasi lokasi wisata yang dikelola perhutani. Emak melirik brosur Tanjung Papuma sebentar.

Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju tenda lainnya. Ada sebuah tenda berisi craft. Pernak-pernik lucu dan kreatif. Emak mencari tas etnik atau tas anyaman. Yang terbuat dari eceng gondok, rotan, kayu, atau pun bambu. Tidak kami temukan di tempat ini.

Jual Cheongsam anak
Baju merah ceria

Ketemunya stan kecil edamame. Ada beberapa produk ditawarkan. Pengen nyoba keripik tapi stok makanan di rumah masih banyak banget. Ya udah keliling ajah terus. Melihat-lihat stan sepatu serta pisau dari Tulungagung.  Ada yang jualan mebel. Mebel pabrikan kayak lemari dan spring bed. Lalu baju-baju merah merona cheongsam anak. Ingin beli satu buat Adik. Keburu ingat kalau koper bawaan telah semakin menggelembung sahaja. Ada pula satu stan batik. Tapi bukan batik Jember. Jualannya daster, baju batik anak cakep-cakep, rok, serta kain batik lainnya.

Isi stan-stan dan tendap ameran menurut Emak tidak terlalu menarik. Jauh sekali dari woro-woro di spanduk besar-besar yang dipajang di tempat-tempat strategis kota Jember. Yang katanya ada expo wisata, kuliner dan investasi, lha dalah isine ngunu thok. Jauh dari pengharapan Emak. Kirain isinya khas Jember banget.

Kakehan wong dodolan panganan mateng. Itu pun waktu kami tanya sebagian datang dari luar kota pesertanya. Kayak sosis dan bakso bakar, dodol garut, jualan es jus, kerak telur. Yang kerak telur itu mayan menarik, seh. Soalnya baru kali itu Emak melihat orang jual kerak telur.

Yang paling menghibur buat Emak adalah panggung hiburannya. Waktu itu ada pertunjukan langgam Jawa. Kami hanya menonton sekitar 15 menit. Sepertinya ada tari-tariannya. Sayang ndak sempat mengikuti. Semoga kalau ada expo tentang Jember lagi, isinya jauh lebih menarik.

5 Comments

  • Hehehe nek kakehan panganan mateng iki memang nang endi endi mbak, soale wong Indonesia selalu tak jauh jauh dari makanan, termasuk diriku, hehehe

    Aku jarang lihat expo ginian mbak.

  • ira

    @Mbak Sari: alhamdulillah… saya juga suka makanannya. hehe

    @Zulfa: ho-oh bener banget kuwi. Nang endhi2 kudu tersedia panganan mateng. Yen gak, kaliren kabeh pengunjunge. hehe

    @Taro: Betull..

  • Badrudin Zamroni

    Kalau dulu itu namanya Pameran Pembangunan hari kesaktian Pancasila, Pendanaannya dari APBD kabupaten, setiap lembaga pemerintah wajib ikut dan pamerin produk atau layanan unggulannya, sehingga betul2 pameran, kalau ada yg dijual juga murah banget. Pasti juga ada pasar malam yg biasanya ada dermolen dan ombak laut serta mainan anak2, yg pasti ada orang jualan makanan adalah martabak telor/manis serta tahu petis.
    Kalau sekarang penyelenggaranya Event Organizer, yg jelas niat mereka cari laba mangkanya mereka mencari peserta pameran yg juga niatnya cari uang, berarti ya harus jualan.
    Lokasi Pameran setelah era bupati pak soeryadi setiawan dipindah dari alun2 ke belakang GOR PKPSO kaliwates dan sempat diadakan di daerah kebonsari tepatnya di jln teuku umar dieranya pak priyanto wibowo, setelah itu sepertinya sdh tidak pernah seperti pameran yg sebenar2nya pameran tetapi orang berjualan.

Leave a Reply

%d bloggers like this: