Perkembangan Islam di Eropa, termasuk di antaranya Jerman sungguh menggembirakan. Saat ini diperkirakan 3,3 hingga 4,5 juta muslim hidup di Jerman. Perkembangan jumlah umat Islam di negeri ini bisa diamati dari jumlah tempat ibadah umat Islam yang terus bertambah. Masjid-masjid besar dan indah dibangun di seluruh negeri.
Selama bertahun tinggal di Jerman, alhamdulillah kami sekeluarga berkesempatan mengunjungi beberapa masjid ketika sedang safar (melakukan perjalanan). Sungguh pengalaman membahagiakan bisa bersilaturahmi sembari mengunjungi rumah Allah di belahan bumi lain. Di antaranya adalah masjid terbesar di Jerman, Masjid Yavuz Sultan Selim di kota Mannheim. Serta masjid ketiga terbesar, Masjid Fatih di kota Bremen di bagian utara Jerman. Salah satu masjid terindah yang kami baru kami kunjungi lagi adalah Masjid Merkez di kota Duisburg.
Sebagian besar umat Islam di Jerman berasal dari atau keturunan Turki. Mereka pulalah yang giat membangun masjid-masjid baru di negeri ini. Ada dua yayasan besar yang memiliki perhatian terhadap perkembangan agama Islam di sini. Yakni DITIB (Diyanet Isleri Türk Islam Birligi) dan IGMG (Islamische Gemeinschaft Milli Görüs, Persaudaraan Islam Milli Görüs). Selain mendirikan masjid mereka aktif mendatangkan imam dari Turki. Tak jarang, mereka mencari tambahan dana lewat kermes (bazaar). Di mana kami biasa membeli makanan lezat khas Turki dengan harga jauh lebih miring dibanding di restoran masakan Turki.
Pada mereka kami juga sangat berterima kasih. Banyak orang Turki memiliki toko-toko daging dan olahan daging berlabel halal. Sosis, salami, dan bahkan Sucuk. Emak sudah kenal dan pernah mencicipi sosis di tanah air. Akan tetapi, salami dan sucuk baru setelah pindah ke Jerman. Sucuk ukurannya lebih besar dan jika ditekan lebih keras dibandingkan sosis. Sucuk bisa dipotong lalu dimakan langsung maupun di goreng atau dibakar lebih dahulu. Sucuk pun lebih tahan lama. Karena semua warga ruma suka daging olahan ini, Emak sering menyetok di lemari es.
Keajaiban dari Marxloh
Masjid Merkez, dibangun oleh yayasan DITIB mulai direncanakan sejak tahun 2004. Peletakan batu pertama terjadi pada 22 Maret 2005. Tiga setengah tahun kemudian, pada 26 Oktober 2008, warga muslim di Jerman mendapatkan hadiah dari surga dengan dibukanya masjid berkapasitas hingga 1200 jamaah ini. Banyak orang menyebutnya keajaiban dari Marxloh. Marxloh adalah lokasi dimana masjid berdiri. Berbeda dengan banyak masjid lain di Jerman, pembangunannya termasuk lancar dan tak menemui banyak konflik. Menghabiskan dana sekitar 3,5 juta euro. Atau sekitar Rp. 40 miliar. Dari Uni Eropa, pemerintah negara bagian, serta dermawan dari seluruh dunia. Hampir 200 jurnalis meliput peresmian. Yang juga dihadiri oleh presiden negara bagian Nordrhein-Westfalen, walikota Duisburg saat itu serta pemimpin agama Kristen dan Yahudi.
Rumah Allah satu ini dibangun di lahan cukup luas. Sehingga masih memiliki pekarangan dan tempat parkir luas. Cukup untuk puluhan mobil. Bentuknya mirip masjid-masjid dari kekalifahan Turki Usmani. Dalam versi modern, tentunya. Atapnya terdiri dari kubah-kubah seng kecil. Mengelilingi kubah-kubah lebih besar. Punya menara setinggi 34 meter.
Bagian luarnya mungkin tak terlalu memukau bagi sebagian orang. Masuklah ke dalamnya! Dibandingkan sebagian masjid di Eropa, interiornya sungguh menawan. Terdiri dari beberapa tingkat. Lantai paling dasar punya ruang seminar besar, kafetaria serta tempat wudhu dan toilet. Di kafetaria pengunjung bisa mencicipi sebagian masakan khas Turki. Makan sambil beramal. Sebuah perpaduan unik, bukan?
Lantai dasar adalah ruangan salat kaum pria. Di lantai atas ruang salat perempuan. Karpet merahnya sangat tebal dan empuk. Ruangan salatnya berhiasan lukisan kaligrafi. Berwarna-warni. Merah, biru, coklat. Lampu-lampu gantung besar berwarna keemasan menghiasi kubah-kubah. Lampu paling besar tepat berada di bawah kubah utama. Di atas ruang salat pria.
Lampu-lampunya pun berkaligrafi. Hasil karya tangan-tangan seniman yang langsung didatangkan dari Turki. Selain itu, kompleks ini punya satu perpustakaan serta sebuah toko buku di pelataran. Terpisah dari bangunan masjid. Di sini orang bisa membeli cinderamata. Seperti tasbih atau kristal bermotif masjid. Dengan koin 5 sen, kami membuat tempelan kulkas yang juga bermotif masjid.
Perjalanan Menuju Masjid
Daerah Marxloh di kota Duisburg terletak jauh dari pusat kota. Wilayah ini banyak didiami oleh orang asing, khususnya komunitas asal Turki. Di sini banyak kami jumpai toko-toko milik orang Turki. Selain supermarket, ada juga warung doner kebab dan toko daging halal. Mungkin itu sebabnya pembangunan sebuah masjid tak menjadi masalah besar di sini. Sementara Duisburg sendiri berada di Ruhrgebiet, daerah industri utama di barat Jerman. Dekat dengan kota-kota besar seperti Dortmund, Essen, dan Dusseldorf.
Dari stasiun kota Duisburg, langsung mencari halte tram, naik tram nomor 903 arah Watereck, Duisburg. Turun di halte Heckmann. Perjalanan tram memakan waktu sekitar 25 menit. Dari halte tinggal berjalan menuju jalan bernama Warbruckstrasse. Susuri jalan tersebut kira-kira lima menit sebelum ketemu dengan masjid besar tersebut.
Sebab fasilitas yang dimilikinya, Masjid Merkez tak hanya dipakai sebagai tempat ibadah. Melainkan juga sebagai tempat belajar ilmu-ilmu Islam. Juga sebagai tempat dialog antar agama serta sarana syiar Islam.
Masjid ini dibuka bagi siapa saja. Warga non muslim yang ingin mengetahui tentang masjid dan Islam bisa datang di hari Senin pukul 15:00 waktu setempat. Dalam satu grup, mereka menyediakan paket panduan dengan tarif murah. Panduan dan sekaligus diskusi Islam lebih intensif bisa dilakukan dengan biaya tertentu.
Kaum muslim seperti kami, tentu saja bisa datang kapan saja untuk salat atau sekedar mengagumi kecantikannya. Saat pertama datang bersama teman-teman pengajian kecil di tahun 2010, masjid ini masih terlihat baru. Bau cat masih tercium di mana-mana. Penjaga masjidnya senang sekali mengetahui bahwa kami berasal dari Indonesia. Muslim Indonesia baik-baik, demikian komentar beliau.
Banyak rombongan pengajian dari kota-kota lain di jerman berziarah kemari. Saat terakhir mengunjungi, kami, ibu-ibu pengajian negara bagian Nordrhein-Westfalen juga menyalenggarakan acara pengajian akbar di ruang seminar masjid. Usai pengajian kami berfoto bersama di ruang salat ibu-ibu.
Dengan bertambahnya waktu, pengunjung yang datang tak hanya untuk salat makin bertambah. Menurut situs resmi masjid, sekitar 5000 orang datang kemari setiap bulannya. Dari seluruh dunia. Dan tak hanya kaum muslimin. Ketika kami datang dalam rangka pengajian, setidaknya kami melihat dua bus wisata sedang parkir. Serombongan turis entah dari mana sedang serius duduk di dalam ruang salat pria. Menyimak perkataan pemandu yang sedang berbicara.
Semoga masjid indah, keajaiban dari Duisburg ini tak hanya menjadi atraksi wisata bagi kaum non muslim. Namun juga menjadi simbol toleransi antar umat beragama di Jerman.
Subhanallah, haru aku bacanya mbak. Alhamdullilah, semakin banyak masjid ditegakkan dimuka bumi.
Sosis German lebih besar Dan rebel, setahuku sosis juga aslinya Dari jerman ya mbak?
@Zulfa: Yang penting juga, semoga yang sembahyang di masjidnya makin banyak, aamiin… Oh, lek asal muasal sosis durung tahu nggolek info. Kapan2 pengen nggolek referensi, ah…. 🙂
Subhanallah… masjidnya besar dan cakep ya. Bagian dalammasjidnya manis banget. Aku baru tau ini yang namanya sucuk, mbak.. *langsung googling
Ada kenangan disitu beberapa tahun silam… Yg masih kebawa koin langsung jadi itu mb ira…
@Mbak Dee An: karpetnya empuk, jadi pengen guling2 juga. hehehe. Sucuk enak lho, Mbak… hehehe
@Ima: Alhamdulillah masih kebawa koinnya, ya… Seneng ya, Ma. Dulu kita kemari bareng2. 🙂
perjalanan dan reportasenya memukau. selalu menimbulkan harapan, seandainya allah mengijinkanku kelak ke sana bersama keluarga. Semoga bertambahnya masjid di negara-negara minoritas muslimnya, sebanding dengan jemaah yang mengisinya ya Mbak. Di sini, dekat rumahku aja mesjidnya banyak, tapi jemaahnya malah sedikit. (mungkin karena kebanyakan mesjid dalam area tertentu, jadi jemaahnya terbagi)
@Mbak Reni: Terima kasih apresiasinya, Mbak. Semoga suatu saat Mbak Reni bisa mengunjungi bersama keluarga. Benar, Mbak. Semoga saja semakin bertambah masjid, semakin bertambah juga jamaahnya… aamiin.
Berarti muslim jerman n muslim inggris sama banyaknya, ya? disini muslimnya sekitar 5 juta dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat.
@Mbak Rosi: huaaa… alhamdulillah banyak ya, Mbak. Kalau di Inggris paling banyak muslim dari mana, Mbak?
[…] di Duisburg. Salah satu masjid terbesar serta paling cantik di Jerman. Emak pernah menulis tentang Masjid Merkez ini. Baik di blog maupun di sebuah media […]