Keceriaan di Saung Angklung Mang Udjo

Angklung Mang Udjo
Wayang Golek pembuka acara

Bandung punya banyak banget tempat wisata. Mau kuliner, mau wisata alam, serba ada. Yang budaya juga.. Saung Angklung Udjo di jalan Padasuka 118, Bandung, adalah salah tempat tepat untuk berwisata budaya. Cocok banget buat keluarga. Terutama anak-anak.

Suasana asri, berbeda dengan hiruk pikuk lingkungan sekitarnya akan segera kita rasakan saat memasuki areal parkir. Sekelilingnya ditumbuhi bambu aneka jenis. Ada bambu berdiameter kecil dan besar. Bahkan ada yang bentuk buku bambunya unik. Berlekuk-lekuk.

Saung Angklung Udjo merupakan satu workshop budaya Sunda. Memiliki sanggar cinderamata dan workshop pembuatan angklung. Ia juga memiliki balai pergelaran sendiri. Berkapasitas hingga seribu pirsawan.

Adalah Udjo Ngalagena (1929 – 2001) dan istrinya Uum Sumiati yang menggagas berdirinya kompleks ini. Berdiri sejak 1966 di timur Bandung, saung angklung ini kini diteruskan oleh anak-anak beliau. Kegigihan dan kecintaan Mang Udjo terhadap alat musik angklung berbuah manis. Unesco telah memasukkannya dalam daftar warisan budaya di bulan November 2010.

Kompleks ini terdiri dari toko cinderamata, workshop pembuatan angklung, sanggar latihan angklung, taman, serta rumah makan. Sehari bisa berlalu tanpa terasa di tempat seperti ini.

Kesenian angklung
Belajar angklung bagi penonton

Saat ini pergelaran angklung dilaksanakan pukul 15.30 – 17.00 setiap harinya. Tiket seharga Rp. 60.000,- bisa dibeli di konter tiket di bagian depan toko cinderamata. Anak-anak mendapat potongan harga. Tiket masuk tidak berupa kertas. Melainkan kalung dengan ornamen angklung mini. Unik sekali. Setiap pengunjung dewasa mendapatkan satu brosur berisi sinopsis pertunjukan. Sangat membantu bagi mereka yang belum kenal budaya Sunda.

Pengunjung rombongan sebaiknya melakukan reservasi terlebih dahulu. Sebab di akhir minggu atau hari libur, pergelaran ini banyak sekali peminatnya. Tak hanya warga lokal, namun juga dari manca negara.

Pertunjukan dilaksanakan di sebuah balai bambu terbuka nan luas. Berbentuk segi empat, setiap pilarnya berhias tanaman bambu. Tempat duduknya berundak. Panggung berada di tengah. Di belakangnya adalah tempat alat musik.

Dua orang pemandu, seorang lelaki dan perempuan muda memandu acara dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Mereka menjelaskan program pertunjukan hari itu.

Pertunjukan pertama adalah demonstrasi Wayang Golek. Sandiwara boneka menyerupai manusia ini ditampilkan tak lama, sekitar 10-15 menit oleh seorang dalang. Tampil di ujung panggung, dekat peralatan musik. Penonton bisa menyaksikan, bagaimana dalang memeragakan berbagai adegan wayang golek, bagaimana ia berbicara, berkelahi, maupun bergoyang.

Suasana ceria makin kental ketika Helaran dipertontonkan. Semuanya oleh anak-anak, kira-kira usia Sekolah Dasar. Helaran dimainkan untuk mengiringi upacara khitanan. Anak lelaki menari sampai menunggang kuda-kudaan. Disambung dengan para penari pembawa umbul-umbul. Anak yang dikhitan diusung di sebuah kursi berpayung. Musiknya rancak, dan gaya anak-anak membuat para penonton tersenyum. Tarian berikutnya adalah Tari Topeng. Oleh anak perempuan usia Sekolah Menengah Pertama.

Musik angklung
Menari bersama. Serunya!

Acara makin mengasyikkan, ketika ada sesi dimana penonton bisa ikut menyanyi bersama. Diiringi alunan angklung. Teksnya bisa kita temukan di brosur. Lagunya Melati Kenanga dan The Song of Do Re Mi. Salah satu lagu tema film The Sound of Music. Para penonton tak ragu ikut menyanyi.

Lebih seru lagi ketika tiba-tiba ada yang membagikan angklung buat semua penonton. Ada sesi belajar main angklung bersama. Pemandunya seorang putra Mang Udjo. Yang dibagikan adalah angklung bernada do re mi fa so la si do.

Tiap angklung menyuarakan satu nada. Bapak pemandu menerangkan kode-kode tangga nada dengan tangan beliau. Jika tangan beliau menggenggam ke arah atas, atinya nada do tinggi. Penonton pemegang angklung tersebut akan membunyikannya bersama-sama. Beberapa lagu dimainkan. Ternyata memang tidak terlalu sulit. Anak-anak terlihat antusias memainkannya.

Setelah konser yang diisi lagu lokal dan internasional, acara ditutup dengan menari bersama. Musik angklung menemani. Penonton asing terlihat sangat antusias ketika anak-anak dari Saung Udjo menggamit tangan mereka dan mengajak ke arah panggung. Ah, benar-benar satu setengah jam tak terlupakan di Saung Angklung Udjo.

***

Saung Angklung Udjo

Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul,

Kota Bandung, Jawa Barat 40192

www.angklung-udjo.co.id

6 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: