Keliling Kota Tua Zadar

Zadar old tow, from DikloKroasia termasuk salah satu negara yang sangat serius menggarap sektor pariwisatanya. Kekayaan alam, budaya, mereka kembangkan, sehingga menarik perhatian banyak sekali orang untuk datang. Plus fasilitas pendukung seperti jalan raya, penginapan, dll, sudah sangat bagus. Semuanya tak hanya digunakan untuk menjaring turis-turis berkantong tebel. Turis bermodal pas-pasan tapi pengen eksis semacam keluarga pelancong pun mereka perhatikan. Tempat-tempat kemping murah meriah punya fasilitas memadai. Dan pantai-pantainya sebagian besar bisa dimasuki gratis. Walau tetep aja, daerah ramai turis seperti Durovnik terasa makin mahal bagi pelancong berpoket pas-pasan seperti kami.

Salah satu magnet penarik turis adalah garis pantai Kroasia yang sangat panjang. Negara ini berada di tepian Lautan Adriatik dan merupakan negara kepulauan. Selain Kroasia daratan, orang suka ke Kroasia kepulauan. Jembatan ke pulau terdekat dengan daratan utama serta kapal feri pun tersedia. jadi gak mengherankan, meski garis pantainya panjang, di musim panas, tetap saja pengunjungnya kayak cendol.

Dengan road trip bertujuan utama Albania kali ini, rute perjalanan mobil terdekat kami mesti melewati beberapa negara seperti Austria, Slovenia, Kroasia, dan Montenegro. Kami putuskan mampir beberapa hari di Kroasia dan Montenegro. Kali keempat kami ke Kroasia, kedua ke Montenegro. Kali ini kami mengunjungi dua kota Kroasia di pesisisr Adriatik: Zadar dan Dubrovnik.

Baca juga: Road Trip Keluarga Pelancong ke Semenanjung Balkan 

Zadar, Sebuah Kota Tua di Pesisir Pantai

Memilih sebuah destinasi untuk dikunjungi di Kroasia tidak mudah. Banyak sekali tempat cakep, bersejarah, unik, atau alamnya indah. Akan tetapi kami milih tempat yang bakal kami lewati aja. Karena rutenya melewati pinggiran Zadar, dan menurut Emak kota ini sangat menarik, sehingga kami ampiri. Tak lama, sehari saja kami eksplor Zadar. Malam sebelumnya kami sempat kalang kabut. Camping ground tujuan di pinggiran Zadar tutup. Padahal hari sudah lebih pukul 9 malam. Akhirnya, kami sewa apartemen semalam.

Orgel laut Zadar
Alunan musik laut Morske Orgulje

Dari jalan tol utama Kroasia ke arah Dubrovnik, jarak pusat kota Zadar masih belasan kilometer. Semakin dekat dengan center, makin banyak pusat perbelanjaan besar. Kota tua Zadar sendiri tidak terlalu besar. Akan tetapi, di musim panas ramai sekali.

Masalah pertama yang muncul ketika mengunjungi sebuah destinasi berupa sebuah pusat kota adalah: parkir dimana? Emak sudah membaca sedikit info mengenai parkir di kota ini. Lokasi parkir dibagi beberapa zona. Ada parkir gratis, zona dalam kota tua atau nempel di pinggiran kota, paling mahal harganya. Pertama kami nyoba yang gretongan. Udah jelas susah banget dapat tempat. Apalagi kami tengah hari baru sampai pusat kota. Setelah ngiter, dapat harga agak murah, namun perlu berjalan beberapa ratus meter ke kota tua.

Tak lama kami menyusuri kota maritim ini. Sekitar lima jam-an saja. Sebab sorenya kami berencana langsung ke arah Dubrovnik berjarah sekitar 3 jam perjalanan mobil. Kami memang hanya ingin menjelajah kota tua. Sebuah kota yang dibangun di dalam tembok tebal nan tinggi. Saking tebelnya, di atas tembok dimanfaatkan sebagai jalan raya. Tembok tebal ini, merupakan sebuah sistem pertahanan kuno (historic defensive walls) yang dibangun oleh bangsa Venezia. Baru-baru ini sistem pertahanan tersebut masuk dalam daftar warisan budaya Unesco.

Keliling Kota Tua Zadar 

Masuk dari gerbang Ravnice, kami melalui sebuah taman rindang. Adem banget di tengah cuaca panas. Dari land gate atau Kopnena vrata, kami belok ke arah kiri (barat) langsung menyusuri promenade pinggir laut Zadar, Riva.

Di sisi barat ini, pantainya sudah tertutup beton. Pengunjung pantai yang mau mandi di laut atau berjemur, menggelar tikarnya di atas beton tersebut. Jika ingin mandi, tinggal loncat dari jalanan promenade. Atau turun lewat tangga-tangga yang tersedia. Beberapa meter dari tepian pantai, membujur taman dengan pepohonan rindang. Emak milih menyusuri Riva sambil ngadem. Selain tempat makan, taman, dan pantai, di Riva akan kita jumpai penjual suvenir.

  • Morske Orgulje dan Greeting to the Sun

Inilah alasan Emak mengunjungi Zadar. Keunikan yang baru kali ini kami temui. Sebuah #publicspace dengan iringan musim dari alam. Sebenernya gak seratus persen alami. Morske orgulje atau orgel laut adalah alat musik yang berasal dari kolaborasi angin dan ombak laut. Ombak yang didorong angin ke tepian akan memasuki sebuah saluran rendah yang terhubung dengan 35 pipa organ. Lalu menghasilkan melodi mirip sebuah alat musik tiup. Melodi unik tersebut keluar dari lubang-lubang angin di ujung sebuah pantai kota tua Zadar. Suara yang dihasilkan terdengar hingga jarak puluhan meter. Ruang publik satu ini favorit warga lokal maupun turis. Orang duduk-duduk di atas undakan yang dibangun di atas pipa. Ada yang main air, atau tiduran di tepi pantainya.

Di dekat morske orgulje dipasang panel bertenaga surya berbentuk bundar. Diameternya lumayan. Ia dikenal sebagai greeting to the sun. Di siang hari, ia mirip kolam air bundar yang transparan. Di malam hari, panel bertenaga suryanya memancarkan cahaya warna-warni.

  • Memanjat Bell Tower St. Anastasia

Masuk kembali ke pusat kota tua, kami mulai kelaparan. Mau makan di rumah makan kok rasanya bakal ngabisin waktu. Sekali makan bisa menghabiskan waktu sejam. Kami makan camilan bawaan ajah sebentar sambil duduk di bangku taman. Tampak serombongan anak muda menggeret koper-koper mereka. Turis berwajah Asia lumayan banyak.

hiking zadar bell tower
Menara lonceng St Anastasia, Zadar

Menyusuri shopping street utama Zadar, Siroka ulica, pandangan mata pasti akan segera tertumpu pada sebuah katedral besar, St. Anastasia. Sebuah bangunan dari batu alam berwarna terang. Dinding luar katedral dipenuhi oleh penjual suvenir serta kain-kain rajutan kaki lima. Satu atraksi wisata menarik adalah memanjat bell tower St. Anastasia. Bell towernya ada di bagian belakang katedral. Pintu masuknya beda.

Kami membayar tarif masuk seharga 2 euro per orang. Atau sekitar Rp. 30.000,-. Bisa dibayar pakai euro atau 15 Kuna, mata uang Kroasia. Euro merupakan alat pembayaran setengah resmi di Kroasia dan beberapa negara Balkan lainnya. Bahkan, parkir di jalanan pun kadang bisa dibayar euro. Lumayan lah gak perlu ngambil atau nuker mata uang lokal banyak-banyak.

Bell tower kalau dilihat dari bawah gak terlalu tinggi. Palingan kayak gedung 4-5 tingkat. Begitu dipanjat, alamakkk, Emak yang jarang olah raga ini kudu banyak berhenti ambil napas. Pertama pemanjat kudu melewat tangga batu sempit. Cuma muat satu orang. Yang naik atau turun gantian. Sedikit ke atas, tangganya agak lega. Dan ada bangku buat istirahat. Meski cuaca sedang panas, di atas anginnya sepoi-sepoi. Makin ke atas, tangganya makin terjal dan lebih sempit. Emak sesekali berhenti untuk mengabadikan momen, eh ambil napas lagi, ding.

Lumayan rame yang naik turun menara ini. Di tangga kadang harus gantian, karena agak terjal dan hanya satu sisi aja ada pegangannya. Di bagian hampir puncak, terdapat tempat terbuka berpagar untuk melihat pemandangan Zadar 360°. Hari cerah, kami bisa menyaksikan panorama hampir keseluruhan Zadar dan sekitarnya. Ada pegunungan di kejauhan. Lautannya biru, dilayari banyak perahu. Sayangnya pagernya agak tinggi. Susah mau motret atau ngrekam video dari atas sini.

  • Roman Forum
Keliling kroasia dengan mobil
Public space sejak zaman Romawi kuno

Di zaman antik, Kroasia pernah menjadi bagian bangsa Romawi kuno. Forum merupakan sebuah public space tempat berkumpulnya massa di masa silam. Di Zadar, Roman Forum tetap dimanfaatkan sebagai public space. Istimewanya, relik-relik masa silam masih bisa kita saksikan di sini. Batu-batu prasasti, pilar-pilar, berbaur dengan penduduk kota dan turis. Relik-relik tersebut boleh dipegang, bahkan dijadikan tempat duduk.

Letak Roman Forum berada di antara bell tower dan museum arkeologi Zadar. Dari forum kita juga bisa memandang ke arah Riva. Kami sempat agak lama mangkal di sini. Banyak bangku taman terhampar di bawah pohon rindang. Cocok buat ngadem, duduk, duduk, istirahat atau bahkan ada yang bobok siang.

  • Menyusuri Tembok Kota Tua

Setelah beli minuman dingin di supermarket (nggak beli di rumah makan, mahal berlipat-lipat), ketemu tiga gadis Malaysia dan bincang-bincang sejenak, Emak pengen melihat sea gate (Morska vrata). Selain ukurannya lebih kecil bentuk sea gate lebih sederhana dibanding land gate. Sebelum land gate, kami nemu toko suvenir murah-meriah, harganya lebih miring dibanding suvenir yang serupa di Siroka ulica.

Bentuk sea gate sekilas mirip gunungan wayang. Emak memanjat sebentar ke atas. Diiringi tatapan beberapa gadis remaja sedang cekikikan sambil merokok. Setelah kembali turun, kami menyusuri bagian dalam tembok Zadar kembali ke arah land gate. Tembok yang dibangun oleh bangsa Venezia pada tahun 1500-an masehi. Meski gak seramai Siroka ulica, di sepanjang tembok, kami temui deretan kios suvenir, perlengkapan renang, baju.baju kaos, tas, kaca mata. Sampai pasar tradisional, sebagian pedagangnya sudah kukut. Hanya sedikit penjual sayur dnna buah segar masih mangkal. Kami membeli roti dan pizza di sebuah toko roti. Pizza merupakan makanan umum di wilayah Balkan. Di toko-toko roti kita bisa membeli pizza harga bersahabat, dibandingkan sebuah pizzeria. Rasanya kadang enak, kadang so so. Yang penting kenyang. hehehe.

  • Five Wells Square

Di dekat ujung tembok, tak jauh dari land gate, kami bertemu five wells square. Emak sudah pernah membaca infonya. Ndak niat kemari, tapi ndilalah ketemu. Sesuai namanya, terdapat lima sumur tua. Sumurnya sudah ditutup. Akan tetapi bangunannya masih dilestarikan. Naik sedikit ke tangga di sebelahnya, kita bisa menemukan taman cantik nan rindang. Di kompleks taman ada kafe. Karena buru-buru, kami potrek-potrek sebentar, keluar land gate, mbalik ke Ravnice, menemukan mobil kepanasan di bawah terik sinar matahari, makan pizza yang tadi dibeli, serta bertolak segera menuju Dubrovnik.

***

Baca juga: Di Utara Kroasia, Rijeka dan Zagreb 

4 Comments

  • dinda

    wah… kami kemarin mampir ke split dan trogir. mbak… seru banget baca cerita2 campingnya. salam kenal dr norwegia.

  • ira

    @Dinda: salam kenal juga. Split aku juga suka. Diokletian Palace-nya keren. Trogir katanya juga cakep, yah…

  • baru tahu camping ground ada jam “check in” nya.

    penasaran sama musik alam yang keluar dari pipa tersebut. ini yangvtayang di net kapan hari tuu ya mbak? di Pacitan, di pantai apa gitu juga bisa denger seruling ombak.

  • ira

    @Zulfa: yoi, camping pun ada jam check in dan check in dan check outnya. Heeh, kapan hari yg tayang NET TV. Kalau yg di Pacitan berarti suaranya lami dari ombak laut ya? Yang ini sengaja dibuat.

Leave a Reply

%d bloggers like this: