Ketika matahari semakin lama bersinar dan siang semakin panjang. Ketika suhu udara berangsur naik. Ketika bunga-bunga musim semi mulai bermekaran. Tibalah musim yang Emak nantikan. Musim berkebun.
Kegiatan berkebun Emak tak berhenti sama sekali di musim gugur dan musim dingin. Akan tetapi jumlah tanaman jadi sangat sedikit. Tanaman bumbu seperti seledri, peterseli, basil, oregano bertahan hidup di dekat jendela. Tahun lalu, kami telat memindahkan cabe. Setelah dingin baru dipindahkan dari tanah ke pot. Hasilnya, walau sudah diletakkan di tempat hangat dan kena cahaya, cabenya kering dan mati.
Aktivitas dengan tanah dan bibit tanaman, biasanya Emak lakukan sejak awal Maret. Ini musim semai bermacam tanaman sayur. Bibit tanaman tersebut kebanyakan Emak beli di supermarket atau di toko khusus berkebun. Atau di toko bangunan. Mereka biasanya punya bagian khusus alat-alat kebun.
Oh ya, orang Jerman nih banyak yang demen berkebun. Terutama yang tinggal di rumah berhalaman. Halaman depan ditanami bunga. Belakang sayuran dan buah. Hebatnya, sebagian besar mereka kerjakan sendiri. Karena tenaga kerja, termasuk tukang kebun mahal sekali. Bagi yang tinggal di apartemen, mereka berkebun di balkon atau meletakkan pot-pot tanaman di dekat jendela. Herr Aulich, teman kerja Bapak yang vegetarian bahkan mencukupi banyak kebutuhan akan sayur-mayur dari kebun sendiri. Dan Emak pernah membaca tentang orang-orang yang berswasembada sayur seperti ini. Mereka menanam kentang, dan kacang-kacangan juga.
Nah karena banyak yang suka berkebun ini maka bibit tanaman dan alat-alat perkebunan lumrah dijual. Mulai dari supermarket kecil sampai toko bangunan. Yang paling mudah ditemukan adalah bibit bunga, beberapa jenis sayuran seperti wortel, tomat, zucchini, daun bawang, kohlrabi, radish. Kalau mau bibit yang lebih eksotik, atau bibit dengan sifat-sifat tertentu, belinya di toko bangunan atau toko khusus hobi berkebun. Yang lebih eksotik lagi seperti tanaman pare, kangkung, belinya di internet. ย Senengnya, sekarang Emak bisa beli bibit sawi dan kemangi di toko biasa. Gak perlu pesan online lagi.
Berkebun butuh kesabaran dan ilmu. Itu yang Emak pelajari setelah bertahun ini belajar berkebun. Gak cuma ngaduk-aduk tanah, sebar bibit, terus kita bisa ngarep ia tumbuh dengan subur. Ada proses yang harus dijalani. Di bulan Maret – April ini, Emak mulai menabur benih. Bapak menyiapkan lahan di belakang rumah. Lahan yang ada dicampur kompos dan pupuk kandang. Dan digemburkan. Dibersihkan dari ilalang dan tanaman pengganggu.
Emak kemudian menyemai benih di mini greenhouse. Bentuknya persegi, dan bertudung plastik transparan. Ia memiliki iklim tersendiri. Tidak selalu, bibit semaian tumbuh di tempat ini. Kadang Emak terlalu rajin menyiram. Bibit bukannya tumbuh, malah permukaan tanah ditumbuhi lumut.
Setelah beberapa hari ย hingga beberapa minggu disemai, bibit tersebut akan tumbuh dan membesar. Akhir April sampai awal Mei nanti akan mulai memindahkan mereka ke tanah. Dan memulai membibit tanaman lainnya. Jagung, kacang tanah, dan buncis, dibibit mulai Mei. Langsung di tanah. Daun salad Lolo saya beli bibitnya yang sudah tumbuh. Tinggal ditanam di tanah.
Agar tumbuh dengan baik, tentunya mereka harus dirawat. Dicabuti tumbuhan liar yang tumbuh di sekitarnya, disiram kalau tanah mulai kering, disiangi, diberi pupuk dan disemprot pestisida organik. Pun digemburkan tanahnya jika terlihat mulai padat. Media tanam bisa juga ditutup mulch, terbuat dari sisa-sisa kayu yang dihancurkan. Di halaman belakang, kami juga mengumpulkan air hujan dalam dua tangki raksasa. Tak perlu menggunakan air ledeng buat menyiram tanaman. Selain itu, kompos juga kami buat sendiri. Kompos tahun lalu, bisa dipakai tahun ini.
Bulan Juli – Agustus, di puncak musim panas, sebagian sudah bisa dipanen. Daun Lolo Emak siangi bagian luarnya. Tak perlu dipotong sampai bonggolnya. Biar bisa terus tumbuh. Wortel bisa diambil kalau perlu saja. Di dalam tanah, wortel tahan suhu udara beku. Demikian pula daun bawang. Kalau sedang banyak dna pada siap panen, Emak jebol sebagian dan disimpan dalam wadah berair. Bisa tumbuh terus daunnya.
Meski hasil kebun kami belum seberapa. Gak sumbut alias tidak seimbang antara pekerjaan dan nilai belinya, mengingat harganya di supermarket juga murah, namun kami senang melakukannya. Kami tak menggunakan bahan kimia. Selain itu, produk paling baru di supermarket pun tak bisa mengalahkan kesegaran bahan makanan dari kebun sendiri.
Gak Sumbut tapi sesuatu mbak ๐ Rasane juga beda. Mbak foto atas itu kebun belakang rumah sampeyan? seger ayem nontok e. Mbak, pernah nggak bawa bibit tanaman ke luar negeri. aku pingin nggowo bibit tanaman nang India. tapi emboh oleh opo nggak.pingin nanam koyok sampeyan.
@Zulfa: He-eh, iku foto kebunku tahun wingi. Biasane gak masalah seh Zulfa nggowo bibit soko Indonesia. Tapi embuh yen melbu India.
Pengen banget kayak gitu Mbak, nanem segala macem biar kalau masak gari metik depan rumah hahaha, tapi kok masih males wkwk. Oh pantesss… aku tahu ada beberapa blogger di Jerman yang juga hobi berkebun juga ternyata memang di sana banyak yang suka berkebun ya…
swasembada sayuran untuk konsumsi sendiri? itu sungguh keren mba ira!
Ingin sekali bisa berkebun. Kalau jalan2 ke lembang, banyak sekali pedagang yang menjual bibit tanaman ๐
@Una: yup… aku tinggalnya di desa. Jadi ketularan karena ngeliat kebun tetangga yang lebih hijau dan subur. Benerrrr. Enak banget, kalau lagi butuh tinggal metik. Sekarang kami lebih banyak makan sayurnya. Terutama kalau lagi musim di kebun. Alhamdulillah. Bwang, kemangi, seledri dan daun basil juga gitu. Butuh tinggal ambil. ๐
@Zahra: Bisa mulai berkebun dari pot2 dulu, Zahra. Aku dulu pas tinggal di apartmen juga cuma nanem bunga tulip di pot. Seneng banget kalau musim semi dna lagi berbunga. ๐
Di rumah ortu di Surabaya sana, banyak tanaman yang tinggal petik kalo mau masak, seperti kemangi, pandan, sereh, lombok. Gak banyak, tapi seneng aja.. dulu waktu masih kecil tiap mau makan lalapan pasti paling seneng kalo disuruh metikin kemangi.. ๐
Di Batam sini pernah beli bibit tanaman, kutanemin di polibag-polibag kecil gitu.. sempat tumbuh, tapi ya gitu, kurang rajin ngerawat. Jadinya pada kering ๐ Sayang juga sebenernya…
@Mbak Dee An: Emang ada kepuasan tersendiri bisa mengkonsumsi hasil tanaman sendiri ya, Mbak. He-eh sayang. Kadang kalau kutinggal agak lama, trus tanamanku kering itu rasanya sedih banget…
wah artikel yang mudah untuk di praktekan, terima kasih makanan sehat untuk ibu hamil tipsnya,
[…] mereka berpiknik, panggang-panggang sate di taman dalam kompleks apartemen. Atau bisa juga dengan berkebun di rumah. Mudah sekali, […]
Kita di INdonesia malah pada malas berkebun. maunya yang praktis-ptraktis aja.
Kesukaan ibukku banget ini kalo soal tanam menanam
@Syukur: soalnya semua masih relatif murah, yah…
@Cek Yan: tosss dulu ama ibunya Cek an, deh…
[…] Di sini, Antoni Gaudi menantang prinsip-prinsip konstruksi biasa. Fasadnya memiliki balkon-balkon mirip tanaman, bergerak membentuk gelombang. Bahkan cerobong asapnya dibentuk seperti patung aneka warna. […]
[…] selain tiba-tiba rajin mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Emak menyegarkan pikiran dengan berkebun. Dulu kadang juga nonton drama. Sekarang sudah tidak pernah lagi. Atau jalan-jalan. Atau pun […]