Bulan Februari atau awal Maret di Rheinland ramai karnaval. Hampir di setiap kota hingga desa menyelenggarakan karnaval. Yang paling ramai di kota-kota besar seperti Köln, Düsseldorf, Mainz, dan Aachen. Emak pernah menonton karnaval kampung di desa tempat kami tinggal. Tahun lalu sekali menonton karnaval anak-anak. Di Köln, kota karnaval teramai, belum pernah.
Di musim karnaval seperti ini ada penawaran dari perusahaan angkutan umum regional bernama tiket karnaval. Sebernarnya ia adalah tiket harian yang dibeli di hari Kamis berjulukan Weiberfastnacht. Tahun ini jatuh pada tanggal 12 Februari. Tiket harian yang berlaku di seluruh region tertentu, akan berlaku selama enam hari. Hingga Selasa, 17 Februari. Lumayan banget, kan.
Daerah Emak tinggal adalah perbatasan dua perusahaan angkutan umum regional. Yakni AVV (Aachener Verkehrsverbund) dan VRS (Verkehrsverbund Rhein-Sieg). Emak pilih menjelajah daerah jelajah VRS. Ke arah timur, Köln, Bonn, dan kota-kota sekitarnya. Emak nitip Embak buat beliin tiketnya. Rencananya pengen ubek-ubek beberapa daerah VRS. Kalau ada yang bagus dan layak tulis, ya pengen sekalian kirim ke mana gitu, yang mau nerima. *Emak memang visioner, kok.*
Hari Jumat sudah mau start ke Köln. Adik sakit. Batuk dan demam. Batal dulu. Baru Sabtu ini bisa pergi. Adik dijaga Bapak. Sudah lama gak naik kereta api, rasanya asyik juga. Dari Düren kereta sudah ramai. Banyak penumpang berdiri. Dan banyak orang mengenakan kostum.
Saat karnaval seperti ini banyak orang berkostum. Di sekolah-sekolah ada perayaan di hari Kamis Weiberfastnacht. Tak hanya murid-murid, para guru pun berkostum ria. Para pekerja mengenakan pakaian lucu-lucu. Ibarat sebuah pesta besar tahunan. Beberapa institusi bahkan meliburkan karyawannya di hari Senin yang berjulukan Rosenmontag. Walau itu bukan hari libur formal.
Beuh, stasiun Köln ramainya minta ampun. Di platform 1 penuh. Ternyata fans sepak bola yang mau ke Mönchengladbach. Hari ini Köln tanding lawan Borussia Mönchengladbach. Polisi berjaga-jaga di pinggir platform. Mereka menyanyi dan meneriakkan yel-yel. Berkali-kali ada yang menyalakan petasan. Jedar jeder.Suaranya menggelegar di dalam aula stasiun. Banyak fans pakai kostum. Bukan pakai jersey bola.
Di depan stasiun tambak banyak manusianya. Emak potretin mereka yang berkostum lucu. Motretnya dari jauh, sih. Trus ke Domplatte. Tak hanya orang Jerman. Banyak turis asing juga. Bahasa Inggris, Perancis, Italia, Spanyol, Portugis (mungkin), Emak dengar. Sayang kok gak dengar bahasa Indonesia, ya.
Dome sedang tutup. Gak cuma Dome, banyak museum tutup. Mungkin takut kewalahan didatangi ratusan ribu orang, yah. Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan. Sebenernya Emak pengen motret interiornya lagi. Dulu udah pernah, sih. Akan tetapi pakai kamera tua yang resolusinya rendah. Sekarang pakai kamera baru.
Siang-siang agak bingung mau kemana. Muter-muter sekitar Dome. Ada dua museum yang ingin Emak datangi hari ini. Pas nyampe di museum pertama, udah telat. Sebab ia hanya buka di jam tertentu. Emak salah perkiraan. Kirain museum itu tempatnya di Domplatte. Udah muter berkali, gak ketemu. Nanya ke seorang ibu. Nanya pakai bahasa Jerman. Tapi pakai kata museum, bukan museen. Si ibu bingung, museum itu apa, yah? Oh ya, museen, kata Emak. Ooooo, beliau tunjukkan arahnya.
Eh, kok masih kesasar di depan gedung WDR, sih. Emak duduk, lalu buka peta. Agak bingung. Dibantu sama seorang wanita muda. Emak salah belok. Belum waktunya belok, udah belok duluan. Pantesan gak ketemu.
Sebab telat, berjalanlah Emak keluar dengan langkah gontai. Yeay, langsung ke museum kedua. Lokasinya dekat Museum Richartz Wallraf. Hiks, yang ini lagi renovasi. Buka lagi Kamis minggu depan.*nangis gero-gero.*
Ya sudah, jalan ke Alstadt, atau kota tua Köln, trus ke tepi Sungai Rhein, di Rheingarten. Banyak orang duduk-duduk di atas rumput, di bangku taman. Pada nyelfie. Lumayan banyak juga lho yang udah pakai tongsis. Yang pakai action camera buat mereka juga banyak. Utamanya para lelaki. Tau gitu pinjem action camera punya Bapak.
Di Rheingarten, perut Emak krucuk-krucuk. Bekal müsli riegel dua batang sudah abis pas pertama nyampe Dome tadi. Masih ada sekotak tomat, pikir Emak. Ndilalah, yang dicari gak ketemu. Hiks, gimana, seh Buk. Ketinggalan, deh. Ya sutra, nyari makanan halal ajah.
Karena Köln ini bukan daerah jajahan Emak, Emak tahunya cuma warung kebab Dunia di Höhe Strasse. Rame banget. Bangku di lantai dasar dan lantai atas penuh orang. Yang sedang ngantri diladeni pun panjang. Emak keluar mencari tempat buat duduk. Nemu sebuah dasaran rambu lalu lintas. Cuek, ah. Duduk saja di situ. Sudah lemes banget.
Balik ke Höhe Strasse, sambil terus motret, Emak belok ke Romisch-Germanische Museum, tres ke belakangnya, mau menyeberangi Jembatan Hohenzollern. Biuh, gembok cintanya udah penuh ajah. Emak gak sampai ujung jembatan. Balik lagi ke arah Dome. Kaki pegel. Istirahat bentar. Agak kecewa karena rencana liputan ke dua museum gagal total.
Bagian depan stasiun tambah padat. Apalagi sekelompok pemain drum sedang beraksi. Orang mengelilingi sambil memotret atau merekam di smartphone. Emak motret beberapa orang. Kalau kita minta izin, mereka dengan senang hati berpose.
Sebelum pulang belanja ke toko asia dulu di belakang stasiun. Lho, sekarang ada dua di sana. Emak belanja di toko lama. Belanja saos sambel, cabe ama tahu. Kapan-kapan pengen nyobain toko di seberangnya. In shaa Allah.
Waaahhh baca cerita ini berasa flashback sama cerita kita dulu pas ke kohl.. Makasih reportase updatenya mbaa.. Blm ada yg berubah ya? Kangeeenn naikk keretaaaaaa dan berbahasa indonesiaaa xixixixixixi
Kluyuran dewean ta mbak Ira? Wahhh…. nek nang Mesir kene aku gak tau wani ngluyur dewe. Gak pede tur ora wani hihihi….
Si emak keren lah pokoknya. Coba tonggoan karo aku nang kene hehehehe….
@Ima: Aku malah baru kali ini ke Köln pas karnaval, Ma. Biasanya pas libur karnaval malah ngabur ke luar kota. hehehe.
@Mbak Ellys: yoi, Mbak. Iki gak terlalu adoh soko omah. Dadi gapopo karo bojoku. Biasane aku yo senengane lungo bedhol omah. Tapi saiki radha angel. Sing gede wes susah dijak metu bareng. Waaaa asyik banget yen tonggoan karo sampeyan, Mbak. Hobi podho… 😀
Pikiranku kok melayang Nang karnaval Brazil …. Indonesia saiki yo lagi gencar gencar e ngadakno Karnaval. Khusus e Daearah asal sampeyan mbak. Zaman biyen nek nontok arak arak an ala karnaval yo pas 17 an. Nunggu nang Dalan sampe berjam jam. seneng. Saiki wis jarang.
Kepingin mbak nontok karnaval nang German. Nontok karnaval karo sangu Coklat Milka sekarung 🙂 ihhhhh Mupeng.
Yoi… saiki Jember ben tahun rame onok fashion carnaval. Yen nang kene nggawe kostum lucu2, Zulfa. Gak cuma peserta, sing nonton gak gelem kalah nggawe kostume.
Ayo mrene. Aku coklat sing luwih enak dibanding Milka, lho…. hehehehe
Hihihiii..koq onok gero-gero ne barang to mbakyu.
Gak pa2 ntar kesana lagi, trus jadi artikel lagi deehh… keren wes jan mbakyuku siji iki.
Motret penumpang dalam kereta yang pake kostum itu boleh ga mbak?
@Mbak Uniek: soale mumpung nduwe tiket iki, Mbak. Yen dino2 biasa tikete larang. mangkane aku jarang numpak kereta saiki. 🙂
@Mbak Rien: Biasanya aku minta izin dulu, Mbak. Tapi aku belum pernah nyoba motret orang secara langsung dalam kereta. Jarang juga kami naik kereta sekarang. 🙂
InsyaAllah mbak. semoga menjejak Jerman ya….. Eh coklat merk opo mbak? aku ben wulan digawakno coklat milka karo kakak Ipar. Karo merk opo iku, lali, nggak doyan. Nek si kecil seneng coklat putih bunder dibalut kelopo. Sekali makan langsung sak kotak :))
Aamiin… Onok coklat merek Lindt. Yen aku luwih seneng dark chocolate. Trus ana Feodora. Karo coklat2 homemade sing nang toko khusus coklat. Sing huenak tapi regane gak huenakkk… hehehe
[…] waktu. Baru jedar jeder sebentar, orang sudah berkerumun di sekelilingnya. Apalagi di hari-hari karnaval itu cuaca Düren, Köln dan sekitarnya relatif hanget. Sekitar 10°C. Matahari menyapa ramah. Wajar […]