Rothenburg ob der Tauber adalah salah satu kota yang masih mempertahankan nuansa abad pertengahan. Kota ini berada di wilayah Franken di negara Bagian Bayern atau Bavaria, dekat sungai bernama Tauber. Di sini pula diselenggarakan Tauberfestival, sebuah festival bertema abad pertengahan setiap tahunnya. Dari Nuernberg, Rothenburg dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam berkereta api ekonomi.
Hari itu panas sekali. Temperatur udara mungkin telah mencapai 30°C. Kota tuanya berjarak kira-kira 20 menit berjalan kaki dari stasiun kereta api.
Mendekati kota tua, terlihat tembok dan gerbang batu kuno di kejauhan. Jalan masuknya pun terbuat dari bebatuan. Kesan tua segera tertangkap dari sini. Di sebuah hamparan rumput dekat salah satu gerbang utama keluarga pelancong beristirahat sebentar. Cepat sekali lelah di tengah cuaca panas seperti ini.
Ada enam gerbang masuk besar menuju kota tua Rothenburg odT. Burgtor, Galgentor, Klingentor, Kobolzeller Tor, Roedertor, dan Spitaltor adalah nama gerbang-gerbang utama. Hampir semua dibangun sekitar abad 14 masehi. Roedertor yang kami masuki dahulu adalah pintu masuk tempat pemeriksaan cukai barang keluar masuk kota ini. Di dekat gerbang setinggi kira-kira empat meter dan selebar dua lebar mobil berdiri menara pengawas.
Pintu masuknya terdiri dari dua bagian yang dibatasi kolam air di tengahnya sebagai sarana pengamanan kota. Sekeliling kota tua adalah tembok batu cukup tebal. Di luar tembok batu dibangun jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Setelah perang dunia kedua, sebagian besar tembok batu hancur terkena bom, namun dapat direnovasi sepenuhnya setelah pemerintah kota mengumpulkan dana dari banyak pihak.
Menyusuri Markus-Roedergasse dan Hafengasse menuju Marktplatz di tengah kota tua, kami terkagum-kagum akan keindahan Rothenburg. Rumah-rumah abad pertengahan khas dengan kayu-kayu penyangga berwarna-warni berjajar rapi di gang-gang kuno. Gang-gang itu terkadang sangat sempit, mengingatkanku akan gang senggol di tanah air. Fachwerkhaus atau rumah kuno bertulang kayu terlihat sangat unik dan cantik. Toko-toko penjual souvenir menjual aneka pernak-pernik lucu. Tak heran jika Rothenburg odT disebut sebagai kota teromantis di seluruh Jerman. Kota ini memang sangat indah. Gang-gang kota tua dipenahi para turis dari banyak negara. Kereta kuda pengangkut turis berjalan pelan melewati kami. Turis asal Jepang rupanya adalah satu pecinta kota ini.
Emak berdecak kagum tiada henti menyaksikan bangunan-bangunan tua kota ini. Benar-benar dipelihara sesuai aslinya. Semuanya. Bangunan berupa rumah, toko, gereja, gedung kantor hingga kedai makan, gerbang-gerbang, menara-menara, hingga pancuran air. Nama-nama toko ditulis dengan huruf latin tua. Bahkan, gerai makanan cepat saji McDonald terlihat seperti kedai makan jaman lampau dari luar. Hampir semua gang besar tak kami lewatkan di sini.
Tak hanya berkesan tua, sebagian gedung juga memiliki nilai sejarah tinggi. Museum-museumnya, seperti Museum Kriminal Abad Pertengahan, Museum Boneka dan Mainan, serta Museum Natal konon menarik untuk dikunjungi. Sayangnya kami tak punya banyak waktu untuk itu.
Yang kami lakukan adalah naik turun jalanan berbatu gang-gang di sini. Kami berhenti sejenak untuk menyimak peta, memotret atau mengabadikannya dalam kamera perekam. Berbaur dengan turis-turis lain. Sempat pula kami duduk di taman dekat Reichstadtmuseum sambil melepas lelah. Dari sini terlihat lembah hijau dan sungai Tauber di kejauhan.
Sebagian besar toko roti dan kue menjual jenis makanan yang baru saya lihat seumur hidup. Namanya Schneeball alias bola salju. Bentuknya seperti bola dengan berbagai ukuran dan lapisan luar bermacam warna. Ada bola berlapis coklat, gula warna-warni, dan maupun kelapa parut. Karena penasaran, kami membelinya beberapa biji. Rasanya tak terlalu istimewa, seperti kulit pangsit, tapi manis. Semanis pengalaman keluarga pelancong berada di kota abad pertengahan Rothenburg ob der Tauber.
[…] kayu bersilangan masih sering terlihat di kota-kota tua. Jika mengunjungi kota-kota tua seperti Rothenburg ob der Tauber, Bacharach, Nordlingen, atau Bad Mergentheim, kita akan merasa berada di masa lampau tanpa mesin […]
[…] Rothenburg ob der Tauber adalah epitom kota abad pertengahan. Gang-gang sempit, rumah-rumah tua namun masih sangat terawat, menara-menara batu. tembok batu dan menara-menaranya dibangun di abad 13 dan 14 masehi. Balai kota menakjubkan dan Gereja St. James dengan altar dari Riemenschneider juga menarik untuk dikunjungi. […]
[…] lain di Eropa, Jerman khususnya, ingin juga membandingkan suasananya. Apakah mirip dengan kora Rothenburg ob der Tauber, Bacharach, Trier, […]
[…] seperti masih banyak kita temui di seputar Eropa. Di Jerman, kota-kota seperti Nuernberg dan Rothenburg ob der Tauber adalah sedikit […]
Salam kenal Mba
Aku mau tanya perihal parkir di Jerman
Kalo kita ke kota kecil atau desa seperti rothenburg ini rata-rata kotanya kecil dan bisa dikelilingi dgn jalan kaki kan?
Pertanyaan saya, dimana biasanya tersedia tempat parkir di kota2 kecil spt ini? dan biasanya berapa tarif parkirnya?
Terima kasih 🙂
Salam kenal Mbak Dewi,
Iya, Mbak. Kotanya kecil. Lebih asyik jalan kaki saja. Seingat saya di luar tembok kota Rothenburg ada tempat parkir. Kalau tarif parkirnya, saya tidak tahu Mbak. Karena setiap kota beda-beda tarifnya. Menurut pengalaman kami sih, yang penting sedia duit koin saja. Karena gak semua menerima uang kertas.
Terima kasih sudah menjawab Mbak Ira
Mau tanya lagi, di semua kota kecil seperti ini pasti ada tempat parkirnya kan? Apakah sebelum kesana saya harus research dulu dan pastiin tempat parkir atau on the spot aja pasti ada? saya agak parno krn pengalaman pertama nyetir di luar indonesia.
Kalo di kota besar seperti munich, sebaiknya parkir dimana ya?
Terima kasih 🙂
Iya, Mbak. Semua kota ada parkirnya. Kalau di kota kecil, paling tempat parkirnya di pinggir jalan. Tapi kalau di kota besar kayak Munich, saya sarankan parkir di parkhaus (gedung parkir).
Tarifnya mungkin lebih mahal, tapi lebih mudah mendapatkan spot parkir. Kalau mau nyari di pinggir jalan, suka kelamaan muter, gak dapat2 spot kosong. Cari Parkhaus dekat tempat yang kita tuju. Langsung dicatat alamatnya. Nanti tinggal dimasukkan ke gps.
Halo Mbak Ira, aku berkunjung dan bertanya lagi boleh yaaa 😀
Aku fix ke Jerman April tahun depan. Lagi research soal sewa mobil atau naik kereta. Sebenernya aku prefer bawa mobil sendiri, soalnya aku bawa bayik 1 tahun, dan juga pengen muter ke desa2 kecil Jerman yang kayaknya ribet kalo naik kereta. Tapi makin research, makin ragu juga.
Apakah memang sesusah itu nyetir di Jerman kah Mbak Ira? Terutama di kota besar seperti Munich, Berlin, Nuremberg? Atau hanya keparnoan beberapa orang aja? Kalo dikota besar, sebaiknya parkir di parkhaus atau di park and ride?
Makasih sebelumnya Mbak Ira 🙂
Hai Mbak Dewi. Silakan aja, Mbak. Semoga diriku bisa membantu.
Baik naik kereta atau naik mobil untuk bepergian di Jerman, pasti ada kelebihannya masing-masing. Kalau naik mobil emang bisa fleksibel waktunya. Tapi memang kalau ke kota-kota besar, parkir jadi masalah utama. Kadang bikin stress juga. Kami sendiri, beberapa kali muter sejam di satu kota besar, hanya untuk nyari parkir. Benar2 menguji kesabaran. Apalagi kalau kita dalam keadaan lelah setelah menempuh perjalanan panjang.
Kalau naik mobil, trus hotelnya di tengah kota, kudu diperhatikan benar2, mereka menyediakan parkir tidak? Kalau tidak, siap2 saja muter2 gak jelas buat nyari parkir doang kalau hotelnya jauh dari parkhaus. Ini pengalaman pribadi kami juga, Mbak. Dan biasanya memang berlaku di kota2 besar Eropa.
Parkir di Park & Ride, biasanya ada pinggiran kota. Artinya kudu naik kendaraan umum lagi kalau mau ke pusat kota. Kalau Parkhaus kan lokasinya dekat dengan pusat kota. Jadi emang semuanya ada plus minusnya. Tinggal Mbak Dewi menyesuaikan dengan kondisi Mbak.