Penyuka wisata arkeologis pasti tak menyesal datang ke Siprus. Puluhan situs arkeologi mulai jaman batu lebih kurang tiga ribu tahun lalu hingga jaman Romawi kuno masih bisa disaksikan hingga kini. Hampir semuanya terawat rapi, bahkan masuk daftar warisan budaya dunia dari Unesco. Kota Pafos di barat daya negara pulau ini punya dua taman arkeologis luas dan sangat bernilai sejarah.
Berjalan-jalan di kota Pafos, terutama di wilayah Kato Pafos, kental sekali terasa kentalnya turisme di wilayah ini. Rumah makan, toko souvenir, kios-kios penjualan tur wisata, boat-boat sewaan untuk menikmati suasana laut, pemusik dan pelukis jalanan, mewarnai suasana di sini. Diramaikan oleh para turis berpakaian minim. Berjalan-jalan sekaligus berjemur di pulau kaya sinar mentari tersebut. Dari bahasa yang mereka gunakan, sebagian besar turis berasal dari Inggris. Tak heran, sebab dulunya Siprus adalah bekas jajahan Inggris Raya. Punya salah satu bandara internasional di Republik Siprus menjadikan arus wisatawan kemari makin deras.
Kami sekeluarga, memilih untuk berwisata sejarah saja. Mengunjungi tumpukan bebatuan yang syarat sejarah. Para ahli sejarah menjadikannya bukan sekedar tumpukan batu tanpa makna.
Taman Arkeologi
Abad ketiga sebelum masehi, Siprus adalah salah propinsi dari Ptolemy, sebuah kerajaan kuno beribukota di Alexandria, Mesir. Dengan Nea Paphos sebagai ibukota propinsi. Ketika Romawi Kuno berkuasa jelang awal abad masehi, dia tetap menjadi ibukota propinsi Siprus. Para pejabat serta kaum kaya Romawi mendirikan villa-vila indah, berhias mozaik-mozaik indah. Salah satu ciri kemewahan di zaman itu.
Akhir Oktober di Siprus, suhu udara masih berkisar 30°C. Siapkan kondisi prima dan air minum cukup untuk menjelajah dua kompleks arkeologis luas di kota ini. Payung atau topi lebar juga sangat bermanfaat. Di Taman Arkeologis, kami alokasikan waktu sekitar dua setengah jam. Tiket masuknya senilai 3,50 euro (sekitar Rp. 45.000,-) setiap orang dewasa. Anak-anak gratis.
Sebuah brosur tentang situs bersejarah ini bisa diambil di loket tiket. Untungnya kami juga sudah memiliki sebuah peta lokasi dari sebuah buku panduan. Dengan memperhatikan papan petunjuk, orang juga bisa menjelajahinya tanpa peta.
Penemuan kota reruntuhan kota antik, terkenal akan mozaiknya ini berawal pada tahun 1962. Sebuah buldozer membongkar sebagian mozaik dari semak-semak. Sejak itu, penggalian arkeologis dilakukan. Hingga kini. Para ahli juga melakukan konstruksi ulang. Sebagian keindahan bangunan kuno bisa kita nikmati sekarang.
Nama-nama indah nan unik akan kita temui di berbagai papan petunjuk. Rumah Dionysos, Theseus, Aion dan Orpheus. Nama-nama tersebut diberikan berdasarkan motif-motif mozaik berdasarkan mitologi Yunani terbaik atau yang pertama ditemukan di sebuah konstruksi antik. Di dalam dua konstruksi, Aion dan Dionysos, kumpulan ruangan bermozaik relatif utuh bisa kita saksikan. Sebagian keduanya ditutup bangunan pelindung mirip rumah Di dalamnya terdapat anjungan-anjungan kayu dimana para pengunjung melihat-lihat mozaik dari atas. Papan-papan besar berisi keterangan isi bangunan tertulis dalam bahasa Yunani dan Inggris.
Kami menjelajahi hampir semua isi kompleks. Naik turun tangga-tangga kayu, keluar masuk aneka bangunan bersejarah, mengamati bebatuan tua, sambil berdiskusi banyak hal tentang kompleks ini. Tak pernah ada kata membosankan dalam mempelajari sejarah langsung di sumbernya.
Rumah Aion kami datangi pertama. Satu ruangan bermosaik bertudung. Jembatan kayu di bangun di sekeliling lantai. Tiga kolom gambar terpampang di bagian tengah lantai sekira 8×8 meter persegi. Tak semua bagian dikonstruksi ulang. Sebagian menyisakan ruang-ruang kosong. Gambar-gambar tersebut adalah personifikasi dewa-dewa dalam mitologi masa silam. Banyak diantara mereka digambarkan tanpa busana. Mosaik tersebut disusun dari potongan keramik mini, ukuran 0,5×0,5 cm2. Terbayang berapa waktu dibutuhkan untuk penyelesaian seluruh set mosaik.
Villa lain dengan koleksi mosaik utuh dan variatif adalah Dionysos. Pemiliknya diperkirakan pemuja sang dewa anggur (Dionysos). Salam dengan Aion, sebagian ruang dengan lantai-lantai mosaik ini memiliki atap. Enak dikunjungi saat sengatan matahari begitu kuatnya. Villa inilah highlight bagi setiap pengunjung Taman Arkeologis. Dibangun sekitar 200 tahun sebelum masehi, villa seluas sekitar 2000 m2 ini punya lantai mosaik seluas 556 m2. Pemiliknya pasti sangat kaya di zamannya.
Bermacam desain mozaik kami saksikan di tempat ini. Ada pola kotak mirip ubin. Atau bundar, bintang, mirip batik. Gambar personifikasi dewa-dewa dan hewan dalam mitologi paling dominan. Jika jaman sekarang orang koleksi lukisan dinding, jaman dahulu orang mengoleksi gambar di lantai. Buku panduan menerangkan arti gambar-gambar yang ternyata punya cerita tersendiri. Misalnya saja cerita tentang Narkissos, pemuda tampan yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Dia kemudian berubah menjadi bunga Narcissus. Namanya diabadikan menjadi sebuah sifat, menggambarkan seseorang yang mencintai diri sendiri secara berlebihan.