Sebagai pemilik tiket semesteran dari salah satu universitas di utara Jerman, Bapak dan Emak hampir sebulan sekali datang ke Hamburg. Memanfaatkan tiket sambil mengunjungi kota metropolitan kedua di Jerman setelah Berlin. Embak yang masih belum enam tahun, tentu saja bisa turut serta dengan percuma.
Dahulu jika mendengar Hamburg, Emak selalu membayangkan sebuah kota pelabuhan besar. Benar, Hamburg memang kota pelabuhan terbesar di negeri ini. Sehingga menjuluki dirinya sebagai Kota Gerbang Dunia. Namun, Hamburg memiliki banyak sisi lain yang bisa dilihat dan dinikmati selain kapal-kapal peti kemas, gudang-gudang dan kran-kran raksasa.
Motif utama kedatangan kami dahulu di kota ini adalah belanja. Bukan wisata belanja dalam arti mengunjungi mal, passage, serta butik-butik mewah yang banyak tersebar di jantung kota. Melainkan membeli kebutuhan pokok di Toko Indonesia di belakang stasiun utama. Banyak bumbu serta bahan makanan dari tanah air dijual di sini. Pemiliknya pun memiliki sebuah rumah makan halal tepat di sebelahnya. Rasa makanannya, tentu saja cocok dengan selera kami. Di jalanan menuju toko ini berderet-deret toko milik orang Arab/Turki. Mereka banyak menjual daging halal. Banyak obral daging, sayur dan buah di hari Sabtu.
Pusat kota Hamburg letaknya hanya sepelemparan batu dari stasiun utama. Tinggal menyeberang ke jalan di depan stasiun, sampailah kita di pusat-pusat perbelajaan, passage-passage indah dan unik, hotel-hotel megah, butik-butik mahal. Jalan utamanya bernama Mönckebergstrasse. Daerah ini selalu ramai dilewati pejalan kaki. Korban mode tentu akan senang menjelajahi penjual pakaian, sepatu dan aksesories. Dari termurah hingga termahal.
Ujung Mönckebergstarsse adalah bangunan termegah di Hamburg, Rathaus alias Balai Kota. Bercorak renaissance, gedung ini menjadi trade mark Hamburg selain pelabuhan. Di dekatnya ada kanal yang bersambung dan dapat dilewati perahu motor kecil. Jika kita menuju Jungfernstieg di danau Binnenalster, akan ada perahu-perahu turis untuk berkeliling sebagian kanal. Mirip di Venezia. Dengan versi lebih pendek dan murah. Kami pernah sekali mencoba menggunakan media ini.
Jika ingin ke daerah pelabuhan, bisa menggunakan U-Bahn (kereta bawah tanah) hingga halte Landungsbrücke. Dari sini pelabuhan Hamburg terlihat jelas. Setiap tahun, ketika perayaan ulang tahun pelabuhan berlangsung, daerah ini ramai sekali. Mirip pasar malam. Dari sini tersedia pula perahu motor turis untuk berkeliling pelabuhan.
Satu lagi yang paling terkenal disini adalah kawasan merah bernama bernama St. Pauli. Reeperbahn adalah jalanan utama sekaligus paling ramai di sana.
Pengen kesana jadinya, tapi kayaknya biaya perjalanannya mahal deh…
ntr aja kalo udah kaya dari hasil nge Blog.. heheh..
Ada satu yang tertinggal nih mbak, Pasar Ikan (Fischmarkt). Mungkin karena jam bukanya cuma pagi hari (s/d pk.11) dan di hari Minggu lagi, jadi agak susah bagi orang luar kota. Tapi bagi ‘penduduk’ Hamburg, wow terkenal habis deh!
Fischmarkt ini semacam pasar ‘kaget’ juga dan sesuai julukannya disini dijual macam2 ikan segar plus (nah, ini yg special) buah2an dan sayur mayur dalam ‘kiste’ (kotak besar) yg dijual suangat murah ca.1-2-3 Euro/kiste (note: memang sudah dekat waktu kadaluarsanya sih!). Karena ‘saking’ banyaknya (gak habis dimakan seminggu deh…kata orang), keluarga2 Indonesia di sana bila berbelanja mesti patungan (berbagi) dulu…hi..hi..hi..
Oh ya, pasar ini terletak di halte Fischmarkt di pinggir sungai Elbe yang dilalui oleh ferry no.62 jurusan Landungsbücken-Finkenwerder. Jadi sambil belanja murah meriah sekaligus rekreasi pelabuhan di waktu pagi.
Salam,
Puji
matur nuwun, Mas Puji. Sudah diingatkan. Insyaallah ada bahasan tersendiri menganai Fischmarkt Hamburg….:)
[…] anda sedang berkunjung ke Hamburg, dan tak punya rencana apa-apa di hari Minggu pagi, cobalah datang ke Pasar Ikan Hamburg alias […]
[…] sepak bola bergengsi di tingkat dunia ini. Posisi tempat tinggal kami ketika itu dekat dengan kota Hamburg dan Hannover, dua kota penyelenggara […]
[…] hari bus beranjak dari Hamburg. Sekali pindah bus di Köln. Bus yang kami tumpangi cukup nyaman, dan dilengkapi dengan toilet di […]
[…] Bremerhaven – Hamburg, meski baru bagi kami, tak ada yang terlalu istimewa. Pemandangan di dominasi oleh wilayah […]
[…] bersama empat teman lainnya. Farid, Mas JJ, Sese, dan Wilda. Berawal dari penawaran tiket murah Hamburg – Kopenhagen dari Deutsche Bahn, perusahaan perkeretaapian Jerman. Empat puluh lima euro per orang, […]
[…] bahkan bisa menggunakan tiketnya hingga ke seluruh negara bagian Niedersachsen, Bremen, hingga ke Hamburg. Pun mahasiswa beberapa perguruan tinggi di negara bagian Nordrhein-Westfalen. Mereka bisa […]
[…] Jerman. Melainkan menggilir kota-kota terdekat yang terjangkau oleh tiket semester kami, seperti Hamburg, Bremen, Cuxhaven dan […]
[…] sewa penginapan di Jerman relatif mahal. Terutama di kota-kota seperti Frankfurt, Hamburg, Munich dan Stuttgart. Sebagai alternatif lebih murah adalah youth hostel. Di jerman, youth hostel […]
[…] yayasan biasanya menekankan pada tema abad pertengahan tertentu. Yayasan Bauer & Bonde dari Hamburg misalnya, mengkhususkan diri pada tahun-tahun terakhir abad pertengahan. Communitas Monacensis e.V. […]