Selama berada di kota Amman, kami mengeksplor beberapa tempat di luar kota. Yang jaraknya gak terlalu jauh dari ibukota. Di Amman, harga penginapan lumayan murah. Walau hotel kami seh, gak terlalu recommended.
Salah satunya yang kami eksplor adalah kota kuno Jerash. Destinasi wisata Yordania teramai kedua setelah situs Petra. Jaraknya tak terlalu jauh dari Amman. Tak sampai 50 km atau sekitar satu jam perjalanan dari Amman. Plus beberapa menit kemacetan di ibukota Yordania.
Baca juga: Dunia Lain Petra
Jalanan menuju Jerash atau Gerasa lebar dan relatif sepi. Keluar Amman, kemacetan tak terasa lagi. Jerash kota relatif besar dan ramai turis. Kami sempat salah belok, saat mau parkir di tourist centre Jerash. Tapinya dapat bonus mengelilingi pagar luas keseluruhan situs. Parkiran dekat gerbang masuk sudah dipenuhi puluhan mobil. Kami mencari spot di bawah pohon. Agar mobil tak terlalu panas ketika kami masuki lagi.
Banyak traveler menggabungkan tur Jerash dengan Kastil Ajloun. Dari Amman bisa naik bus umum ke sana. Atau ikut tour. Kami pilih lebih berkonsentrasi di Jerash. Sebuah kota peninggalan Bangsa Romawi kuno di Yordania. Ketika Jenderal Pompeius menaklukkannya pada tahun 63 sebelum masehi.
Melalui pendudukan Romawi kuno ini Jerasa mengalami masa keemasan. Ia menjadi salah satu dari Dekapolis, 10 kota metropolitan zaman antik. Berpenduduk sekitar 20 ribu jiwa. Bangunan-bangunan megah dibangun. Jalan-jalan batu mempermudah alur transportasi. Di abad kedua masehi, Jerash menjadi pos penting. Bangsa Romawi kuno mulai melakukan ekspansi ke arah Asia. Kaisar Hadrian bahkan pernah mengunjunginya pada tahun 129/130 masehi. Abad-abad berikutnya ditandai dengan mulai menyebarnya agama Kristen.
Dua gempa besar meluluhlantakkan sebagian kota, sehingga mulai ditinggalkan penduduknya. Yakni pada tahun 658 dan 749. Baru pada sekitar abad 19 wilayah sekitar Jerash mulai didiami kembali.
Kompleks Situs Arkeologi Jerash
Masuk information center, pengunjung akan disambut oleh pasar suvenir. Kios-kios cinderamata di dalam sebuah ruangan tertutup. Penjualnya memanggil-manggil calon pembeli dengan bersemangat. Kami pilih langsung keluar lagi untuk mengeksplor isi situs ini.
Hari itu tak terlalu ramai pengunjung situs arkeologi ini. Alhamdulillah, hari cerah. Kalau sedang hujan seperti di Amman, malas juga berkeliling museum terbuka seperti ini. Keluar pusat suvenir, kami naik tangga. Berjalan ke arah busur Hadrian. Saya pikir pengecekan tiketnya dekat sini. Ternyata masih ratusan meter di depan sana.
Busur Hadrian dan Hippodrome
Konstruksi megah pertama, Busur Hadrian menyapa kami. Dibangun tahun 129 untuk menyambut kedatangan sang kaisar. Busur Hadrian merupakan sebuah gerbang yang dahulu letaknya masih di luar kota. Bertingkat dua, dengan satu pintu tinggi, dan pintu lebih rendah di kedua sisinya. Ia memiliki 4 pilar di bagian depan. Nama Hadrian mulai Emak kenal ketika mengunjungi Athena, Yunani. Pengalaman kami di Athena, sudah ada di artikel lalu.
Baca juga: Sehari di Athena, Antara Peninggalan Arkeologis dan Pasar Tradisional
tepat di belakang busur Hadrian, kita mulai memasuki Hippodrome. Sebuah areal luas dan memanjang bentuknya. Mungkin seperti alun-alun zaman sekarang. Di satu sisinya terdapat bangunan batu yang bagian atasnya bisa dipakai duduk. Satu dua pemilik kuda mendekati, menawari apakah kami mau naik kuda. Di waktu-waktu tertentu katanya ada pertandingan balap kereta kuda di tempat ini. Sayang kami gak melihatnya secara langsung.
Dari hippodrome menuju tempat pengecekan tiket, kami melewati beberapa ruangan dan tumpukan batu-batu kuno. Sebagian dipahat dengan bentuk tertentu. Kebanyakan batu tersebut dibiarkan berjajar dan ditutupi ilalang. Kami tak perlu bayar tiket lagi, sebab punya #JordanPass.
Walau tak seluas Petra, bisa seharian keliling situs Jerash. Kami kunjungi tempat-tempat mainstream dan ramai saja. Sekitar 2 jam.
Forum Oval
Masuk sebuah gerbang dan melewati pasar kuno, kita akan segera berada di sebuah tempat luas bernama Forum Oval. Dikelilingi puluhan pilar tinggi, lantai forum sudah diplester. Berdimensi 90 m x 80 m. Di bagian tengah terdapat satu pilar lagi. Dari forum kita bisa memandang ke arah Kuil Yupiter di atasnya. Di zaman dahulu, forum merupakan salah satu pusat kegiatan penduduk. Baik di bidang politik atau ekonomi.
Cardo Maximus
Kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Cardo Maximus. Jalan utama berplester kuno sepanjang kira-kira 800 meter. Dibangun kira-kira pada abad pertama masehi. Plesternya terbuat dari batu. Sebagian licin ketika diinjak dan terlihat bekas-bekas goresan roda kereta kuda. Jalanan seperti ini pernah kami temui di situs-situs Romawi kuno lainnya. Seperti kota antik Salamis di Siprus Utara. Di kanan kiri jalan utama ini terdapat beberapa bangunan penting. Akan tetapi kami tak berjalanan sampai ke ujungnya, yaitu North Gate.
Masjid Umayyah
Ada beberapa bekas reruntuhan masjid ditemukan di kota kuno Jerash. Salah satunya yang sempat kami intip adalah Masjid Umayyah. Yang tersisa dari masjid ini adalah tembok setinggi beberapa batu bata. Daerah masjid baru beberapa tahun digali.
South Tetrapylon
Perjalanan kaki kami akhiri di sini. Di sebuah jalan simpang kuno. Dalam bahasa Yunani, Tetrapylon berarti empat gerbang. Persimpangan ini ditandai dengan sebuah bangunan segi empat. Tingginya tidak sampai dua meter. Dari sini, kami balik arah. Kepanasan dan mulai kecapekan.
South Theater
Dari forum oval, kami berbelok sedikit ke kanan, berjalan agak mendaki ke arah salah satu bangunan teater Jerash. Sebelumnya suara tambur kami dengar sumbernya dari sini.
Keluarga pelancong berkali mengintip suasana theater Romawi kuno. Akan tetapi, setiap kali melihatnya, kekaguman Emak selalu muncul. Zaman dahulu, kebutuhan untuk berkumpul, menikmati sebuah hiburan bersama-sama sudah ada dna terpenuhi. Meski zaman dahulu, yang namanya hiburan bukan pertunjukan theater drama, musikal, atau pun konser musik rock seperti sekarang. Melainkan pertarungan gladiator dengan binatang buas, pertarungan manusia melawan manusia lainnya, hingga prosesi hukuman mati. Hiburan yang dekat sekali dengan kematian.
Theater satu ini bisa menampung hingga 3 ribu pirsawan. Dibangun ketika rezim Kaisar Domitian. Antara tahun 90 – 92 masehi. Tempat duduk pirsawan berbentuk U atau tapal kuda. Berundak hingga belasan tingkat. Di antaranya dibangun undak-undakan. Bagian depannya panggung terbuka. Belakang panggung ada bangunan pendukung. Konon akustik theater seperti ini bagus. Tanpa berteriak pun suara orang dipanggung bakal terdengar hingga ke belakang.
Pertunjukan musik tradisional kembali berkumandang. Serombongan pemusik lelaki berpakaian tradisional. Menghibur pengunjung theater.
Kuil Zeus
Sebelum meninggalkan kompleks, kami mampir sebentar di Kuil Zeus. Dibangun di atas orum oval. Dari ketinggian sini, kita bisa menyaksikan beberapa wilayah di bawahnya. Belasan pilar kuil masih kokoh berdiri. Atapnya sudah tiada. Satu sisi tembok juga masih tampak kokoh. Berfoto sejenak. Kami nyerah. Hari semakin panas saja. Jalan kaki ke gerbang depan masih membutuhkan tenaga kami. Mungkin tak sampai seperempat wilayah kota kota kami jelajahi. Butuh setidaknya seharian biar puas berjalan hingga ujung kota. Buat kami, yang penting sudah sampai dan ada fotonya. 🙂
Jadi Jerash setelah gempa sempat menjadi kota hantu.
Klo Zeus itu jd teringat hercules 🙂
@EmakMbolang: ho-oh… beberapa kota di YOrdania, kena gempa dasyat. Petra juga ditinggal karena gempa. 🙂