Kota Seribu Jendela, Berat

Selama road trip di Balkan musim panas lalu itu, kami sempat merubah rencana beberapa kali. Sempat kami ingin menjelajah Albania dari utara ke selatan. Dari Durres, lanjut ke Vlora, Saranda dan Gjirokastra. Lalu keluar Albania menuju Yunani. Sebab kami masih ragu-ragu apa bisa masuk Makedonia. Rencana pun beralih. Kami coba-coba saja masuk ke Makedonia ke arah Ohrid. Jika gak berhasil masuk, tinggal balik lagi Albania.

Cobbled stone gangway in Mengalem, Berat

Keluarga pelancong sebenarnya sempat mampir ke Durres, sebelum melanjutkan perjalanan ke Berat di tengah Albania. Durres adalah sebuah kota pantai di tepi Lautan Adriatik. Ramai oleh para turis di musim panas. Akan tetapi, kami masih mendapatkan apartemen yang harganya miring, meski kami pesannya mendadak. Emak tidak ikut ke pantai Durres. Cuma Bapak dan anak-anak ke sana.

Dari Durres, kami mampir ke kota terakhir kami di Albania, Berat. Sebuah kota yang masuk dalam daftar Warisan Budaya Unesco. Perjalanan Durres – Berat memakan waktu hampir dua jam. Melewati banyak desa berkebun jagung Albania. Jarak Tirana ke Berat kira-kira 100 km. Tepat tengah hari dan hampir zuhur kami tiba di kota ini. Cuaca sangat panas. Alhamdulillah dapat tempat parkir tidak jauh dari pusat kota.

Berat Medieval Center

Kami numpang sembahyang zuhur di sebuah masjid di Berat medieval center. Masjid tua berusia ratusan tahun yang sebagian besar terbuat dari kayu. Kayunya pun sudah tua, tapi masih terlihat kuat.

The dome and chandelier of King Mosque, Berat, Albania
Lampu di bawah kubah

Medieval Berat memiliki beberapa bangunan tua yang masih tersisa. Dibangun zaman Turki Usmani. Warga lokal menyebutnya Sheria e Beratit. Sayangnya bangunan sekolah dan perpustakaan hancur saat Perang Dunia II.

King Mosque (Xhamia e Mbretit), masjid yang kami singgahi, dibangun oleh Sultan Bayezid 2 sekitar tahun 1480. Bagian depannya terlihat sudah direnovasi. Tempat sholat perempuan berada di lantai atas. Pintu masuknya melalui sebuah tangga di samping masjid. Kami memasuki pintu kayu berwarna kehitaman. Karpet tipis berwarna biru menutupi lantai kayunya. Tembok dalam masjid berwarna putih. Yang terlihat istimewa adalah kubah kayunya yang berukir dan berornamen kaligrafi sederhana. Beberapa wanita sedang sembahyang. Anak-anak kecil tak berhenti memandang wajah eksotis kami.

Dari masjid, kami ke Halveti Tekke, di sebelahnya. Didirikan Ahmed Kurt Pasha sekitar tahun 1770. Tekke yang berarti tempat menyepi, merupakan pusat Sufi brotherhood. Kami diperbolehkan masuk oleh bapak penjaganya yang juga pemegang kunci King Mosque. Bagian dalamnya cakep. Terutama ornamen atap main hall, berlapis kayu berukir dan berwarna-warni. Di sebelah tekke, berdiri bekas Han, guest house milik tekke.

Mangalem dan Gorica

Sejarah kota Berat dimulai sejak 2.400 tahun lalu. Sebuah kota didirikanoleh bangsa Illyria sekitar abad ke 6 hingga ke 5 sebelum masehi. Abad ketiga sebelum masehi, ia menjadi kota benteng bernama Antipatrea. Benteng tersebut meluas saat Keluarga Muzakaj berkuasa. Dari benteng, di atas bukit, Berat berkembang menjadi tiga bagian kota: Kala (tempat benteng berlokasi), Mangalem di kaki benteng, serta Gorica. Perkampungan Mangalem dan Gorica saling berhadapan, dipisahkan oleh Sungai Osum.

Gorica neighborhood, Berati, Albania

Saat ini, Mangalem dihuni mayoritas penduduk muslim, sedang Gorica Kristen. Kedua perkampungan sekilas terlihat mirip. Keduanya berada di punggung bukit, dan rumah-rumahnya bagai berundak. Jendela bangunan-bangunan tersebut. Satu ruangan memiliki dua, tiga, empat, hingga enam jendela. Sehingga ada yang menyebut Berat sebagai kota seribu jendela.

Tak banyak kami liat orang lalu lalang di jalan siang itu. Mungkin juga karena cuaca panas. Orang lebih senang berdiam diri di dalam ruangan. Kami hanya menjelajah bagian depan Mangalem, sempat masuks edikit menyusuri gang-gang yang jalannya terbuat dari batuan alam. Medan mendaki membuat kami menyerah. Mau menyeberang ke Gorica juga gak ada tenaga. Ya udah motret dari jauh saja dari tepi Sungai Osum.

Makan Pizza Halal

Walau penduduknya banyak yang muslim, tak terlalu banyak rumah makan memasang label halal. Mungkin seperti di tanah air beta, yah. Kalau makan di rumah makan di Albania, kami cari aman saja, sih. Pesan makanan bebas daging. Yang berbahan salad, telur, atau ikan. Nah pas di Berat, ngeliat bakul pizza pasang label halal, mampirlah kami. Namanya Pizza Fast Food Hallall Medine di Jalan Antipatrea. Harganya relatif murah. rasa tidak mengecewakan. Selain pizza, kami pesan roti isi daging dan salad mentah.

Halal food, Berat, Albania

Setelah makan, kami jalan-jalan sebentar ke Bulevardi Republika. Sebuah jalan khusus pejalan kaki di pinggir taman luas. Di jalan ini terdapat rumah makan dan hotel-hotel. Dari sini, kita bisa dapat view bagus buat motret Mangalem. Sayangnya gak bisa lama-lama di berat, sebab perjalanan bakal lanjut ke negeri Makedonia.

***

Baca juga: Things to do in Shkoder

Baca juga: Jalan Kaki keliling Pusat Tirana

3 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: