Di Skopje, seperti di tempat-tempat lain yang kami kunjungi selama road trip musim panas Semenanjung Balkan, keluarga pelancong ditemani hari-hari cerah dan panas. Yang bisa melebihi 30°C. Alhamdulillah cuaca bagus terus. Namun panasnya kadang tak tertahankan, apalagi di siang hari. Kami jadi punya alasan skip beberapa tujuan wisata yang ingin dikunjungi sebelumnya.
Di Makedonia, Emak sebenarnya sudah pengen mampir Matka Canyon. Wisata alam yang tidak terlalu jauh dari Skopje. Tapi kok, males panas-panas gitu berkendara ke mana-mana. Lebih enak cari tempat jalan daerah kota saja, dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Yowes ke pusat Skopje aja. Puas ngeliatin patung-patung, kami menyeberang jembatan ke arah kota tua.
Stone Bridge Skopje
Kawasan modern (Plostad Mekedonija) dan kota tua Skopje dipisahkan oleh Sungai Vardar. Keduanya dihubungkan oleh sebuah jembatan kuno. Dikenal sebagai Stone Bridge. Usia jembatan ini ratusan tahun. Ada dua pendapat mengenai pembangunannya. Satu pendapat mengatakan, bahwa ia pertama kali dibangun di zaman Byzantium. Tepatnya di masa kekuasaan Kaisar Justinian I, kira-kira pada abad keenam masehi. Pendapat kedua mengatakan, bahwa stone bridge dibangun antara tahun 1451-1469. Ketika Turki Usmani diperintah oleh Sultan Mehmet II, Sang Penakluk.
Sesuai namanya, jembatan ini berbahan batu. Panjangnya lebih dari 200 meter. Sekarang hanya bisa dilewati pejalan kaki. Konon dulu boleh dilewati kendaraan. Jembatan bermilenia ini sudah beberapa kali diperbaiki dan bentuknya sudah berubah dari aslinya.
Menyeberang stone bridge seperti melintasi lorong waktu. Kita akan ketemu suasana berbeda. Katanya, setiap pengunjung Skopje, mesti melewati jembatan satu ini. Pas kami di sana, air sungai gak terlalu dalam. Sungai Vardar terlihat bersih. Oh ya, sebelum menyeberang kami sempat turun ke pinggir sungai. kaki-kaki penyangga jembatan tampak sangat kokoh.
Kale Fortress
Dari ujung jembatan, sebelah kiri kita berdiri Kale fortress di ketinggian. Kira-kira juga dibangun di masa Kaisar Justinian I. Benteng ini berkali diserang musuh. Dibenahi di abad kesepuluh, kesebelas, dan seterusnya. Dari bawah, bentengnya terlihat bagus. Kami gak manjat ke sana. Panas, maleisia lah.
Old Bazaar
Kami lanjut berjalan ke arah old bazaar Skopje. Sepi. Hari Minggu, sebagian besar toko tutup. Kami berjalanan di atas jalanan batu. Old bazaar Skopje (Stara Carsija) penampakannya mirip dengan Bascarsija di Sarajevo. Jalanan khusus pejalanan kaki, tidak terlalu lebar. Kanan kirinya ruko-ruko kuno dua lantai.
Bedanya, old bazaar Skopje naik turun jalannya. Sedangnya Bascarsija datar-datar saja. Dan katanya, bazaar Skopje ini oldest largest bazaar outside Istanbul. Sebab tokonya banyak yang tutup, kami agak malas berkeliling jauh-jauh.
Menurut sejarah, pasar tua Skopje mulai ada sekitar abad 12. Ia mulai berkembang pesat ketika Makedonia berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Mencapai puncak kejayaan pada abad 16 dan 17 masehi ketika ia memiliki sekitar 2150 toko di dalamnya. Sekarang, old bazaar menjadi salah satu destinasi wisata yang keberadaannya dilindungi dan dipelihara oleh pemerintah setempat. Banyak pedagang menjual aneka kebutuhan pokok, kebutuhan rumah tangga, perhiasaan, di tempat ini.
Beberapa peninggalan dan landmark budaya bisa kita temukan di old bazaar Skopje: masjid, gereja, caravanserai, hammam (pemandian umum), han, museum, sekolah, kedai-kedai kopi tua, teahouse, serta restoran yang katanya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Kompleks pedagang ini sempat rusak dibakar, akibat dua perang dunia serta gempa besar yang melanda Skopje tahun 1963. Yang ada sekarang merupakan sisa-sisa yang bisa diselamatkan serta diperbaiki. Old bazaar Skopje melambangkan sebuah monumen multikultural bagi Republik Makedonia Utara.
Wisata kuliner
Sudah waktunya makan siang, kami pun melipir ke tempat-tempat makan. Banyak banget di dalam kompleks old bazaar. Cumak kami gak yakin, sebab gak ngeliat label halal di tempat-tempat makan tersebut. Sampai kemudian liat sebuah restoran dengan beberapa wanita berkerudung sedang makan. Di seberangnya, berdiri seorang wanita, berjualan jus di depan tokonya. Kami tanya, apakah restoran tersebut menyediakan makanan halal.
“Yes,” katanya.
Marilah kita makan. Menunya mirip-mirip sama rumah-rumah makan lain di Bosnia, Albania, dan Kosovo. Daging cincang bakar bernama cevapcici. Kami pesan burger, kentang goreng, serta salad. Salad di daerah sini segar-segar. Kami banyak makan salad sebagai bom vitamin, biar tetap fit selama perjalanan.
Daerah ini ada beberapa rumah makan sebenarnya. Akan tetapi tempat makannya berada di luar. Seperti menjadi satu dengan rumah-rumah makan lainnya. Selama kami makan, banyak didatangi pengemis anak-anak. Mereka meminta agak memaksa.
Masjid Murat Pasha
Waktu sholat asar tiba ketika kami sedang berada di old bazaar. Qadarullah kami sedang berada di dekat sebuah masjid. Masjid Murat Pasha namanya. Berada di pusat kota tua Skopje.
Masjid bercat dominan putih berada di tengah-tengah old bazaar. Dari luar, bangunannya terlihat baru. Dibangun pertama kali antara tahun 1802-1803. Di abad 20, ia direnovasi oleh mufti Makedonia. Masjidnya bergaya Ottoman baroque, menggunakan elemen Islam neoklasik, bentuknya persegi, tanpa kubah.
Luar dalam masjidnya sederhana. Tembok dalamnya banyak polosan. Enak tapinya di sini. Adem. Sebab di luar panas betul.
Oh ya, ada beberapa menara masjid terlihat di dalam kompleks old bazaar. Zaman dulu malah katanya ada 30-an masjid di sini. Sayangnya kami gak sempat kunjungi satu per satu. Waktu kami di sini sangat terbatas.
***
Baca juga: Warna-Warni Masjid Tetovo
[…] Baca juga: Kota Tua Skopje […]