Kotor, Vila Dobrota

teluk-kotor-pagi-hariPagi hari saat bersiap check out, kami kaget ada orang masuk ke satu ruangan di lantai dasar. Ternyata sebuah dapur luas. Seorang ibu usia 50 tahun lebih menyapa dalam bahasa Jerman, bertanya apakah kami mau dibuatkan kopi. Kami jengah, ujungnya menerima tawaran tersebut.

Bapak mengajak Emak ke lantai atas. Yuk kita lihat pemandangan. Beliau memasuki sebuah kamar, Emak ragu. Setelah jendela terbuka, terlihat pemandangan di luar sana. Wow, malam hari kemarin tak pernah kami bayangkan kami berada di dalah satu tempat terindah di Eropa. Yang tak pernah Emak bayangkan ada tempat seperti ini.

Vila Dobrota ini ada di ketinggian. Jauh di seberang sana menjulang dua gunung batu, bersisian. Di tengahnya mengalir air laut. Dua gunung tersebut bagai memeluk Teluk Kotor. Kabut tipis menutup permukaan teluk.

„Kita minum kopi di teras. Lebih nyaman di sana,“ ibu pemilik penginapan mengajak kami. Bapak sudah ngopi terlebih dahulu. Tak hanya itu, si Ibu sudah mengajaknya memetik buah jeruk dan citrun. Buah ini tumbuh subur di kebun pemilik apartemen.

„Anak-anak bisa saya sediakan susu jika mau,“ kata si Ibu lagi. Kami minum kopi dan makan jeruk. Bukan perpaduan umum. Tapi kami menikmati obrolan pagi itu. Sesekali si Ibu menerangkan ke ibunya, seorang ibu lebih tua yang ikut duduk dan mendengarkan obrolan pagi itu. Si pemilik apartemen pernah tiga tahun tinggal dan bekerja di Jerman. Ketika perang. Hidup susah kala itu. Tak aman pula.

Sekarang mereka hidup tenang. Di musim panas, banyak turis. Terutama orang jerman, tutur beliau. Dua anak lelekinya sudah berumah tangga dan punya anak. Salah satunya datang membantu mengurus penginapan di musim panas. Emak baru mengerti. Mungkin itulah sebabnya beliau bingung di awal kedatangan kami. Sepertinya yang mengurus masalah booking adalah putra beliau.

Si Ibu bingung ketika kami mau membayar. Dua puluh lima euro, kata beliau. Di bukti booking kami tertera 45 euro. Emak protes. Akhirnya beliau mengajak beliau ke kantornya, mengecek di komputer. Beliau masih bingung. Setelah saya terangkan, akhirnya si Ibu mau menerima 45 euro tersebut. Termasuk murah. Apalagi dengan segala kenyaman, keindahan pemandangan, serta keramahtamahan pemilik apartemen.

Si Ibu memetikkan jeruk fortunella. Jeruk mini sejempol tangan yang dimakan beserta kulitnya. Buahnya sangat masam, tapi kulitnya manis. Bonus satu lagi: sekresek jeruk. Woaaaaa…

Lalu sekali lagi beliau mengajak Emak ke lantai paling atas apartemen. Di sini pemandangan terbaik Teluk Kotor bisa kami saksikan dari apartemen ini. Masha Allah. Diam-diam Emak menyesal, hanya mengalokasikan waktu semalam di sini. Ketika akan memotret, baterai kamera habis. Grrrrrrrrrrrrrrrrrrr

(Tampaknya harus bersambung lagi)

6 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: