Labuan Bajo, Pintu Gerbang Taman Nasional Komodo

Maunya nulis tentang Yordania lagi, tapi kok lebih seru nerusin tema trip #WonderfulIndonesia, nih. Baiklah pemirsa, mari kita lanjutkan cerita keluarga pelancong menemui hewan langka dunia, Komodo. Tapi kali ini mau cerita tentang Labuan Bajo dulu.

Tempat wisata Komodo
Senja di Labuan Bajo

Dulunya Emak mengira, kalau mau ke Pulau Komodo, ada akses pesawat langsung ke pulau tersebut. Yakni bandara di Pulau Komodo. Trus anggapan salah Emak lainnya adalah, bahwa Komodo hanya akan bisa kita temui di Pulau Komodo. Keduanya salah. Bandara terdekat dengan Komodo adalah Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.

Dan Komodo tak hanya ada di Pulau Komodo. Melainkan bisa kita temui di tiga pulau. Yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Kesemuanya masuk dalam areal Taman Nasional Komodo. Dan untuk mengakses pulau-pulau tersebut, kita kudu naik kapal laut / perahu lagi. Bisa sewa secara privat. Mau pun kapal angkut dari Pelabuhan Labuan Bajo menuju Pulau Komodo.

Perjalanan keluarga pelancong menuju Labuan Bajo sudah Emak ceritakan di artikel ini. Nah sampai Bajo kami bertemu dengan serombongan turis lokal asal Bandung. Mbak Tien, Pak Jack, Andika, dan Pak Rully. Dan kawan mereka asal Bajo, Izwan. Pertemuan spontan ini kemudian jadi perjalanan bersama kami. Kami sangat terbantu oleh Mas Izwan. Gak perlu repot-repot lagi nyari penginapan, tempat makan, dan sewa kapal. Semuanya beliau yang membantu.

Tentang Labuan Bajo

Labuan Bajo merupakan ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Jaraknya dari bandara ke pusat kota tidak jauh. Naik kendaraan bermotor sekitar 10 menit saja. Tarif taksi dari bandara ke pusat kota adalah Rp. 60.000,-. Itu adalah tarif resmi transportasi dari bandara. Entah kalau di luar bisa tawar menawar atau tidak. Waktu balik dari Labuan Bajo menuju bandara, kami nyewa angkot. Tarifnya bisa lebih murah dari taksi. Bisa setengah harga taksi. Tergantung tawar menawar saja jika mau.

Kota Labuan Bajo terdiri dari pantai dan bukit. Sebuah perpaduan sempurna, bukan? Pusat kotanya tidak terlalu luas. Bisalah, dijelajahi dengan berjalan kaki. Siap kepanasan serta kegerahan saja. Plus trotoar tidak merata. Tapi banyak kok orang asing terlihat asyik-asyik saja jalan kaki. Bahkan sampai mendaki ke bagian kota yang lebih tinggi. Labuan Bajo termasuk masih hijau. Bangunan tinggi hampir tak ada.

Daerah yang ramai meliputi wilayah pelabuhan, Kampung Ujung, hingga sepanjang Jalan Soekarno – Hatta. Di jalan ini penuh dengan penginapan, rumah makan, tur operator, persewaan alat-alat diving dan snorkeling, operator kursus diving, info kapal, serta aneka toko lainnya. Di sini juga kami melihat banyak sekali turis asing.

Labuan Bajo sangat aman menurut kami. Orangnya ramah, penjualnya tidak pernah memaksa kita membeli dagangannya. Senanglah kami jalan di sini.

Info Hotel

Kami memang sengaja tidak memesan hotel secara daring sebelumnya. Akan tetapi, Emak sempat ngecek harga hotel. Di booking.com, harga termurah yang ditawarkan untuk sekamar adalah sekitar 20 euro atau Rp. 300.000,-. Karena isi kamar hotelnya hanya berdua, kami harus nyewa dua kamar. Artinya 600 ribu per malam. Di satu blog, Emak baca, kita bisa go show nyari penginapan-penginapan kecil dekat pelabuhan. Walau sebenarnya cara ini agak berisiko. Di dekat pelabuhan memang banyak penginapan. Terlihat sangat sederhana. Kebanyakan berada di rumah makan Padang. Bawah resto, atas penginapan. Konon penginapan seperti ini banyak digunakan warga lokal dari pulau-pulau sekitar Labuan Bajo.

Perahu Pulau Komodo
Perahu pengangkut penduduk lokal

Rencana awal Emak dan Bapak adalah: sampai di bandara Bajo, nyari taksi ke pelabuhan. Lalu mencari penginapan. Setelah itu baru sorenya atau malamnya nyari info tentang kapal sewaan. Sebab ketemu konco baru, rencana berubah. Kami ngikut ajah ama mereka.

Jadi setelah sampai bandara dan dijemput Mas Izwan, kami nongkrong di bandara. Lalu nyari kapal di pelabuhan. Setelahnya baru masuk hotel. Kami sewa kamarnya semalam.

Hotelnya bernama hotel Sunrise. Di Jalan H. Ishaka 1, Labuan Bajo. Lokasinya sudah agak naik. Hotelnya ada di lantai 3. Kalau bawa koper, gempor juga mbawa ke atasnya. Per kamar untuk dua orang tarifnya Rp. 165.000,- sudah termasuk sarapan. Fasilitas kamarnya sangat simpel. Ada televisi layar datar, kipas angin kecilnya tak bertutup. Kamar mandinya juga sangat sederhana. Sarapannya terdiri dari setangkup roti tawar berlapis selai. Minumnya bisa milih teh atau kopi lokal.

Setelah pulang dari kapal, kami pindah ke hotel lain. Yang lebih dekat ke pelabuhan dan lebih bagus dibanding hotel pertama. Namanya Hotel Bajo. Kali ini tarifnya Rp. 300.000,- per kamar untuk dua orang dewasa. Hotel ini fasilitasnya memang lebih bagus dibanding Sunrise. Walau masih sederhana. Kamarnya memiliki AC. Sarapannya mirip, namun roti di Hotel Bajo lebih besar ukurannya.  Menurut Izwan, hotel-hotel di Bajo rata-rata memang seperti itu. Kami sempat diajak ke hotel berbintang. Akan tetapi lokasinya jauh dari pusat kota. Umumnya hotel bagus berada di satu resor.

Oh ya, Hotel Bajo tidak menerima reservasi melalui internet. Emak perhatikan banyak juga tamu asing keliling sambil jalan kaki nyari hotel. Sambil nggembol backpack guede.

Cari Makan

Kuliner seafood Labuan Bajo
Wisata kuliner Kampung Ujung

Mudah mendapatkan makanan di Labuan Bajo. Masakan seperti nasi goreng, mie goreng, lalapan, banyak dijual orang. Selama beberapa kali makan di sini, kami selalu puas dengan rasanya. Akan tetapi harganya agak mahal menurut Emak. Seporsi bakso sekitar 15 ribu, nasi dan mie goreng 25 ribu, lalapan ayam goreng 30 ribuan.

Tempat makan paling happening adalah Kampung Ujung. Di dekat pelabuhan dan pasar. Di malam hari, lapak-lapaknya dipenuhi penjual seafood. Ikan, cumi, udang dijual dalam bentuk mentah dan segar. Pembeli tinggal menunjuk ikan yang mana, lalu tawar menawar harganya. Ikannya bisa dibakar mau pun digoreng. Tinggal nambah nasi, lalapan, dan minuman. Di Kampung Ujung ini juga bisa kita temukan banyak penjual gorengan. Yang suka ngasih cabe banyak dan super pedas.

Di sepanjang Jalan Soekarno – Hatta pun bisa kita temukan beberapa penjual makanan. Mulai rumah makan Padang, aneka masakan Jawa, hingga masakan asing.

Transportasi

Banyak transportasi umum seperti angkot di Labuan Bajo. Namun karena kami cuma muter-muter pusat kota, kami mengandalkan kaki saja ke mana-mana. Selain angkot, kita bisa naik ojek, serta menyewa mobil atau motor. Beberapa turis asing terlihat asyik mengendarai motor. Dan di pelabuhan kami menyaksikan penduduk lokal juga naik perahu mirip jukung. Entah mau kemana.

Tempat Wisata

Selain menjadi gerbang menuju Taman nasional Komodo, di Labuan Bajo sendiri terdapat beberapa destinasi wisata. Misalnya saja pelabuhan dekat Kampung Ujung. Pantainya relatif bersih. Di kejauhan terlihat gundukan pulau kecil. Dan di ujung pelabuhan, kita bisa ke sebuah anjungan kayu yang memiliki rebuah restoran di ujungnya. Lampu sedang padam malam kami di sana. Jadi remang-remang deh suasananya.

Selain itu, pengunjung banyak mengunjungi Bukit Cinta, Pantai Silvia, serta pantai umum di Bajo. Yang sayangnya tidak sempat keluarga pelancong kunjungi.

Beli Suvenir

Emak melihat toko suvenir kecil di Jalan Soekarno Hatta. Serta beberapa barang cinderamata di sebuah supermarket dekat Hotel Sunrise. Saat berada di depan hotel, ada seorang menawari kain tradisional. Entah barangnya bagus atau tidak. Waktu sepotong kain beliau tawarkan 250 ribu rupiah, Emak bingung nawarnya segimana. Lagian kami gak bawa tas besar. Dan tidak niat beli barang banyak.

Satu toko suvenir lumayan besar ada dekat bandara Komodo, Labuan Bajo. Namanya Exotic Komodo. Di sini isinya sangat lengkap. Mulai makanan ringan, kopi Flores, kain-kain dari Waerebo, tas, sepatu, perhiasan, kaos, gantungan kunci, magnet kulkas. Harganya pas. Di bandara juga terdapat dua toko suvenir kecil. Kata seorang pembeli, beberapa barang harganya lebih murah dibanding Exotic Komodo.

18 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: