Leipzig Hauptbahnhof, Tak Sekadar Stasiun Kereta Api

 

Sunguh, kejutan akan menjumpai setiap pengunjung kota Leipzig sejak mereka tiba di stasiun utama (hauptbahnhof) kota ini. Akan mereka temukan sebuah stasiun yang berbeda dengan stasiun lainnya. Desainnya yang indah, ukurannya yang luar biasa, dan isinya yang tak biasa.

Itu pula kesan yang Emak tangkap pertama kami saat kami tiba di sini, setelah melakukan perjalanan berjam-jam dengan kereta api jarak jauh dan melewati kota-kota di bekas Jerman Timur lainnya seperti Magdeburg, Halle dan Koethen. Leipzig benar-benar berbeda dari kota-kota tersebut. Jauh lebih bersinar dan tampak sangat modern. Hauptbahnhof Leipzig, Adalah sebuah kejutan menyenangkan bagi kami. 

Kesan bersih, luas, dan terang segera terekam saat kami turun dari kereta api. Karena luasnya, stasiun tampak sedikit lengang, mesti ratusan orang sedang lalu lalang di sana. Ucapan selamat datang dalam bahasa jerman dan inggris berkumandang lewat pengeras suara.

Stasiun kota ini terdiri dari dua bagian bangunan, yakni querhalle alias koridor di bagian depan dan bahnsteighalle atau peron beratap. Dinding koridor terbuat dari batu-batu alam berwarna coklat muda. Bahnsteighalle terdiri dari 25 lintasan. Atap berbentuk seperti kumpulan pipa setengah lingkaran terbuat dari kerangka logam dan kaca.

Sejarah stasiun Leipzig juga menarik untuk diperhatikan. Di awal abad 20, dimulailah proses pembangunan stasiun utama di kota ini. Setelah penduduk Leipzig membengkak empat kali lipat dalam beberapa puluh tahun di akhir abad 19. Akhir tahun 1909 peletakan batu pertama berlangsung. Hingga diresmikan pada tahun 1915. Menghabiskan 625 ton kaca, 34000 ton semen, dan 7000 ton besi.

Serangan udara tentara sekutu pada perang dunia kedua meluluhlantakkan sebagain besar stasiun. Setelah perang berakhir, pemerintah Jerman Timur pun memulai usaha pengembalian kepada fungsinya semula. Dan sejak kedua Jerman kembali bersatu, modernisasi besar-besaran pun dilaksanakan. 

Di querhalle, dibangun pusat perbelanjaan plus dua tingkat ke bawah tanah. Sehingga menjadi mall tiga tingkat seluas sekira 30 ribu meter persegi dengan lebih dari 140 toko. Bekas lintasan 25 dan 26 diubah menjadi lahan parkir untuk 600 mobil. Tak kurang 250 juta euro dana terserap. 

Kemegahan stasiun plus pusat perbelanjaan ini telah kami saksikan sendiri. Dari luar, bangunan ini tak mirip sebuah stasiun. Pusat perbelanjaannya sendiri punya keistimewaan dibanding lainnya. Karena jadi satu dengan stasiun, maka dia boleh buka 7 hari dalam seminggu. Tak terkecuali di hari-hari libur nasional. 

Toko elektronik besar, jaringan mode terkenal, supermarket, serta kafe-kafe eksklusif, semuanya ada di sini. Mall seperti ini bisa menjadi alternatif warga kota untuk berbelanja di hari Minggu atau hari libur. Sangat tepat untuk mereka yang lama menunggu kereta sambungan. Kami malah sengaja berlama-lama memilih kereta berikutnya agar dapat menikmati suasana. Bosan menunggu datangnya kereta api di stasiun pusat Leipzig? Mana mungkin?

15 Comments

  • salam kenal…

    waaa sering jalan2 keluar negeri yak? huhuhu… enaknyah..
    saia keluar negeri cuman pernah kemalaysia, ddoh
    bangsa yg sering wat kasus, hehehe…

    eh linknya saya kasih nama apa? keluarga pelancong gituh?

  • ira

    @Fanda: Düsseldrf juga bagus, kok. Kami tinggal sekarang tak jauh dari situ.

    @iLLa : karena kebetulan kami tinggal di sini saja…

    @newsoul : trims tlah berkomentar, ya….

  • melissa

    waaahh…emang Leipzig Hbf tu bagus…saya baru dari Prague Ostern kemarin, lewatin Dresden dan Leipzig..kebetulan umsteigen di Leipzig sekitar 30-45 menit..trs turun dari kereta aja uda amazed gitu,,jadi sekalian jalan2…itu Hbf terbagus yg perna saya lihat..udah pernah lewatin Berlin Hbf juga si,,tapi blom turun dari kereta&jalan2…salam… 🙂

  • Abang

    Kami tinggal di Leipzig sampai 2011 (Ya Allah mudahkanlah sekolahku, segera selesai). Benar sekali yg ditulis keluargapelacong ini. Ini belum lagi kotanya. Dr Komarodin Hidayat dan Prof Amin Abdullah, menemani Sri Sultan HB IX yg diundang universitas Leipzig bahkan mengatakan ini seperti kota tersembunyi, hangat, dengan tradisi ilmiah universitas berumur 6 abad sangat tenang utk belajar. Belum lagi prasarana kotanya yang sangat modern di banding kota Jerman lainya. Pak Komarudin blm tahu kalau saat itu sedang dibangun kereta bawah tanah yang menurutku gak begitu guna kecuali sebagai simbol kota modern. Beliau juga tidak tahu kalau Leipzig menyumoan bgitu banyak bangunan klasik, kegiatan budaya dan seni yg amat kaya, juga jadi satu dari 10 kota dunia yang direkomendasikan majalah Tour AS untuk dikunjungi.
    Saudara2 kalau mau ke sini silakan hubungi saya, tak bantu, klo perlu nginep gratis di rumah saya, cuman keciill jadi suk2an. hehe.

  • ira

    makasih mas farid. dan salam kenal. ayo silakan teman2 yang berniat mampir ke Leipzig, ada yg menawari penginapan gratis……

  • Iman

    Salam kenal Mas,sy mau nanya klo dari leipzig sy ingin ke paris ato amsterdam itu bisa naek apa n berapa lama ya? Kbtulan mnggu depan insya Allah ada ksmpatan utk brkunjung ksna.

  • ira

    Salam kenal juga…
    Kalau mau kereta api bida juga. Ke Paris, naik kereta ke arah Frankfurt am Main dulu baru ada ICE lsg ke sana. Biayanya barusan saya cek ke website deutsche bahn adl. 161 euro sekali jalan.

    Kalau Amsterdam juga ada ICE Internasional , ganti kereta di Frankfurt. Tiketnya sekitar 155 euro sekali jalan.

    Kalau pakai pesawat mungkn bisa dicek dr airport Leipzig-Halle, maskapai apa aja yg melayani kedua rute tsb serta brp ongkosnya.

Leave a Reply

%d bloggers like this: