
Kami tak memiliki rencana tetap selama liburan kemarin. Apartemen di Karlovy Vary kami sewa untuk 5 hari. Niatnya, kalau kerasan ya terus. Kalau nggak ya pulang atau meneruskan perjalanan ke bagian lain Republik Ceko.
Di Loucne hari pertama, kami membeli tiket terusan untuk 3 hari. Buat keluarga, jatuhnya jauh lebih murah dibanding tiket harian. Terbiasa melihat keramaian di sebuah tempat ski Jerman, baik di Willingen, Eiffel, dan Winterberg, melihat resor ski begini luas dengan jumlah pemain ski minimal itu rasanya gimana gitu.
Yang jelas Emak seneng banget. Emak bertekad untuk belajar sebaik-baiknya. Karena ini latihan terakhir kami di musim dingin kali ini. Saat ini malah sebenarnya sudah masuk musim semi. Hanya di gunung-gunung seperti Klinovec ini salju masih bertahan.
Tak semua salju Klinovec asli. Sebagian buatan. Semakin banyak resor ski berinvestasi membeli alat pembuat salju buatan. Emak baca berita beberapa waktu lalu, resor ski Braunlage di Niedersachsen mulai berinvestasi membeli alat ini. Jika menunggu datangnya salju, maka orang hanya bisa main ski sekitar 2 bulan saja di musim dingin.
Dengan adanya alat ini, maka bisa diperpanjang menjadi 4 bulan. Bisa dibayangkan. Betapa pentingnya alat seperti ini bagi sebuah resor ski. Keberadaan salju yang tebalnya memadai akan menarik para pemain ski. Ia bisa jadi sumber pemasukan. Orang yang datang main ski biasanya akan mengeluarkan uang. Untuk membeli skipass, menginap, makan, sewa peralatan ski, beli suvenir, dsb.
Sayangnya cuaca tiga hari di Klinovec kurang bersahabat dengan kami. Hanya hari kedua kami bisa berski dengan lumayan nyaman. Sisanya penuh perjuangan. hehehe. Emak sudah mengecek cuaca sebelum berangkat. Ada peringatan bahwa akan ada angin kencang. Kecepatannya, kata sebuah situs, mencapai 60 km/jam. Emak tidak bisa membayangkan, 60 km per jam bagi angin itu kencengnya seberapa.
Dari tempat parkir ke areal ski agak jauh. Jalannya menurun. Jadi orang langsung saja meluncur dengan papan ski. Tidak terlalu curam. Emak alhamdulillah lancar meluncur hingga dekat loket karcis. Pulangnya perjuangan. Udah kaki pegel, masih pula kudu mendaki sambil menenteng papan ski.
Hari pertama, gerimis, kadang agak deres. Anginnya tak terlalu kencang. Emak langsung menuju lintasan nomor 5. Sebuah resor ski luas memiliki lintasan bernomor. Di peta khusus, biasanya ada tiga macam warna lintasan: biru, merah, hitam. Biru lintasan mudah, untuk pemula. Merah agak sulit, dan hitam khusus untuk mereka yang sudah mahir berolah raga ski.
Mulanya Emak harus berjuang menaklukkan lift ski lintasan 5 ini. Liftnya tak terlalu panjang. Bentuknya bukan T-bar yang bisa digunakan dua orang sekali tarik. Melainkan lift yang dalam bahasa Jerman disebut sebagai Tellerbügel. Lift penarik yang ujngnya berbuntuk bundar seperti piring. Piringan ini diselipkan di antara dia kaki. Tangan berpegangan di logam panjang yang terpasang di tali penarik lift.
Tidak mudah naik lift ditarik seperti ini. Entah berapa kali Emak jatuh waktu mau naik lift. Naik lift ski juga ada tekniknya ternyata. Di waktu yang akan datang Emak ingin menulis khusus tentang cara naik lift ski ini. In shaa Allah.
Syukurlah Bapak-Bapak yang bertugas di lift baik hati. Kalau Emak mau naik, lift-nya dipelankan. Setelah jatuh berkali-kali, setelah makan siang lancar jaya. Bahkan sudah berani naik sendiri gak perlu dibantu petugas.
Cuaca sangat sering berganti di hari pertama. Hujan, gerimis, kadang cerah, kadang berangin. Jaket dan celana ski kami langsung basah. Pun sarung tangan ski-nya. Untungnya tidak terlalu dingin. Saat makan siang di restoran terdekat, jaket dan sarung tangan kami jemur sebentar di pemanas. hehehe.
Kesempatan ini benar-benar Emak manfaatkan untuk latihan. Alhamdulillah sudah ada kemajuan. Setidaknya, Emak sudah mulai berani meluncur paralel. Kecepatan luncuran bertambah, dan mulai lancar belok. Meluncur pun agak santai. Tidak terlalu tegang seperti sebelumnya.
Tiga kali Emak naik gondola gantung. Sekali sempat jatuh dan ngesot lagi. Lalu meluncur di lintasan sepanjang 1,5 kilometer. Yang ini agak deg-degan. Apalagi lintasannya berwarna merah. Lebih curam. Terutama ketika kami meluncur di atas terowongan mobil. Mulanya Emak galau. Antara mau meluncur atau tidak. Serem sekali melihat potongan lintasan yang bagi Emak terlalu curam. Entah berapa derajat kemiringannya.
Pertama, Emak putuskan berjalan kaki saja ke bawah sambil menenteng papan ski. Tapi saljunya di sana tebal sekali. Berjalan tidak nyaman. Kaki bersepatu ski yang berat sering terperosok ke dalam salju. Emak beranikan diri meluncur pelan. Pelan sekali. Kaki gemetaran saking takutnya jatuh. Alhamdulillah selamat juga sampai bawah. Yang terakhir sudah lebih berani meluncur di lintasan terjal ini.
Hari kedua alhamdulillah lumayan cerah walau anginnya lebih kencang. Puas kami naik turun Klinovec. Hari ketiga hanya bisa main setengah hari. Sebagian Eropa termasuk Ceko, badai. Hujan deras sekali. Baru dua jam, jaket kami basah kuyup. Gondola gantung berhenti beroperasi. Serem juga naik sambil goyang-goyang kena angin kencang. Tapi lift kecil masih beroperasi. Akan tetapi, sangat tidak nyaman main ski sambil basah kuyup seperti ini.
Bapak suka sekali dengan Klinovec. Sangat ideal. Pilihan lintasan skinya banyak. Makanan di restoran relatif murah. Apalagi kalau lamaan, bisa nyoba Oberwiesenthal ama Bozi Dar juga, katanya.
lama kelmaam baca blo e sampeyan aku keracunan pingin belajar ski :)) Sik pancet mbak yo, tibo lan ngesot. 🙂 tapi teteup semangat. tak kiro Saljune Asli Mbak, ternyata buatan juga yo. Gunung Indonesia disepiyuri salju buatan asik paling yo. ben isok norak norak bergembira ala orang topis.
@Zulfa: Tibo karo ngesot kuwi bagian dari belajar, ski…wkwkwkwkwk. Tapi kethoke aku luwih sering tibo dibanding sing liyane.
Aku wae saiki wes mulai kecanduan main ski, Zulfa. Iki wes gak sabar, wes nggawe rencana, winter ngarep main ski nang endhi wae. In shaa Allah. 🙂
Sayang pas badai ya mbak. Tapi lebih dari lumayan dapat 2,5 hari.
Mudah-muahan cepat lancar ya mbak main ski nya.