Makam Sunan Giri, Gresik

Hari makin membara. Seperti bara semangat kami yang masih mau menjelajah kota Gresik. Usai ke makam Maulana Malik Ibrahim, kami pun bertolak menuju makam salah satu sunan wali songo lainnya: Raden Paku atau dikenal sebagai Sunan Giri.

Kunjungan ini membuat Emak mau tidak mau membuka lembaran sejarah di internet. Setidaknya baca-baca sekilas mengenai wali songo di Wikipedia dan beberapa halaman lainnya. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Jawa ketika itu. Apa yang melatarbelakangi Islam relatif mudah mereka terima. Dan bagaimana cara para wali berdakwah.

Wisata religi Gresik
Makam lain di kompleks makam Sunan Giri

Berdua, di atas motor, kami membelah keramaian lalu lintas Gresik. Menjelang lebaran, jalanan dekat pasar luamyan ramai. Zulfa dengan lihai meliuk-liukkan bodi motor nyari slempitan. hehehe. Kagum sama kemampuan bermotor ibu satu ini. Emak sudah belasan tahun tidak nyetir motor sendiri.

Jalan raya menuju kompleks makam sunan giri melewati tempat berjualan kaki lima. Yang dijual macam-macam. Paling Emak ingat adalah krupuk olahan ikan. Ada pula penjual lorjuk. Ikan kecil seperti teri yang gurih rasanya. Lalu ada pula penjual mainan tradisional zaman dahulu. Seperti panci-pancian, alat-alat masak mini dari gerabah. Pas malam lelangan, kata Zulfa, penjual seperti ini makin banyak. Jalanan ditutup untuk kendaraan bermotor.

Emak perhatikan, di Gresik ini, tak hanya ada makam para sunan wali songo. Ada pula makam-makam lainnya. Yang memiliki papan penunjuk khusus. Sepertinya masih makam keluarga para wali songo juga.

Zulfa memarkir motor di kaki bukit di mana kompleks makam Sunan Giri berlokasi. Sedang ada pameran batu akik di situ. Jadi kami parkir di sela-sela sekat-sekat ruang pamer.

Menurut sebuah informasi di blog http://www.thearoengbinangproject.com/, orang bisa mencapai makam sunan giri dari tiga pintu masuk. Yang pertama dari arah Masjid Sunan Giri. Lalu dari arah undakan tengah. Serta dari arah makam Sunan Prapen. Kami masuk dari pintu kedua, undakan tengah.

Sunan Giri merupakan putera dari Syeikh Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu, puteri penguasa Blambangan. Saat bayi, Sunan Giri dibuang ke laut. Ditemukan oleh awak kapal yang dimiliki Nyai Ageng Pinatih. Sang nyai kemudian menjadi ibu angkatnya, menamainya Joko Samudro. Setelah besar, Nyai Ageng Pinatih membawa Joko Samudro berguru ke Raden Rahmat, atau Sunan Ampel di Surabaya. Sempat menuntut ilmu di Pasai, berdagang dan berlayar ke berbagai daerah di nusantara, Sunan Giri kemudian memilih menjadi ulama. Mendirikan pesantren di sebuah gunung di Gresik yang kemudian menjadi sebuah kerajaan kecil bernama Giri Kedaton.

Tak heran jika kompleks ini sangat luas. Ia bekas sebuah kompleks istana dan pesantren kerajaan. Berdiri di dasar undakan, Emak langsung keder melihat jumlah undakannya. Entah berapa anak tangga. Kompleks makam terlihat sangat tinggi di atas sana. Plus matahari yang sedang terik-teriknya. Bagian tengah undakan memiliki gapura. Di atas bukit sana, tampak pepohonan rimbun sekali. Asyik, bisa ngadem.

Kami pun mengumpulkan semangat dan tenaga menaiki satu per satu anak tangga. Berpapasan dengan serombongan anak muda berpeci dan bersarung. Yang perempuan berjilbab rapi. Dari sebuah papan informasi kami memperhatikan denah kompleks makam. Luas juga. Selain makam sunan giri dan keluarganya, terdapat taman penuh pohon, kolam, masjid, serta tempat belanja oleh-oleh. Kami terus mendaki. Suara orang mengaji terdengar lewat pengeras suara.

Sampai bawah pepohonan tinggi, kami ketemu gapura lagi, Gapura Naga. Di bawahnya terdapat relief, entah berbentuk apa. Di bawah pohon, berserakan beberapa makam. Terlihat tidak terawat. Batu nisannya berbaur dengan dedaunan kering. Ada pula arca berbentuk mirip kepala naga. Beberapa batu berelief terbiar begitu saja di sampingnya. Pohon yang menaunginya sangat tinggi. Sekitar 20-an meter. Batangnya bersurai. Mungkin umurnya sudah ratusan tahun.

Seperti halnya makan Sunan Maulana Malik Ibrahim di pusat kota Gresik, kompleks makam Sunan Giri pun tampak relatif sepi. Bagian utama makam sedang direnovasi ketika kami berkunjung di sana. Material dan debu berserakan di lantai pendopo. Dan Emak agak kecewa mengetahui bahwa pengunjung tidak boleh memotret. Akan tetapi, sebagai pengunjung yang baik, tentunya kita harus menghormati peraturan seperti ini.

Kompleks makam utama dinaungi Pendopo Agung Sunan Giri. Sedangkan makam Sunan Giri sendiri masih tersimpan dalam rumah kayu dengan pintu relatif kecil. Orang mesti membungkuk ketika memasuki bangunan tersebut.

Makanan ringan khas Gresik
Penjual oleh-oleh di kompleks makam Sunan Giri

Berdua kami masuk ke sana. Makam sang sunan tertutup lempengan ukiran kayu. Kami hanya bisa melihat makam dari sela-selanya. Sementara di bagian luar merupakan ruangan berpencahayaan temaram. Beberapa kipas angin berputar. Sehingga orang di dalamnya tak terlalu kepanasan. Emak bersyukur makam dalam keadaan sepi. Jika tidak, kebayang keadaan di dalam sini ketika berjubel. Para pengunjung tentu tidak leluasa membacakan yasin, tahlil, atau sekadar berdoa bagi sang wali.

Pulangnya, kami lewat pusat oleh-oleh. Lokasinya di bawah pohon besar. Sehingga kios-kios pedagang terlihat rindang. Penjualnya duduk-duduk sambil menunggu pembeli. Keripik, kerupuk, hingga makanan ringan. Pun makanan ringan asli Gresik seperti pudak dan jenang ayas. Terlihat pula buku agama, Alquran serta baju muslim. Para peziarah makam bisa sekalian berbelanja oleh-oleh di tempat ini.

7 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: