Pergi melancong di seputar Eropa tentu berbeda dalam soal mengisi perut dibanding di tanah air. Di Indonesia, mencari makanan relatif mudah. Warung, restauran, kafe menjual makanan enak aneka rupa. Di dalam kendaraan pun penjaja makanan tak kurang banyaknya. Harganya relatif terjangkau, dan yang terpenting insyaallah masih terjaga kehalalannya. Namun di Eropa yang penduduknya non muslim, perkara makan memakan di perjalanan menjadi sesuatu yang perlu dipikirkan kelangsungannya.
Untuk kunjungan harian, yang memakan waktu beberapa jam hingga sehari, biasanya kami tak membawa banyak bekal. Cukup membawa roti dari rumah. Dan mencari kedai makanan halal. Jika terpaksa sekali, paling membeli kentang goreng. Kedai makan Turki atau Arab penjual kebab sering menjadi sasaran kami selama perjalanan. Biasanya kami akan mampir jika tertulis halal di depan kedai. Atau jika ragu kami tanyakan dulu pada mereka. Selama ini, mereka tak segan-segan memberitahukan apakah mereka menggunakan daging halal atau tidak. Bahkan sesekali pemilik warung berteriak “halal, halal” saat menawarkan makanan kepada kami.
Jika berpergiannya lebih lama dan menginap, bekal makanan kami pun tentu saja makin membengkak. Tak hanya makanan kering. Rice cooker, alat pemasak air, dan terkadang alat masak ringan dan praktis masuk pula dalam daftar bawaan. Ini, tentu saja untuk menghemat pengeluaran selama perjalanan. Sebab harga makanan di tempat wisata seringkali terasa sangat mahal bagi keluarga pelancong. Bawaan utama biasanya adalah beberapa kotak mie instan, sosis kering, lauk pauk dan kue buatan sendiri, dan roti. Jika penginapan di tempat tujuan memiliki dapur umum, kami juga membawa sedikit beras atau pasta. Hahahaha, melancong seperti berkemah saja, yah.
Jika bekal sudah habis, kami mencari supermarket setempat untuk membeli roti, jagung dan ikan kalengan. Mengunjungi restauran di tempat wisata, jarang sekali kami lakukan. Kecuali sangat ingin atau terpaksa. Agar lebih mudah, terkadang kami menelusuri dulu tempat-tempat makan halal melalui internet. Juga jajajan setempat yang aman dikonsumsi. Meski di lokasi seringnya malah kami menemukan mereka secara tak sengaja. Prinsip makan kami selama pelesir : Apa saja, yang penting halal, murah dan mengenyangkan.:)
ya klo deket mah gak usah bli lah tp klo jaoh ya kepaksa brenti nyari mamam
yang utama makanannya harus halal.
@Sitochi: setuju
@Bang Rachmat: itu yang paling utama.