Dua hari dua malam di negeri Singa, pastinya ada makan di luar dong, ya. Wong masuk hotel gak bawa koper besar. Kami titipkan ke bandara Changi. Gak kepikiran bawa rice cooker dan teko listrik khusus traveling.
Harga penitipan tas dan koper di bandara ini relatif terjangkau. Emak membayar 30 dolar Singapura untuk penitipan dua koper besar dan satu koper tanggung selama dua malam. Dengan menitipkan koper-koper besar, langkah kami berjalan-jalan di sini pun menjadi lebih ringan. Bila mengunjungi kota besar di Eropa, kami juga sering menitipkan tas besar atau koper di penitipan di stasiun kereta. Biasanya tarifnya dihitung harian
Waktu efektif kami berjalan-jalan hanya sehari. Hari pertama sebenarnya kami punya waktu seharian. Sebagian kami habiskan di bandara. Sebagian lagi kami habiskan di atas tempat tidur hotel. Tepar. Kami masih kekenyangan ketika makan siang. Syukurlah di penginapan disediakan teko listrik sekaligus kopi instan, teh dan gula. Lengkap dengan cangkir dan sendoknya. Di daerah Geylang, tempat kami menginap, tepatnya di luar Stasiun MRT Aljunied Emak lihat sebuah resto India halal.
Mendapatkan makanan halal di Singapura, terutama di destinasi-destinasi wisata, menurut Emak tidak terlalu sulit. Bahkan di tempat seperti Chinatown dan Little India. Di sela-sela toko atau resto, sesekali terselip kata halal.
Sehari itu, petualangan kami awali di daerah Bugis. Singapura baru saja diguyur hujan. Kami tidak membawa payung. Alhamdulillah, setelahnya hari menjadi cerah ceria.
Di pagi harinya, kami hanya sarapan roti. Emak beli di sebuah kios dekat penginapan. Anak-anak tidak terlalu berselera terutama Adik. Waktu melihat deretan rumah makan di Bugis dia bertanya, ” Kok, kita gak makan di restoran?”
Setelah puas keliling Bugis dan masuk masjid berkubah emas, kami pun duduk di bangku luar sebuah rumah makan Padang. Bingung mau makan apa. Emak sendiri belum terlalu lapar. Pilihan jatuh ke soto Padang. Entah bagaimana penampakan. Emak sendiri belum pernah mencoba makanan ini sebelumnya. Baru Sate Padang dan Rendang yang relatif sering.
Sotonya pagi itu ada. Petugas di depan menanyakan dulu di belakang. Emak pesan minuman. Sudah lupa minuman apa. Belum siang, kami telah kegerahan. Sepertinya seh es milo. hehehe. Lupa motret pula.
Harganya kalau tidak salah 4 dolar Singapura. Kuah sotonya kuning. Sumber karbohidrat dari lontong. Isi lainnya adalah taoge rebus dan suwiran ayam. Rasanya cocok dengan lidah Embak. Di depan kami duduk seorang Bapak warga lokal. Kami pun mengobrol sejenak. Waktu tahu kami sedang jalan-jalan di negeri ini, muka beliau langsung sumringah. Beliau berharap, kami senang selama di sini.
Berada di wilayah little India, kami kehausan dan kepanasan. Mampir ke sebuah warung India. Beli kelapa muda. Dua setengah dolar sebiji. Eh, gak ada es batunya ternyata. Sebelumnya dah membayangkan es kelapa muda ala Indonesia yang dikasih sedikit gula dan es batu.
Di Chinatown, rasa lapar tak bisa ditahan. Kami putuskan masuk ke sebuah warung India halal penjual nasi Biryani. Dekat sebuah masjid. Rencananya sekalian sembahyang zuhur nantinya. Kami membeli dua porsi. Satu porsi nasi dengan ayam. Seporsi lagi dengan daging. Dua-duanya enak. Gurih. Terutama yang ayam. Anak-anak doyan banget. Bumbunya tak terlalu menyegat. Sehingga kami pun nambah seporsi nasi ayam lagi. Harganya murah meriah. Enam dolar per porsi.
Keluar dari halte MRT Chinatown itu sebenarnya di sepanjang jalan yang banyak lampionnya itu ada beberapa resto lokal yang foto makanan dan baunya menggoda selera. Sayangnya Emak tidak melihat label halal di sana.
Sebelum kembali ke hotel, Emak membeli duren yang sudah dikemas. Karena masih kenyang, durennya tidak langsung dimakan. Melainkan dimasukkan dalam tas buat dimakan di hotel. Eh di MRT baru nyadar kalau ada larangan bawa duren. Emak kekep rapat-rapat tasnya biar bau duren tidak menguar. Duhhhh…. deg-degan deh sampai keluar MRT lagi.
Sorenya kami gak makan di luar lagi. Kami beli aneka buah. Duku, rambutan, manggis. Banyak penjual buah di Geylang. Kami pesta buah di malam hari.
Jadi kangen Biryani yak sukses badanku montok.
Waktu di Singapura kemarin aku cuman leha leha sama ransel saja. soalnya kopernya dah masuk bagasi.
@Zulfa: Iyah enakan kemana-mana pakai ransel. Apalagi kalau jjs singkat kayak di Singapura. 🙂
Kalo ke Singapur, aku suka kalap ama sushi diskonan di Cold storage, hehehe…
Dulu setahun tinggal di Singapura aku punya banyak langganan tempat makan enak (dan pastinya murah dan halal, hehehe)
Lumayan terjangkau juga ya mbak harga penitipan kopernya..
@Mbak Dee An: waaa…sush di cold storage. Info menarik, nih…
Mbak, itu yang merah-merah di foto nasi biryaninya, ayam ya? Merah bingiiiit 😀
@Mbak Rien: efek pencahayaan foto kali, Mbak…