Dilanda konflik berkepanjangan, dua bagian Siprus tetap nyaman dikunjungi para turis. dari Republik Siprus di bagian selatan, orang bisa dengan mudah menyeberang ke Republik Siprus Turki Utara, di bagian utara Siprus. Lewat beberapa crossing point di antara dua negara. Seperti bagian selatan, banyak objek wisata menarik di sana. Salah satunya adalah Masjid Lala Mustafa Pasha di kota bernama Famagusta.
Famagusta terletak di timur laut pulau. Bisa dicapai dengan kendaraan umum dari Nikosia atau menyeberang dari Deryneia. Kota tua Famagusta dikungkung tembok tebal hingga 8 m buatan orang Venezia di abad 16. Ia jatuh ke dalam kekuasaan Turki Usmani tahun 1571. Hingga saat ini tembok tersebut berdiri kokoh dan terlihat gagah. Kota ini merupakan salah satu highlight perjalanan keluarga pelancong di Siprus. Indah, bersejarah, dan mengesankan. Sayang kami tak sempat mampir ke pantainya. Yang katanya memiliki air terbening di dunia.
Masjid Lala Mustafa Pasha terletak relatif di tengah kota. Mudah dicapai dengan berjalan kaki dari tiap sudut kota tua. Penampakannya sangat eye catching. Terlihat hampir dari setiap sudut kota tua. Dulunya ia sebuah katedral bernama St. Nicholas. Dibangun pada tahun 1298. Ia dimanfaatkan sebagai masjid sejak orang Turki berkuasa dengan menambahkan sebuah menara. Dari kejauhan telah tampak kemegahannya. Dipotret dari depan maupun belakang, selalu tampak keindahannya.
Tak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini atraksi wisata utama Famagusta. Puluhan turis tiada henti keluar masuk bangunan masjid. Mereka mesti mengikuti aturan. Harus berpakaian sopan dan melepaskan alas kaki. Yang bercelana pendek tak diperkenankan masuk. masuknya gratis bagi para turis. Tapi kalau mau mengisi kotak infaq, mereka menerima dengan senang hati. Jika berkunjung ke tempat bersejarah seperti ini, mengisi kotak tersebut akan membantu pemeliharaan tempat bersejarah.
Para turis boleh masuk jika masjid tak sedang digunakan sembahyang. Kaum muslim bisa bebas keluar masuk dan salat seperti biasa.
Tempat wudunya ada di samping kanan masjid. Mirip gazebo. Keran-keran air berpusat di tengah. Dikelilingi bangku-bangku keramik. Orang bisa membasuh diri sembari duduk. Sayangnya tak ada yang khusus perempuan. Kalau mau wudu di sini, lihat-lihat sekitar dulu. Nunggu orang sepi. Atau mending wudu di wastafel toilet saja. Sekeliling masjid ditumbuhi pepohonan palem, zaitun. Rindang. Sebuah makam ada di halaman masjid.
Masuk ke bagian dalam masjid, akan kita temukan ruang tinggi dan luas. Rak sepatu berjajar di dekat gerbang masuk. Pilar-pilar batunya berdiameter lebih dari 1 m. Tingginya mungkin setara dengan bangunan bertingkat dua. Dindingnya berwarna putih. Jendelanya banyak dan lebar-lebar. Terang. Karpetnya didominasi warna hijau. Ruang salat wanita ditutup pembatas kayu. Jika tak sedang masuk waktu salat, ia hanya ramai oleh para turis.
Beberapa meter di depan masjid dapat kita temukan reruntuhan sebuah istana buatan Venezia. Juga bekas gereja dan pemandian umum. Sekarang digunakan sebagai taman kota dan tempat parkir. Di jalanan samping masjid berdiri toko cinderamata dan restoran. Jangan lupa untuk mencicipi Turkish Meze, makanan khas mereka ketika ada di sini. Kami incip mezze vegetarian. Hiks, ternyata porsinya banyak dna sayur semua isinya.
Iya mbak, Sama kayak di India tempat wudhu e disediakan tempat duduk batu atau keramik. Jadi, wudhunya duduk nggak kayak Indonesia, berdiri. Di Thailand wudhunya juga ada tempat duduknya.
Karena Masjid itu Suci, jadi diharuskan membuka alas kaki.
@Zulfa: Enak yo lek wudu karo lungguh. Boyok gak pegel. 🙂