
Pertama kali mengunjungi Skopje bertahun lalu, keluarga pelancong hanya sebentar saja melewatkan waktu di old bazaar Skopje, kawasan yang sudah ramai di masa kekuasaan Turki Utsmani. Waktu itu kami datang di hari Minggu. Sebagian besar tempat usaha sedang tutup. Kami hanya sempat numpang sembahyang di Masjid Murat Pasha di pusat kota, sebelum makan siang di sebuah rumah makan tradisional tidak jauh dari masjid. Waktu itu kami menginap agak jauh dari pusat kota, sekitar 1,5 km jauhnya.
Masjid Sultan Murat

Selain Masjid Murat Pasha kami pun menjelajah beberapa masjid peninggalan Turki Utsmani di Skopje. Setengah hari-an kami dedikasikan waktu untuk itu. Kami mulai dengan Masjid Sultan Murat, sekitar satu kilometer jaraknya dari hotel kami. Ia berada di luar old bazaar, akan tetapi lokasinya di ketinggian. Di dalam pelataran masjid berdiri sebuah menara jam. Bentuknya khas masjid-masjid kuno Turki Utsmani. Bangunan berbentuk persegi, dengan menara lancip menempel bangunan utama. Di pelataran terdapat tempat wudu (Sardivan). Seperti banyak masjid kuno Skopje, ia pertama kali dibangun sekitar abad 15. Sayangnya kami ndak bisa mengintip bagian dalamnya. Mungkin hanya dibuka di waktu sholat fardhu. Di luar kompleks masjid, terlihat sebuah bangunan kuno. Ternyata sebuah makam, Makam Gazi Ishak Bey. Pagarnya tertutup, kami pun tidak masuk ke kompleks makam.

Keluar Masjid Sultan Murat, kami melihat satu masjid kuno lagi. Sekira 100 meter jaraknya. Masjid ini lebih kecil dibandingkan Masjid Sultan Murat. Kompleksnya dikelilingi pagar lumayan tinggi, dan suasananya terlihat sangat rindang. Awalnya Emak kira sedang tutup. Ternyata kami boleh masuk ke pelataran. Suasana masjid ini menyenangkan. Bapak penjaganya sedang menyiram tanaman. Dari bawah sebatang pohon berbatang besar. Mestinya usia pohonnya lebih dari seabad.
Bapak penjaga masjid membukakan pintu masjid yang sedang digembok buat kami. Alhamdulillah, jadi bisa menikmati interiornya. Masjid Gazi Isa Bey bertarikh 1475. Sudah pernah direnovasi pula tampaknya. Karpet masjidnya terlihat baru. Didominasi warna merah, tebal dan empuk. Dinding dalamnya didominasi putih, berhias kaligrafi.

Berjalan melewati pasar moderen Bit Pazaar, kami sampai di masjid ini. Letaknya mepet pasar sekaligus jalan raya ramai. Nedim, sopir taksi yang mengantar kami dari bandara ke penginapan menunjuk bagian atas minaretnya yang miring. Sehingga harus disanggah sebuah tiang. Di pelataran masjid terdapat banyak sekali makam. Mungkin karena letaknya dekat sekali pasar, lumayan ramai jemaah sholat wajibnya. Selain masjid, ini Emak melihat sebuah masjid kecil tanpa minaret, Masjid Mekka, tidak jauh pasar. Ia berada di gang sempit, bangunan berbentuk rumah biasa.
Kembali masuk ke dalam old bazaar, kami hendak ke sebuah masjid yang letaknya di ketinggian pinggiran bazar kuno, Masjid Mustafa Pasha. Di dekat Kursumli An, bangunan kuno Turki Utsmani yang mangkrak, kami melihat masjid kecil dekat kafe. Masjid Arasta namanya. Kami motret-motret saja sebentar di masjid ini.
Masjid Mustafa Pasha

Masjid Mustafa Pasha. Masjid lumayan gede dan berada di ujung kota tua Skopje. Dekat dengan parkiran benteng. Di dekatnya berdiri sebuah hotel berbintang lima. Azan sholat Zuhur berkumandang tak lama setelah kami sampai di masjid ini. Alhamdulillah para lelaki bisa sekalian ikut sholat berjamaah. Tak terlihat jamaah sholat perempuan waktu itu. Kompleksnya lumayan luas. Rindang, banyak pohon tinggi, bunga-bunga Mawar, dan tanaman herbal. Jamaah sholatnya waktu itu, lumayan, beberapa puluh lelaki.
Di masjid ini Bapak dan Adik berkali ikut sholat jamaah. Di sini jamaahnya tak hanya laki-laki. Di waktu sholat Zuhur dan Asar banyak wanita numpang sembahyang. Mungkin karena old bazaar sedang ramai-ramainya dikunjungi orang. Mereka bisa sekalian sholat di masjid ini. Masjidnya tidak terlalu besar dan tidak memiliki taman luas seperti masjid lain. Pintu masuknya ada dua. Lelaki biasanya masuk lewat pintu depan, sedangkan para wanita lebih sering masuk dari pintu samping. Di bagian luar masjid, terdapat air minum bentuknya mirip air muncrat. kami sering mengisi botol air minum di situ. Alhamdulillah hemat beli air minum botolan plastik. Kabarnya bangunan fisik masjid sekarang berasal dari tahun 1802-1803. Setelah ia terbakar pada tahun 1689.
Nedim iki sing nganter sampeyan nang dam, lha kok malah mbahas Nedim, hehehe Interior masjid e apik, khas tua, jajan2 nang old bazaar ngene iki nyenengno
Hooh, Nedim njemput soko bandara, ngeterno nang dam, trus ngeterno nang bandara neh. 🙂