Dari kota Kotor di Montenegro, kami berencana mampir sebentar di Ulcinj, kota paling selatan negara di tepi Lautan Adriatik ini. Akan tetapi, dari Kotor, hari sudah mulai sore. Kami masuk sebuah camping ground setelah Sveti Stefan. Semalam kemping di tempat yang kurang nyaman, yang kamar mandinya agak-agak horor, gak ada lampunya, kudu bawa senter sendiri kalau mandi malem-malem. Karena kepanasan, Emak tetep pengen mandi di sana. Agak siangan baru kami berkendara lagi. Melewati satu kota bernama Bar. Sekilas kotanya terlihat biasa. Ia memiliki sebuah kota tua bersejarah, tapi kami tak ada waktu mengeksplornya. Tapi, siang hari, menjelang waktu zuhur, kok ngeliat ada tanda Islamic centre atau dikenal sebagai Masjid Selimija/Selime. Beloklah kami. Lho, kok ketemu sebuah masjid megah, baru, dan modern. Bonus inih. Yang spontan malah jadi kejutan manis.
Muslim di Montenegro memang minoritas. Tak sampai 10 persen jumlahnya dibanding jumlah penduduk keseluruhan. Dulunya negeri ini sempat berada dalam kekuasaan Turki Usmani. Semakin ke selatan, dan mendekati negara Albania, konon jumlah warga muslimnya semakin banyak. Oh ya, dalam kunjungan kami ke Montenegro sebelumnya, kami sempat mengunjungi ibukota Podgorica dan sholat di salah satu masjidnya.
Baca juga: Podgorica, Malam Itu
Kami masuk ke tempat parkir. Cuaca sedang panas. Seperti mobil lainnya, kami pilih mobil di bawah pohon zaitun yang agak rimbun. Biar pas naik lagi, mobilnya gak terlalu panas. Kompleks masjid ini lumayan luas. Emak dan Embak menuju tempat wudu perempuan. Bapak mengajak Adik ke tempat wudu lelaki.
Bangunan tempat wudu wanita terpisah dari ruangan sholat utama. Agak ke belakang. Bagian dalamnya luas, bersih. Tersedia handuk-handuk kering dan sandal. Kalau Emak gak salah ingat, ada pula kamar mandi. Meski gak sedang sholat dan gak mau wudu, Emak numpang membasuh wajah biar seger lagi. Azan zuhur berkumandang tak lama kemudian. Bapak, Adik, dan Embak, segera menuju ruang sembahyang. Tempat sholat wanita di lantai dua. Lewat pintu bagian samping. Emak berjalan-jalan dalam kompleks. Ada dua orang pengemis di dekat pintu masuk utama, seorang lelaki tua dan perempuan 50 tahunan. Mereka mengiba dalam bahasa lokal. Sayangnya dompet Emak di dalam tas yang sedang dibawa Bapak.
Saat semua sembahyang berjamaah, Emak sempat keliling sebentar di kompleks ibadah yang didominasi warna putih ini. Secara kesuluruhan, arsitekturnya bergaya Turki. Dengan dua menara berbentuk pensil. Kubah terbesar berada di atas ruang sholat utama. Dikelilingi oleh kubah-kubah lebih kecil. Kompleks ini juga dikelilingi oleh kebun zaitun. Menurut informasi teman dari Bosnia, kebun zaitun tersebut merupakan usaha milik masjid. Mashaa Allah.
Ketika orang selesai sholat jamaah, Emak masuk ke ruang utama. Pertama naik ke ruangan sholat perempuan, kemudian masuk ke ruangan sholat Bapak-Bapak. Belasan laki-laki ikuat sholat jamaah zuhur hari itu. Meski gak saling mengerti bahasanya, Bapak beberapa kali mengucap dan menjawab salam dari mereka. Interiornya pun didominasi warna putih. Jendelanya berhias lukisan dan kaligrafi. Demikian juga dekorasi di bawah kubah dan di sebagian dinding. Karpetnya berwarna merah terang, empuk sekali. Mihrab, mimbar, serta pagar galeri atas terbuat dari kayu coklat tua. Di bawah kubah terpasang chandelier raksasa, seperti di banyak masjid Turki.
Resto Masjid
Selain punya kebun zaitun, masjid ini memiliki usaha rumah makan di sampingnya. Restonya luas. Punya bangku di dalam di luar. Pakai AC pula. Kami langsung ngadem, sembari makan siang. Ada free wifi pulak. Lengkap, deh. Mas-mas pramusaji bisa sedikit bahasa Inggris. Menunya menu Bosnia, kata Mas-nya. Kami pilih salad dan cevapcici. Dan nasi. Tidak lupa ngopi. Lumayan. Enak-enak dan porsinya mengenyangkan. Harganya sangat ramah kantong. Pelayanannya juga ramah. Sebagai pencuci mulut, anak-anak mau ice cream. Saat kami memberikan tips, sama mas pramusaji tips-nya malah dimasukkan ke kotak amal di masjid. Kami jadi speechless. Semoga berkah bagi semua.
***
Mau melanjutkan perjalanan, Emak ngeliat di bagian depan terdapat sebuah toko suvenir. Gak jadi masuk mobil, liat-liat dulu mereka jual apa. Ada buku, Alquran, baju muslim dan kerudung. Juga hiasan rumah, magnet kulkas. Mami beli beberapa. Harganya juga murah-murah. Emak suka masjid seperti ini. Punya berbagai macam usaha untuk kepentingan masjid dan umat. Ternyata di sisi lain terbentang tempat parkir permanen ynag lebih luas. Beberapa mobil asing terparkir di sana. Tau gitu malam sebelumnya kami numpang parkir di sini. Makan tinggal ke rumah makan di sebelah. Next time ke sini lagi, inshaa Allah.
***
Baca juga: Seseruan di Great Montenegro Tour
Baca juga: Montenegro Revisited
[…] Baca juga: Masjid Selimija, Kota Bar, Montenegro […]