
Tak banyak waktu kami lewatkan di kota tepi danau, Ohrid. Destinasi berikutnya sudah menanti. Usai makan siang, ngisi bahan bakar kendaraan, kami capcus ke arah utara. Ke sebuah kota bernama Tetovo. Sekitar dua jam perjalanan dari Ohrid.
Perjalanan tidak membosankan. Sebab jalan yang dilewati berupa pegunungan. Bapak harus menyetir siap siaga menavigasi liukan jalan. Kami lewat desa-desa dan kota-kota kecil. Menara-menara masjid menyembul di banyak tempat. Dan masjid yang akan kami kunjungi di Tetovo, adalah salah satu yang tercantik di dunia.
Tak ada hambatan berarti dalam perjalanan darat tersebut. Masuk ke Tetovo, sudah agak sore. Nyari parkir yang agak dekat lokasi masjid agak susah. Masjidnya terletak di daerah ramai. Kami nemu parkiran yang ada penjaganya. Entah berapa tarifnya, itu urusan nanti. Terpenting, masalah parkir sudah teratasi, dan kami bisa segera menyambangi masjid. Alhamdulillah, dari tempat parkir, kami hanya perlu berjalan sekitar 10 menit saja ke masjid tujuan.

Tetovo banyak dihuni oleh warga keturunan Albania. Di pusat kota agak chaos. Mungkin karena yang kami lewati adalah daerah pasar. Kudu hati-hati berkendara di sini.
Sarena Dzamija adalah nama masjid ini. Berada dalam sebuah kompleks berpagar batu. Pagar batu khas Turki Usmani itu ternyata baru dibangun tahun 1991-an oleh warga muslim setempat. Pagar batu tidak terlalu tinggi, dan bagian atasnya ditutup genteng. Di luar tembok, terdapat tempat wudu dan toilet yang lebih moderen. Sayangnya kok bau pesingnya menyengat hidung.

Masjid ini pertama dibangun pada abad 15. Yaitu pada tahun 1495 oleh dua wanita bersaudara yang makamnya berada dalam kompleks masjid. Di dalam tembok terdapat sebuah taman serta makam. Di satu sudut taman terdapat tempat wudu unik. Keran airnya terlihat sangat kuno. Selain keran, tersedia wajah minum dari logam, handuk hingga sabun cuci tangan. Tempat ibadah ini kemudian direnovasi oleh Abdurrahman Pasha pada tahun 1833.

Berbeda dengan masjid Turki Usmani yang fasadnya biasanya dilapisi keramik bermotif, fasad Sarena Dzamija berupa lukisan dinding. Di bagian depan, fresko-nya mirip kartu-kartu berhias bintang yang berjajar. Ia memiliki sebuah minaret. Dari luar, Emak tak melihat sebuah kubah.
Hampir semua tembok dan atap masjid ini tertutup lukisan. Hanya pilar-pilar luarnya saja memiliki warna putih. Masuk ke dalam masjid, lukisan dindingnya semakin meriah. Keseluruhan dinding kecuali mihrab berornamen warna-warni. Lukisannya berupa bunga, pohon, buah-buahan, tali, kaligrafi, serta lukisan mirip frame foto bangunan kuno. Warnanya didominasi oranye, kuning, merah, putih. Ruang sholat utama tidak terlalu luas. Sekitar 100 meter persegi.

Tempat sembahyang perempuan ada di lantai atas. Ada tangga kayu di luar menuju kemari. Di atas juga terdapat balkon-balkon kecil berbentuk setengah lingkaran. Keseluruhan, cakep banget. Rasanya mengunjungi masjid ini menjadi salah satu highlight road trip kami di Semenanjung Balkan kali itu.
Di luar masjid, di seberang Sungai Pena, berdiri sebuah pemandian (hammam) kuno yang sekarang menjadi sebuah museum. Kami gak mampir. Oh ya, selain masjid ini, di Tetovo terdapat sebuah tekke sufi Bektashi. Kami pun tidak mampir ke sana. Kami masih harus berkendara menuju Skopje malam itu.
***
Baca juga: Di Tepi Danau Ohrid, Makedonia
Pingin kesini mbak, aku baru tahu ada masjid penuh dengan lukisan dan warna warni yang cantik. Klo usmani penuh dengan keramik, klo mughal India dengan batu merah khas. Ada juga sih yang keramik, tapi nggak dominan. Dipenuhi kaligrafi.
@EMakMbolang: aku juga pengen ziarah ke masjid2 India, inshaa Allah. Dirimu juga inshaa Allah bisa ke sini, jelajah Balkan.
[…] Baca juga: Warna-Warni Masjid Tetovo […]
[…] Baca juga: Warna-Warni Masjid Tetovo […]
[…] Baca juga: Warna-Warni Masjid Tetovo […]
[…] Baca juga: Warna-Warni Masjid Tetovo […]