Mbak-Mbak Saba Paris

Mulanya mau memberi judul Emak-Emak Saba Paris. Sebab berbulan lalu, kami beberapa wanita mengunjungi kota cinta tanpa pasangan masing-masing. Tapi karena yang jadi emak baru Emak di keluarga pelancong, ya diganti mbak-mbak saja. Biar Emak ini juga terlihat awet muda. hehehe.

Kali ini kami berangkat ikut tur bus murah meriah. Dari kota tempat tinggal kami. Hampir setiap minggu ada tur semacam ini ke kota-kota besar terekat. Seperti Paris, Brussel dan Amsterdam. Biayanya hanya 35 euro di musim dingin. Kalau musim panas sedikit mahal, 39 euro-an.

Si Mbak-mbak ini dari awal heboh bikin itinerary. Yang kalau diperhatikan, gak jauh-jauh dari makan memakan. Di antaranya mampir ke dua resto halal di Paris dan ke cafe Laduree, pionir macaron terkenal di seluruh Perancis dan bahkan di dunia. Akan tetapi, karena sadar bahwa apa-apa tidak murah di kota ini juga waktu yang relatif singkat, kunjungan restonya dikurangi jadi satu saja. Kami sepakat menjajal makanan Perancis asli dan halal.

Kerangkatan di pagi hari di satu hari Sabtu bulan Maret, diawali dengan insiden kecil yang sempat membuat Emak deg-degan. Lalu disertai dengan perjalanan bus lancar hingga tujuan. Paris agak mendung. Namun tak terlalu dingin. Karena diturunkan di simpang antara Champ Elysee dan Arc de Triomph, kami putuskan ke Patisserie Laduree di Champ Elysee.

Kami susuri saja jalan ramai itu. Akibat tidak mencatat nomor dimana kafe terkenal tersebut beralamat. Lumayan bisa cuci mata sambil foto.

Antrian mengular sesampai di Laduree. Kabarnya memeng demikian. Karena terkenal, tentu banyak orang ingin mencicipi kue, pastri dan macaron. Kafenya sedang direnovasi. Toko kue buka seperti biasa. Khusus macaron dan pernak-pernik ada counter tersendiri di bagian depan. Antrian sama-sama panjang. Masing-masing kami membeli beberapa macaron seharga sebiji 1,70 euro. Hampir 20 rupiah.

Petualangan berlanjuat ke arah Menara Eiffel. Satu dari kami baru pertama mengunjungi kota ini. Tak sengaja kami lewat jalan yang kanan kirinya butik-butik dan sebuah hotel sangat mewah. Kami menghayal sambil tertawa-tawa.

Eiffel sendiri ramai seperti biasa. Padahal belum musim panas. Tak lama, kami sudah dalam tram menuju Masjid Paris. Sebuah masjid mirip masjid di Maroko. Dengan ukir-ukiran kayu, keramik cantik dan sebuah taman besar di dalamnya. Orang keluar masuk dan sangat ramai. Sebab memang dibuka pula untuk umum.

Hari mulai gelap saat kami keluar masjid. Perut keroncongan. Sebab siangnya hanya makan bekal seadanya dari rumah. Tak menyangka bila perjalanan sebelumnya memakan waktu lama.

Hampir pukul tujuh malam kami baru temukan Le Jumeyrah, resto makanan Perancis halal agak di pinggir Paris. Kami pelanggan pertama. Pemiliknya yang nampaknya orang Maroko sangat antusias memilihkan tempat duduk bagi kami. Serta menjelaskan aneka makanan di menu dalam bahasa inggris. Kami tidak mudeng-mudeng, sehingga beliau mesti mengulang berkali-kali.

Hidangan pembuka, utama dan penutup memakan waktu dua jaman untuk dihabiskan. Hanya satu dari kami memesan hidangan pembuka. Berupa ikan salmon asap dan baguette. Salmonnya tak seasin salmon asap supermarket. Hidangan utamanya aneka rupa. Emak pilih ayam panggang dengan mie dan saus yang rasanya mirip gorgonzola namun lebih lembut di lidah. Yang lain memilih bubur kentang dengan daging bebek suwir. Satu lagi daging dengan sayauran panggang. Semua tampak puas dengan pilihan masing-masing. Hidangan penutupnya juga enak. Creme brulee-nya menggunakan dark chocolate. Campuran manis dan pahit. Es krim-nya pun sungguh menggugah selera. Walau tergolong mahal buat kantong kami (sekitar 25 euro) per orang, tapi sungguh memuaskan bisa mencicipi makanan Perancis halal seperti ini.

5 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: