Mdina, Malta

Salah satu gang di MdinaTak terlalu lama berada di kompleks candi Hagar Qim, perjalanan kami lanjutkan. Tak lama menunggu di halte, ada sebuah bus menuju Valetta, ibukota Malta. Hampir setiap bus kota di Malta memang menuju Valetta. Jadi jika ingin menuju satu tempat biasanya kami harus ke Valetta baru naik bus lain ke arah tujuan tertentu.

Begitupun ketika kami hendak bepergian dari kompleks candi Hagar Qim dan Mnajdra menuju Mdina. Jika dilihat dari peta sebenarnya jika ada bus kota langsung perjalanan pasti akan lebih cepat dan mudah. Namun karena harus kembali ke Valetta, jadi makan waktu lebih lama.

Sebelum ke Mdina, kami putuskan sekalian ke Dingli Cliff. terkecoh oleh namanya, kami pikir, tempat ini serupa indahnya dengan Blue Grotto. Ternyata jauh sekali berbeda. Tak terlihat karang tinggi dan indah di sini. Hanya tepian laut biasa dengan satu restauran makanan laut. Makanya setelah ada bus datang setengah jam kemudian, kami langsung naik dan balik arah ke tujuan semula, Mdina.

Turun di halte bus, kami tak segera masuk kompleks kota tua ini. Melainkan duduk-duduk, ngemil, memotret, sembari memperhatikan Embak dan Adik bermain di taman bermain anak di depan Mdina. Tak jauh dari situ, beberapa sopir taksi tampak bersemangat menawari setiap orang yang keluar dari Mdina. Tampak pula dua kereta kuda diparkir. Menunggu turis penyewa jasa mereka. Meski tak sedingin Eropa, angin berhembus di ketinggian bukit ini terasa dingin. Mungkin pula karena kondisi badan kami juga kurang fit setelah bepergian dari pagi hari.

Bentuk fisik Mdina sekarang merupakan hasil karya bangsa Arab. Mereka mengusai Kepulauan Malta dari tahun 870 masehi. Mdina sendiri berarti kota dikelilingi tembok. Mdina tak terlalu luas dibanding kota-kota tua Eropa bertembok lainnya. Namun memasukinya serasa memasuki kota-kota Arab pada umumnya. Dengan rumah terbuat dari bebatuan. Konon, suasana Mdina mirip kota Tripoli (ibukota Libya) dengan ukuran jauh lebih kecil. Penduduknya, menurut wikipedia berkisar 300 jiwa saja.

Berabad tak dikuasai orang Arab, tentu banyak hal telah berubah di sini. Gereja-geraja dibangun. Meski terkesan tua, semua terlihat bersih disini. Rumah-rumah tua beralih fungsi menjadi museum, toko atau tempat konser. Ada satu jalan bernama Jalan Mesjid. Akan tetapi ketika kami telusuri tak kami temukan satu mesjid atau pun bekasnya disana. Di salah satu ujung tembok di atas bukit, kami bisa menyaksikan sebagian pulau Malta di bawah. Cantik sekali. Usai mengabadikan dalam video, berfoto bersama, serta menelusuri beberpa gang lagi, kami beranjak pergi. Kali ini untuk mengunjungi ibukota negara mini ini, Valetta.

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: