Seri jelajah alam di musim panas lalu berlanjut. Teman-teman seperjuangan rajin mencari rute-rute menantang buat kami. Mas Riza menawarkan penjelajahan seputar Laacher See, sebuah danau vulkanik di Pegunungan Eifel (Vulkaneifel) di negara bagian Rheinland Pfalz. Kebetulan teman beliau juga baru kesana tak lama sebelum kami. Sebuah rute yang sangat menarik. Sehingga keluarga pelancong setuju untuk bergabung dalam jelajah alam ini.
Danau berbentuk oval seluas sekitar 3,3 km persedgi ini adalah danau terbesar di Rheinland-Pfalz. Dia berasal dari kaldera yang kemudian terisi oleh air hujan. Letusan terakhir gunung berapi Laach terjadi kira-kira 10.930 sebelum masehi. Bekas-bekas peristiwa vulkanisme masih bisa dilihat dalam bentuk gas-gas yang keluar dari dasar danau. Tempat ini terkenal juga sebab ada sebuah biara terkenal bernama Maria Laach. Bangunan tua geraja dan biaranya terlihat jelas ketika akan memasuki tempat parkir.
Dari rumah kami di Düren, tempat ini berjarak hampir 100 kilometer. Atau nyaris sejam dengan kendaraan pribadi. Sebelum tengah hari, kami sudah memulai berjalan. Tujuh orang dewasa dan dua anak kecil. Adik masih duduk di kereta dorong anak. Dari tempat parkir, sudah ada petunjuk jalan menuju danau. Kami melewati padang ilalang tempat ternak sapi mengais rejeki.
Ada setidaknya dua rute untuk mengelilingi Laacher See. Rute pendek dan rute panjang. Rute pendek adalah jalanan tepat di tepi danau. Sedangkan untuk mengikuti rute panjang, orang mesti naik ke atas perbukitan di seputar danau. Panjang rute pendek adalah sekitar 8 kilometer, rute panjang 14 kilometer-an. Bingung, kami putuskan mengikuti rute pendek terlebih dahulu. Selain menjelajah, beberapa bapak ingin juga berenang di danau.
Adem sekali berjalan di jalan setapak di bawah rerimbunan pohon. Jalanan agak basah. Mungkin hujan di hari-hari sebelumnya. Untungnya masih bisa dilalui kereta dorong anak. Sesekali kami berpapasan dengan para penjelajah lain. Tua muda besar kecil. Tempat ini rupanya lumayan dikenal orang. Di beberapa tempat, kami berhenti untuk memotret. Kedua krucil keluarga pelancong senang sekali melihat air. Mereka selalu ingin berada tepat di tepian danau. Agar selalu bisa main air. Atau melempar bebatuan kecil ke badan danau. Semakin lama jalan setapak tak terlihat jelas. Kami berjalan di antara pepohonan yang makin rimbun beserta akar-akar besarnya. Beberpa orang berjemur di tepian. Juga berenang di beberapa tempat tak jauh dari tepian. Di sebuah tempat yang nyaman, kami beristirahat serta makan siang. Orang-orang yang lewat tampak ingin tahu dan mengagumi hamparan makanan di tikar kami.
Setelahnya, kami berwisata geologi. Menyaksikan gelembung gas-gas vulkanisme dari dasar danau. Baunya tak seperti bau belerang. Embak sangat antusias melihatnya. Sebuah pengalaman baru baginya serta bagi kami semuanya. Kami melanjutkan perjalanan sembari memotret dan mengobrol. Seekali beristirahat. Rute terakhir adalah melewati daerah pertanian yang kurang pephononan. Sehingga sangat panas dan membuat kami ingin cepat-cepat sampai di tempat parkir. Menurut Mas Riza, kami kelewatan satu tempat menarik. Rencana awalnya adalah melewati sebuah menara dimana orang bisa menikmati pemandangan Laacher See dan sekitarnya. Entah mengapa kami tak memperhatikan petunjuk ke arah sana. Akan tetapi, penjelajahan kali ini tetap menarik. Dengan hal-hal baru ynag bisa kami lihat serta pelajari.