Menggali Sejarah di Kota – Kota Tua Eropa

Satu fachwerkhaus (rumah bertulang kayu) di LuneburgBerjalan-jalan di suatu kota di Eropa, besar atau kecil, akan sering kita temukan daerah berkesan kuno dan tua. Menjadi cikal bakal lahirnya sebuah kota, kota tua memiliki banyak sekali bangunan tua dan bersejarah.

Di Eropa, bangunan-bangunan tua yang tersisa, bisa dirunut mulai jaman kekaisaran Romawi. Kota Trier misalnya, sebagian bangunan batu buatan bangsa Romawi masih menghiasi kota tua hingga saat ini.

Definisi kota tua atau kota sejarah tak hanya berlaku pada satu distrik atau sebagian kota saja, namun juga daerah-daerah sekitarnya di jaman pembentukannya. Hal ini biasanya diketahui dari denah kota kuno berkarakteristik khusus, serta masih adanya bangunan-bangunan utama (gereja, benteng, istana, balai, kota, gudang, dsb), tempat-tempat terbuka umum, siluet kota.

Kota tua bersejarah seringkali ditandai oleh gang-gang kecil berhubungan satu sama lain, serta bangunan batu bertulang (di Jerman disebut sebagai Fachwerkhaus). Daerah semacam ini bisa dikenali dengan adanya tembok batu di sekelilingnya, beserta menara-menara pengawas, dan gerbang kota. Karakteristik ini berasal dari abad pertengahan di Eropa. Dan kota-kota berciri seperti masih banyak kita temui di seputar Eropa. Di Jerman, kota-kota seperti Nuernberg dan Rothenburg ob der Tauber adalah sedikit contohnya.

Kota tua juga merupakan daerah yang paling lama dihuni di suatu tempat. Makanya terlihat lebih padat dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Di masa kini daerah seperti ini biasanya merupakan daerah khusus bagi pejalan kaki, dan menjadi atraksi utama bagi para wisatawan.

Setelah perang dunia kedua, banyak sekali kota-kota tua di Jerman hancur oleh bom. Namun pemerintah tetap berusaha mempertahankan. Setiap kota ditawari, apakah akan membangun kembali sesuai dengan wajah aslinya (jika dokumen pendudkung masih ada), ataukah membangun kota-kota baru.

Nah, kembali ke masalah wisata dan kota tua, karena keunikannya menarik minta para wisatawan, banyak juga memilih membangun kembali kota tua mereka. Sebagian dengan modifikasi sana sini. Dari sinilah para turis bisa kembali belajar sejarah. Apalagi biasanya di buku panduan wisata ada cerita, keterangan dan riwayat pendukung di suatu kota. Jadi bisa berpesiar sambil belajar sejarah, bukan ?

4 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: