Pengalaman menginap di Cengkareng
Akhirnya mengalami episode menginap di bandara negeri sendiri. Tidak tanggung-tanggung. Dua malam pula. Memang bukan dua malam berturut-turut. Melainkan malam saat kedatangan dan sebelum terbang kembali ke Jerman.
Pesawat Qatar Airways yang Emak tumpangi jadwal kedatangan dan keberangkatannya agak ajib. Mendarat pukul 10 malam. Waktu terbang kembali jam 6 pagi. Karena Emak mau melanjutkan terbang dengan pesawat pagi keesokan harinya, Emak putuskan menginap saja di bandara. Biar dapat pengalaman baru juga. Pulangnya juga gitu. Pakai penerbangan sore dari Surabaya, trus menginap semaleman di Terminal 2.
Mulanya Emak mau naik pesawat AA paling pagi. Pukul 5-an. Kemudian dapat kabar, pesawatnya diundur jadi jam 7. Makin lama ajah kongkow-kongkow geje di Cengkareng.
Sebab maskapai Qatar dan AA beda terminal, nah Emak cari-cari info dahulu mengenai cara perpindahan dari Terminal 2 menuju Terminal 3. Agak serem kalau harus kelayapan nyari transportasi tengah malam. Lewat salah satu blog, Emak tahu ada transportasi gratisan antar terminal. Beroperasi 24 jam. Sebuah shuttle bus khusus. Katanya seh busnya lumayan sering.
Buka situs resmi bandara Cengkareng, memang ada informasi mengenai keberadaan bus tersebut. Akan tetapi gak nemu jadwalnya. Menurut Zulfa si Emakmbolang, dia pernah naik bus itu juga. Emak tenang. Berarti masalah transportasi in shaa Allah, beres.
Alhamdulillah urusan bagasi dan imigrasi lancar. Keluar dari ruangan pengambilan bagasi, Emak langsung kepanasan. hehehe. Bagian kedatangan Terminal 2 Cengkareng relatif sepi. Beberapa hari setelah Emak mendarat di Terminal dua tersebut, terjadi kebakaran di sana. Duh, serem juga membaca cerita pengalaman teman yang mengalami langsung kejadian itu.
Sebab jadwal terbang masih lama, sesuai anjuran Emakmbolang, Emak menghabiskan lebih banyak waktu di Terminal 2 saja.
“Terminal 3 lebih kecil. Lebih nyaman bobok-bobok cantik di Terminal 2,” katanya.
Belum mengantuk, Emak jalan-jalan saja di sepanjang koridor depan. Bandara agak sepi. Tapi ada saja orang lalu lalang. Karena bulan puasa, tempat-tempat makan terlihat ramai. Sahur tengah malam.
Kaki pegel jalan-jalan sambil geret-geret koper, Emak mengambil duit di ATM. Syukurlah kartunya masih bisa digunakan menarik uang. Walau urusan pembayaran tiket sudah beres, rasanya lebih marem kalau pegang uang, walau tak banyak.
Ketemu bangku panjang sepi, Emak mengambil posisi. Bangkunya bisa dipakai selonjoran. Tak lama kemudian, eh berdatangan beberapa orang di bangku sekitar Emak. Ada dua pasangan baru sampai dari Medan, transit, mau lanjut ke Lampung. Ada seorang ibu dan anak gadisnya transit juga dari Denpasar. Mau ke Lampung juga. Ada bapak-bapak mau terbang ke Papua. Dan sepasang warga Jerman, sepertinya mau terbang ke Bali. Satu cowok asing bawa papan surfing panjang pilih delosoran sambil nyender ke tembok. Meriah.
Kami mengobrol trus ada ibu-ibu umur 30-an mendekati. Rupanya beliau berjualan nasi kuning dan air mineral botolan. Nasi kuningnya sepuluh ribu per porsi. Terdiri dari nasi kuning, irisan tipis telur dadar, bawang goreng, sambal, dan kering tempe. Nasi kuningnya masih anget. Lumayan buat ganjel perut. Air mineral botolannya bermerek terkenal.
Sekitar pukul 2 pagi, Emak keluar ke arah halte shuttle bus. Kata petugas informasi, kalau tengah malam kayak gini, busnya jarang. Busnya warna kuning dan ada tulisan free of charge, kata bapak informan.
Gapapa deh jarang, yang penting ada. Emak duduk beralaskan koper besar. Nyantai memperhatikan orang sedang bekerja di luar bandara. Sesekali ada sopir taksi minggir. Nawarin.
“Tiga puluh ribu saja, Buk. Sekalian saya perjalanan arah ke sana,” katanya ketika Emak menjawab mau ke Terminal 3.
Emak menggeleng. Bukan masalah uangnya. Tapi agak-agak serem di hari gelap begini. Emak terus menunggu bus. Ketika lewat, eh malah busnya gak minggir. Kata mas yang sedang menurunkan panci-panci dan kerupuk di sebelah halte, busnya kudu disetop agar berhenti. Yaaa… kudu nunggu bus berikutnya deh. Datangnya sejam kemudian.
Perjalanan bus dari Terminal 2 ke 3 lumayan juga jauhnya. Busnya entah muter-muter di mana gitu. Terminal dua memang tampak jauh lebih kecil. Emak check in lewat mesin. Pas di konter cuma masukin bagasi doang. Cepat prosesnya. Di dalam ruang boarding baru ngantuk dan bobok. Sampai di pesawat pun teler gak inget apa-apa selama terbang.
Pas mau balik ke Jerman, lebih lama lagi Emak menghabiskan waktu di Cengkareng. Jam delapan malam sudah mendarat di Terminal 1. Naik Citilink. Shuttle bus datang tak lama kemudian. Sesak. Banyak penumpang asing pula. Kali ini rasanya sebentar sekali naik shuttle bus-nya.
Terminal 3 sedang ramai sekali. Mungkin banyak yang mau terbang di jam berdekatan. Emak, karena masih lama, pilih jalan-jalan lagi. Mau jajan, males. Ada bekal dari rumah. Kalau jajan, beban di ransel nggak berkurang jadinya.
Pukul 10-an malam, jejalan penumpang dan pengantar mulai susut. Bangku-bangku panjang mulai bisa dipakai selonjoran. Pilih saja yang tempatnya agak tersembunyi. Menurut Emak, bandara Cengkareng lumayan juga seh kalau buat nginep. Ada bangku-bangku panjang yang bisa dipakai bobok. Di luar ada rumah makan yang buka 24 jam. Gak perlu takut kelaparan. Ada beberapa tempat buat nge-charge hape atau tablet. Trus gak sepi-sepi amat. Jadi hati merasa ayem.
Awalnya Emak tidur di ruangan dekat tempat masuk yang ada penjaganya. AC-nya adem banget. Sebelum tidur udah ngerasa. Duh, kalau kelamaan bisa masuk angin nih. Karena ngantuk, ya tidur juga di bangku. Sambil selimutan jaket. Benar saja. Tengah malam, mulai muneg-muneg. Emak langsung lari ke toilet. Muntah-muntah. Gak tahan AC lama-lama.
Selanjutnya gak berani masuk ruangan itu lagi. Mending nunggu di luar. Anget. Sambil nge-charge hape. Trus badan dikasih minyak angin. Waktu ngantri di counter check in, badan masih gak enak. Kepala pening dan pengen muntah. Minyak angin jadi andalan. Gak kenapa-kenapa sampai sampai proses check in selesai. Baru ketika mau boarding gantian perut bermasalah. Kudu berkali ke toilet. Udah ngantri mau boarding eh lari lagi ke toilet. hihihihi. Mana toiletnya agak jauh. Alhamdulillah pas di pesawat sudah baikan dan bisa makan enak. Nyammmm.
seru banget, punya pengalaman nginep di bandara. Tapi jangan sampe bulak balik ke toilet juga ya hehehehe
wahh, dingin AC na ya mba ira, brrr…bisa kerokan itu. Alhamdulillah aman-aman saja ya…
Waaahhh sampai mules2 gitu gara2 AC. Untungnya ga lama2 yaaa
Sepertinya seru tuh tidur di bandara, tapi kalo sama Aim kasihan deh. Sama Mbak, aku juga ga tahan AC, langsung masuk angin kalo kelamaan di ruangan ber-AC.
jadi inget waktu bobok cantik disini waktu zaman unyu2, solo travelling, eh didekatin sama mas2 yang kerja di Mcd, lumayan dapat temen ngobrol plus minuman gratis. hehehe
Wah pengalamannya hampir sama mbak π aku pernah nginap di T3. Kudu nunggu diluar dan gak boleh masuk. Beberapa bule sebel haha, tapi ternyata untuk yang gak tahan AC kayak aku lebih baik nunggu di luar. Waktu itu aku pindah juga dari T1 ke T3. Shuttle bus katanya 24 jam (ada di papan pengumumannya) tapi gak semua mau anter, kayaknya ada ganti shift gitu deh supirnya.
Persis jadwal Qatar yang aku tumpangi pas mudik April lalu. Nyampe jam 22.30 berangkat lagi jam 7 pagi. Pas nyampe bayangan bakso menari2 dipelupuk mata ndilalah warungnya tutup kabeh hahaha… Tidur di ruang tunggu T2, tengah malam ada pengumuman lampu akan dimatikan jam 2-4 hihihi.. Nggak bisa tidur aku Mbak. Kelap kelop dewean.. ????
Belum pernah ngerasain nginep di Bandara manapun hehehehe
[…] tak memilih hidangan pembuka maupun penutup. Hanya menu utama disertai air minum. Buat si kecil Emak pesankan kentang goreng saja. Sebab ia masih susah beradaptasi dengan jenis […]
@Salaminzaghi: ho-oh.. bulak-balik ke toilet itu gak seru. hehe
@Mbak Dew: alhamdulillah.. nggak sampai muntah2 dan bikin drama di luar toilet. π
@Mbak maya: iya, Mbak… Gak kebayang kalau mules-mulesnya tahan lama. π
@Mas Ihwan: bener… kasian kalau ynag gak tahan AC. Mending nunggu di luar ajah. Aman.
@Zulfa: hahahahha, asyik. Lumayan, yooo. Oleh ngombe plus konco ngobrol..
@Cek Yan: yup, kalau tengah malam kayaknya jarang lewatnya. Makanya aku gak mau terlalu mepet pindah terminalnya. Biar masih nyante di temrinal berikutnya.
@Mbak ellys: Wuihhh… untunge pas aku nang kono gak onok pengumuman mati lampu. Seremm, Mbak yen petheng dedet.
@Zahra: hehehehe… seru, loh Neng Zahra. π
Mbak Ira nginep di bandara pas tgl 8 Agustus ya? Yang pas kami lagi jalan-jalan ke Semarang?
@Mbak Rien: betul, Mbak. Tgl 8 malam aku menginap di sini sebelum kembali kemari.