Pesawat A380 jumbo banget. Terlihat di ilustrasi ketika mendarat di Bandara Changi. Dua sisi sayapnya menutupi lebar jalan. Makanya hanya bandara tertentu bisa didarati raksasa ini.
Antrian di imigrasi panjang sekali. Buat koneksi ke tanah air, Emak menggunakan Airasia. Pesawat berangkat keesokan paginya. Baru ini kami berkesempatan ke luar bandara Singapura. Sebelum-sebelumnya paling transit sejam di sini. Kami ke luar imigrasi, ambil barang dan menginap semalam di bandara. Nyaris sejam kami mengantri di depan konter imigrasi.
“Bertiga?” tanya Ibu petugas.
“Ya.”
“Besok mau lanjut perjalanan ke Bandung?”
“Ya.”
“Menginap di mana malam ini?”
“Di sini.”
“Di sini?” dengan nada suara kaget.
“Ya, saya baru pertama ke Singapura. Pesawatnya besok berangkat pagi.”
“Ok.”
Pesawat Airasia besok terbang dari Terminal 1. Kami tak perlu pindah terminal. Istirahat sejenak, nyari sinyal internet gratisan gagal. Kami lalu memutuskan untuk eksplor bandara. Di lantai minus 2 ada supermarket. Lantai dua keberangkatan. Di lantai 3 kumpulan restoran. Eh ada KFC halal dan tersedia komputer buat main internet. Jadi Emak sempat nulis catatan. Menurut Emak, harga makanan di bandara hampir sama dengan di Jerman. Beli makan di KFC-nya dikit-dikit biar nongkrong bisa lebih lama. Oh ya, Emak senang karena bandara ini menyediakan informasi menganai tempat makan halal di seluruh terminalnya.
Katanya tidur di Changi enak sekali. Paling enak tidur di tempat tidur yang bisa digunakan selonjoran dan bobok cantik. Sayangnya itu hanya ada di area transit. Alias kudu masuk imigrasi lagi. Kami kudu check in lagi keesokan harinya. Dan janjian dengan saudarinya seorang teman. Kami sudah pernah menginap di KLIA. Dan di Bandara Helsinki.
Pukul 9 malam, kami nyari tempat tidur. Ketemu tempat bermain dekat Viewing Mall. Tempatnya lapang dan ada bangku-bangku tanpa lengan. Cocok buat rebahan. Tempat paling asyik adalah bangku dengan pemandangan lapangan udara. Hiburannya pesawat terbang naik dan turun. Live. Sayangnya tempat asyik ini sudah penuh.
Kami ngetag tempat di dua set bangku yang saling berpunggungan. Tiap set berisi lima bangku kayu. Tempat duduknya spon keras setebal 1 cm. Troli dan koper kami tata sedemikian rupa sehingga menutupi satu sisi yang Emak dan Adik pakai tidur. Selain tempat bermain, ia dekat toilet dan keran air minum. Petugas kebersihan toilet bekerja 24 jam. Jam 2 pagi ada yang ngepel di situ. Terminal 1 ini tak terlalu sibuk. Sesekali terdengar pengumuman lewat pengeras suara. Selebihnya, kami dihibur irama musik slow. Bahkan Emak seperti mendengar melodi gamelan Jawa.
Coba kalau sekalian dekat musala. Lebih sip lagi. hehe. Tapi di tempat ini tak kekurangan sudut buat mojok sembahyang, kok. Dari tempat kami duduk, terlihat beberapa toko duty free di lantai bawah. Nyaris tengah malam, anak-anak kecil bersuka ria memilih mainan di sebuah toko. Kalau sedang di rumah, mereka dan anak-anak saya pasti sudah lama dibuai mimpi. Ah, sebuah perjalanan itu sejatinya menciptakan ketidakteraturan, yah.
Kira-kira setengah dua, Emak terbangun. Punggung agak pegel. Adik minta dipangku pula. Emak ganti posisi. Terpaksa bangun, di bagian depan Viewing Mall, tempat memandang pesawat turun naik, Emak melihat tiga orang lelaki. Petugas bandara berseragam hitam. Mereka sedang menanyai seorang seorang lelaki. Terlihat seorang petugas memegang paspor. Lainnya memegang kertas. Beberapa lelaki lain yang sebelumnya tertidur, mulai duduk. Selesai satu orang, mereka pindah, membangunkan orang lainnya. Sebelumnya seorang petugas memotretnya dengan sebuah pc tablet.
“Waduh, tadi pas tidur dah sempat dipotret gak, ya?”
Duduk sembari memangku Adik, Emak menyiapkan tiket dan paspor, meletakkannya di atas ransel di sebelah kiri. Embak Emak biarkan tetap tidur. Sekalian Emak mereka jawaban kalau diinterogasi. Emak akan jawab, “Pak, saya kan baru pertama ke Singapura. Bawa tiga koper besar, tiga tas punggung dan sebuah tas kamera. Paginya kudu terbang lagi. Ribet atuh kalau kudu bolak-balik bandara. Apalagi katanya Changi, kata laman Sleeping in Airport, adalah airport terbaik buat numpang tidur.”
Sepuluh menitan kemudian, ketiganya hanya lewat, tanpa menoleh ke Emak. Satu petugas di depan, dua lainnya berjalan lewat belakang. Mereka hanya membangunkan seorang lelaki beberapa meter dari Emak.
Emak lega sekaligus agak kecewa. Yah, padahal dah nyiapin dokumen dan jawaban. Bahkan tadi sudah siap-siap nunjukin duit (titipan seorang teman). hehe. Menegaskan kalau tidur di bandara merupakan pilihan, bukan keterpaksaan.
Pas mau meninggalkan Viewing Mall, Emak membaca sebuah pemberitahuan di tembok. Ada gambar orang berbaring dan dicoret warna merah. Di bawahnya ada tulisan: Thank you for not sleeping in the Viewing Mall.
Oalah…..:)
pertama kali bobok cantik di changi tahun awal tahun 2005 mbak. Nggak ada yang ngebangunin, fre free aja waktu itu. Siapa yang nggak nyaman tidur dibandara kece gitu, hening dan nyaman. InsyaAllah ini pulang kampung transit singapore juga. rencana bobok situ sekalian explore seluruh terminal, hehehe. Pingin naik A380, kapan ???
@Zulfa: Benerr, Changi emang nyaman banget. Gak perlu khawatir maemane. Akeh sing halal.
hehehe… Jadi yang boleh tidur itu di bagian dalam sebelum keluar imigrasi ya mbak? btw kalau misalnya tidur, barang2 gmn jagainnya mba?
@Lia: DI luar boleh juga sih Li, kalau gak ada tanda larangannya. Barangnya ditaruh deket banget ke kita. Surat2 penting dan duit masukin dalam jaket ajah. 🙂
“Bahkan tadi sudah siap-siap nunjukin duit (titipan seorang teman).” <— ini maksudnya duitnya buat apa mbak?
Aku agak ngikik baca bagian mbak kecewa ga ditanya. Lha kan enak ga ditanya :)))
Aku belum pernah nyoba tidur di bandara.. pengen juga siih…
eh, btw itu kalo dipotret ama petugas gitu, hasil fotonya diupload dimana ya? *penasaran.. hehehehe
@Mbak Rien: buat nunjukin, nih gw punya duit, bukan niat ngebolang bondo nekat. hehehe. Kecewa, soalnya dah siap2 adu argumen nih, Mbak…
@Mbak Dee An: moga2 ajah gak diupload, yah. Buat jadi bukti ajah kalau nanti2 ngelak kali ya, Mbak..