Yordania berbatasan langsung dengan tanah suci Palestina. Sebuah destinasi wisata religi tiga agama besar dunia. Bukan hanya saat ini. Namun sejak ratusan tahun lalu, orang sudah melakukan perjalanan suci ke negeri ini.
Dalam perjalanan menuju Laut Mati, kami sengaja melewati Madaba. Kota kecil, berpenduduk tak sampai 100 ribu jiwa, namun ternyata ramai turis. Banyak hotel dan rumah makan di pusat kota. Menurut Wikipedia, kota Madaba disebut beberapa kali dalam Bible. Kota Madaba didirikan oleh bangsa Moabit. Lalu dikuasai oleh bangsa Nabataean, menjadi bagian Romawi Kuno, Persia, dan berada dalam pengaruh agama Kristiani.
Madaba berjarak kira-kira 30 km barat daya Amman. Berkendara mobil sewaan, kami menyusuri jalan bersejarah King’s Highway. Jalan ini konon sudah berusia 5000 tahunan. Pengalaman keluarga pelancong menyewa mobil dan berkelana seputar Yordania sudah Emak tuliskan.
Baca juga: Menyetir di Yordania
Alternatif lebih murah dari Amman adalah moda bus umum. Menurut informasi dari tripadvisor, bus-bus ke Madaba bisa dicapai dari stasiun-stasiun utama kota Amman. Yakni stasiun bus Wahedat, Raghadan, Muhajireen, dan Tabarbour. Terminal bus Madaba lokasinya di pinggiran kota. Jadi mesti naik taksi lagi ke pusat kota. Jika berkendara ramai-ramai disarankan untuk sewa taksi saja. Lebih fleksibel dan mudah.
Di abad kelima masehi, pengaruh Kristiani – Byzantium sangat kuat di kota ini. Di banyak tempat berdiri gereja. Gereja-gereja ini, lantainya berhiaskan batuan-batuan mozaik yang sangat berharga. Menggambarkan kisah-kisah dalam AlKitab serta berbagai cerita mitologi. Sebagian masih bisa dinikmati Museum Mozaik Madaba.
Tahun 814, bangsa Persia menguasai wilayah ini. Menghancurkan sebagian bangunan di sana. Seratus tiga puluh tahun kemudian, gempa dasyat melumatkan sisanya. Madaba ditinggalkan penduduknya. Hingga kemudian tahun 1880, warga Kristen Ortodoks kembali mendiaminya. Saat melakukan pembangunan, mereka menemukan sisa-sisa mozaik kuno. Sebagian masih bisa diselamatkan.
Peta Mozaik dari Madaba
Salah satu peninggalan terpenting Madaba berada di sebuah gereja Ortodoks, St. George. Letak gerejanya di pusat kota. Mudah sekali kami menemukannya. Mobil bisa diparkir di jalanan depan gereja. Gereja St. George sendiri dibangun pada tahun 1896. Di atas sebuah bekas gereja zaman Byzantium.
Peninggalan penting ini menunjukkan peta kuno tanah suci Palestina. Dibuat sekitar tahun 570 masehi. Objek-objek yang ditunjukkan di peta lumayan detail. Menunjukkan sungai, pegunungan, lembah, desa, dan kota, serta petunjuk geografis penting lainnya. Letak Madaba yang dekat tanah suci menjadikan tempat ini sering jadi persinggahan para peziarah.
Peta kuno ini menunjukkan wilayah dari Lebanon hingga delta Sungai Nil. Jerussalem berada di tengah-tengahnya. Kota tua, beberapa gerbang dan gereja kota Damascus bisa dikenali. Mozaik ini juga menggambarkan kota Bethlehem dan Jericho. Ukuran asli peta mozaik ini diperkirakan 15,6 m x 6 m persegi. Terbuat dari sekira 2,3 juta batu mozaik.
Tarif masuk gereja sebesar 1 JD tidak dikaver #JordanPass milik kami. Belinya di gedung visitor centre sebelahnya. Sebuah gedung modern yang juga menjual aneka suvenir.
Tak ada penjaga sama sekali ketika kami masuk. Di dekat pintu masuk terapat meja kecil untuk menyalakan lilin. Bagian dalamnya lumayan terang oleh cahaya mentari yang menembus jendela. Beberapa gereja Ortodoks lain yang pernah Emak datangi, lebih temaram interiornya. Gambar-gambar ikon terpajang di dinding dan pilar. Meja dan kursinya terbuat dari kayu.
Baca juga: Naik Transportasi Umum ke Biara Rila
Peta mozaik berada lantai sisi kanan gereja. Sekitarnya terdapat tali pembatas. Sebagian besar batu mozaik berwarna putih. Landmark geografi dan kota tergambar di sana. Semua keterangan ditulis dalam bahasa Yunani.
Mount Nebo
Sekitar seperempat jam perjalanan, antara Madaba dan Laut Mati, kami memiliki salah satu lokasi wisata religi Kristiani satu lagi. Yakni Gunung Nebo.
Keluar dari Madaba, kami melewati desa-desa kecil, lalu nanjak ke pegunungan terbilang tandus. Apalagi semakin mendekati Dead Sea. Tak lama, kami sampai sebuah puncak, Gunung Nebo atau Jabal Nibu. Di ketinggian kira-kira seribu mdl.
Kami berhenti. Di parkiran terdapat belasan mobil dan bus peziarah. Konon, dari puncak Gunung Nebo ini Nabi Musa memandang ke arah tanah yang dijanjikan sebelum beliau wafat. wallahualam. Karena hubungannya dengan Nabi Musa ini Jabal Nibu menjadi salah satu destinasi wisata religi. Baik agama Kristiani mau pun peziarah muslim.
Puncaknya sendiri tidak kelihatan dari luar kompleks. Dari gerbang jalan masuk ke dalamnya berupa tanjakan. Pengunjung hanya bisa berjalan kaki. Tiket masuknya 1 JD per orang. Kami tidak masuk. Setelah berfoto sejenak, pilih melanjutkan perjalanan. Harapan kami, dari jalan, bakal keliatan puncaknya. Eh ternyata tertutup pepohonan. Ya sutralah.