Akhir Minggu lalu, mendapat undangan nikahan teman Turki, kami bertolak ke utara. Undangannya hari Sabtu. Di telpon, saya mendengar, bahwa acara berlangsung pukul 14-22. Tak berpikir lagi bahwa itu pesta kawin atau apa, kok lama sekali.
Jam tiga sore, kami sampai di tempat acara. Sepi. Hanya dua mobil di depan gedung.
“Tanggalnya salah kali,” kata suami.
“Ah, yakin aku klo tanggal segini.”
Satu mobil fotografer datang. Saya menanyai kapan acara berlangsung.
“Saya tak tahu pasti. Mungkin 2 jam-an lagi,” jawabnya.
Yeeeee.. salah denger jam ternyata.
Seorang bapak tua keluar. Menegaskan, bahwa cara berlangsung pukul 6, pengantinnya datang sekitar jam 7.
Hiks.. Tahu gitu bisa silaturahmi dulu ke beberapa teman di Bremen. Baru tiga jam lagi acaranya dimulai. Kalau balik ke Bremen lagi ynag berjarak sekira 70 km dari Bremerhaven, terlalu jauh. Ngabisin bensin, dan gak guna.
Ya sudah, diputuskan untuk jalan-jalan saja di kota ini. Kami lewati jalan-jalan yang belum pernah dilewati sebelumnya. Daerah asing. Dulu, kemana-mana naik sepeda atau bus kota. Jalur bus ya itu-itu saja. Dari rumah ke kota, ke Lehe, ke Spaden kalau pengen ke Media Markt. Ke pusat kota sampai bosen, karena kotanya setengah jam aja sudah habis dilihat. Kalau sekarang, mungkin sejam lah. Karena sudah ada mal Mediteraneo. Lalu ke area Geestemünde, Istanbul-nya Bremerhaven. Atau ke Wulsdorf, ke Kaufland, dulunya tempat suami kerja selama jadi mahasiswa. Juga ke Fischereihafen. Menonton lomba dayung perahu naga setahun sekali.
Suami mau menengok apartemen yang kami tinggali dulu di Eichendorffstrasse. Daerahnya masih seperti dulu. Bekas apartemen kami ditinggali keluarga Lübeck sekarang. Di beberapa tempat sudah direnovasi. Dari sana Emak mau ke daerah pelabuhan peti kemas. Bremerhaven ini adalah pelabuhan keluar masuk mobil terbesar di Jerman. Kalau lewat, deretan mobil aneka merek akan menyambut. Berjajar di balik pagar kawat. merek-merek terkenal hingga tak pernah terdengar bisa kita temukan di sini. Bahkan saya melihat ambulan-ambulan, tank, bus-bus kecil dan yacht diparkir di sana.
Di Aussichtturm dari kontainer, kami naik. Angin kencang khas Bremerhaven menerpa. Dari sini terlihat pelabuhan bongkar muat, kapal-kapal kontainer, tanker dan sebuah perusahaan reparasi kapal. Bapak pernah pula bekerja di sana. Bersih-bersih kapal yang sedang direnovasi tersebut. Makanya dia mau berfoto berlatar belakang perusahaan itu.
Tak tahan dingin, kami melanjutkan perjalanan ke arah kota. Lewat terminal kapal pesiar, pelabuhan buah-buahan, jembatan yang dibuka saat kapal lewat, hingga ke jantung Bremerhaven. Makin banyak apartemen baru bermunculan. Di tepi perairan dengan pemandangan muara Sungai Weser di depannya. Deretan perkantoran penuh kaca sudah berdiri beberapa.
“Wow, Bremerhaven banyak orang kaya sekarang. Kita tua di Bremerhaven aja, yuk,” kata Emak sebelum menuju rumah kawan di Geestemünde.