Musim semi di Cote D’Azur diwarnai mendung tebal dan hujan. Buat hati malas untuk menjelajah. Jelang siang hari itu, kami baru putuskan untuk berkendara saja menuju St. Tropez.
Alat navigasi kami mengatakan bahwa perjalanan tanpa jalan tol akan memakan waktu sekitar 2 jam. Okelah, kami pikir sambil menyaimak pemandangan tepi Laut Mediterania. Mengintip kota-kota cantik di sana.
Akan tetapi, siang itu jalanan macet. Banyak truk-truk besar juga lewat. Ditambah lagi lampu lalu lintas ynag berdiri setiap beberapa meter. Membuat hati tambah bete dan kenikmatan perjalanan berkurang.
Dari dalam kendaraan, Emak memotret berbagai tempat. Badan masih lemas. Tak ada keinginan untuk berhenti dulu dan menikmati keindahan sekitar. Mengamati suatu tempat dari dalam mobil, lumayan banyak hal bisa dilihat. Hotel besar berbentuk kapal di ANtibes misalnya. Macet dan ramainya kota turis Cannes. Padahal sednag tak ada festival film internasional. Lewat Frejus lalu lewat jalanan pegunungan berbatu. Sempat pula kami memotret situs sejarah peninggalan kerajaan Romawi kuno.
Satu yang kami lewatkan, dan Emak agak menyesal karenanya adalah mengunjungi kota kecil Grasse. Padahal kami sudah berada dekat sana. Melewati kebun-kebun wangi si ungu lavender.
Di satu titik antara Frejus dan St. Tropez kami nemu pantai sepi. Matahari sedang bersinar cerah. Si Embak ngotot ingin mandi di pantai. Padahal suhu udara pastinya masih dingin. Kami turutin anak-anak mencelupkan badan sebentar di laut. Si Adik tak kuat lama-lama. Namun si Embak bertahan di dalam air. Lima belas menit, tak lebih, mandi di laut harus diakhiri.
Banyak tempat-tempat kemah di tepi laut menjelang St. Tropez. Ah, suatu saat pengen coba kemah di sana, komentar Bapak. Pulangnya kami pilih lewat jalan tol. Hari sudah gelap. Tak sabar ingin cepat sampai perkemahan lagi.
Jadi inget serial saint tropez dulu di antv,,apakah memang benar-benar asyik pnatainya?jadi penasaran..!!