Masjid Yavuz Sultan Selim, Mannheim

mesjid-yavuz-sultan-selimTak lama di Heidelberg, kami naik tram menuju Mannheim untuk mengunjungi mesjid terbesar di Jerman. Masjid Yavuz Sultan Selim namanya.

Mesjid ini dibangun antara tahun 1993 hingga 1995 di daerah bernama Jungbusch di kota Mannheim. Dinamai berdasarkan Sultan Selim I, yang dikenal dnegan julukan Yavuz. Artinya bintang. Arsitek tempat ibadah ini adalah Hubert Geißler and Mehmet Bedri Sevincsoy, punya satu kubah besar dan menara setinggi 36 meter.

Mulanya sempat enggan kami kesana. Hari itu sangat panas, suhu udara sekitar 30 °C. Kami mulai lemas setelah naik ke bukit dimana Istana Heidelberg berdiri. Serta menyusuri Hauptstrasse Heidelberg di tengah kerumunan banyak sekali manusia dan panasnya cuaca. Apalagi hari sudah mendekati senja. Pukul setengah empat tepatnya. Jika sejam kemudian sampai tujuan, sholat sebentar disana, maka kami perkirakan akan sampai rumah menjelang tengah malam.

Akan tetapi, terlanjur berada dalam tram menuju Mannheim, niat mengunjungi mesjid kami teruskan juga. Sekitar tiga perempat jam perjalanan lamanya. Hingga beberapa dari kami tertidur di dalamnya. Kami turun di Bildungsakademie. Melanjutkan dengan tram nomor tiga ke arah mesjid. Hanya dua halte jauhnya. Keluar dari halte tram di bawah tanah, ternyata kami langsung berada di depan mesjid.

Mesjid ini tak memiliki halaman. Tepat di seberangnya berdiri sebuah gereja, Liebfrauenkirche. Di bagian depan di antara dua pintu masuk jamaah lelaki dan wanita ada satu kios dan satu tukang cukur rambut. Mereka dimiliki oleh orang-orang Turki.

Kami berpisah menuju pintu masuk berbeda. Bapak mengajak Adik. Sedangkan Embak masuk melalui pintu khusus muslimah di sebelah kiri. Tapi kemudian kami kesasar, berbelok ke kanan, ke tempat wudhu bapak-bapak yang terlihat sangat mewah. Sebuah lingkaran marmer dengan keran-keran di sekelilingnya, dan tempat-tempat duduk rendah, juga dari marmer putih. Seorang anak menunjukkan dimana letak tempat wudhu wanita. Sebuah ruangan mirip toilet biasa. Namun ada wastafel rendah untuk mencuci kaki.

Keluar dari tempat wudhu, kami sudah harus melepas sepatu. Namun tetap diminta untuk mengenakan kaos kaki. Sebab kami sudah memasuki wilayah karpet tebal mereka. Karpet telah membentang dari lantai dasar hingga dua lantai di atasnya. Bahkan tangganya pun beralas karpet tebal. Mungkin karena luasanya wilayah karpet ini sehingga mesjid ini diperkirakan mampu menampung 2500 jemaah. Yang terbanyak di Jerman, sehingga hingga saat ini menjadi mesjid terbesar di negeri ini.

Seorang wanita menunjukkan tempat sholat wanita di lantai dua. Lantai satu adalah tempat sholat utama jamaah pria. Tak seorang pun sholat saat itu. Lantai dasarnya terdiri dari banyak pilar berwarna putih dan coklat. Sedangkan karpet empuknya didominasi warna merah. Lampu-lampu kristal gantung menghiasi atap dan kubah mesjid. Menurut Emak, interiornya lebih sederhana dibanding mesjid besar di Jerman lainnya, Merkez Moschee Duisburg.

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: