Sekilas melihat candi Tarxien dan melihat bagian luar Hypogeum, kami bertolak menuju satu-satunya mesjid di negara mini ini. Untungnya letaknya masih di Paola, tak jauh dari Hypogeum. Kami berjalan melalui jalanan Malta. Sambil menyimak bentuk-bentuk unik rumah, dan bangunan lainnya di sini. Bagian atas sebagian bangunan menjorok ke depan dan memiliki warna-warna lebih cerah dibanding warna dasar gedung itu sendiri. Bahannya biasanya terbuat dari kayu.
Dari Hypogeum, sebagian menara masjid sudah terlihat. Jadi kami punya panduan untuk menuju ke arah sana. Meski sempat bingung sebab menara yang terlihat dekat tersebut ternyata masih jauh dari jangkauan. Kami senang akhirnya bisa sampai di kompleks masjid ini.
Suasana di dalam kompleks masjid terlihat sepi. Selain mesjid berdiri sebuah rumah dan kompleks sekolah. Konon disini ada pula pusat studi Islam dan sekolah dasar berkurikulum nasional. Mashaa Allah. Tak biasa di tengah-tengah penduduk bermayoritas katholik. Menurut informasi wikipedia, jumlah penduduk muslim di negara ini sekitar 3000 orang sahaja. Mesjid besar ini berdiri sejak tahun 1978 atas bantuan dari World Call Islamic Society, sebuah yayasan syiar Islam milik pemerintah Libya.
Pintu depan mesjid dikunci. Untunglah ada seorang anak muda yang kemudian membukakan pintu. Dia juga memberi tahu bahwa tempat sholat para wanita bisa diakses dari bagian belakang mesjid.
Kami berpisah. Emak dan Embak berjalan ke arah belakang. Sedang Bapak membawa Adik masuk lewat pintu depan.
Pintu msuk ke ruang wanita tak dikunci. Kami berdua masuk. Ada dua pintu lagi di dalamnya. Satu menuju toilet dan tempat wudhu, satu lagi adalah tempat sholat. Ada beberapa pasang sandal jepit di luar pintu menuju ruang wudhu. Airnya dingin menyegarkan.
Di tempat sholat berdiri satu gantungan berisi mukena dan jilbab. Emak takjub. Belum pernah kami temui satu masjid Eropa menyediakan mukena sebelumnya. Kami sholat dhuhur dan ashar. Lalu duduk-duduk melepas lelah. Emak memotret sebagian isi tempat sholat wanita. Di satu sisi ada satu jendela terbuka ke arah tempat sholat pria. Emak melongok sebentar. Memperhatikan Bapak sedang sholat dan dua orang lainnya sedang membaca Al-Quran. Dibanding mesjid-mesjid besar di Jerman, interior mesjid ini tak terlalu luar biasa. Namun cukup megah. Dan hanya terdiri dari satu lantai.
Selesai istirahat, Bapak ternyata tak kunjung keluar. Sehingga ada waktu bai Embak untuk bermain sebentar di taman bermain belakang mesjid. Sambil menyaksikan tiga anak kecil bersepeda bersama dalam kompleks mesjid.