Aslinya Emak ingin bernostalgia naik kereta api ke Surabaya ketika memutuskan bertandang ke kota sunan, Gresik. Bulan puasa tahun 2015 ini. Menurut Emak moda transportasi paling nyaman dari Jember menuju Surabaya memang kereta api, kok.
Kalau naik bus, Emak harus naik angkutan kota menuju terminal Tawang Alun dahulu. Alias ke pinggiran kota Jember dahulu. Kalau dari rumah, perjalanan dengan angkutan umum ini bisa berlangsung selama hampir satu jam. Naik busnya ke Bungurasih. Setelahnya disambung bus kota menuju pusat kota Surabaya.
Naik kereta api, jauh lebih praktis. Dari rumah Emak bisa naik angkutan kota. Paling hanya 15 menit saja. Mau naik becak juga masih memungkinkan. Ongkosnya pun tidak terlalu mahal. Sekitar Rp. 15.000,- sekali jalan. Di Surabaya, Emak turun di Surabaya Gubeng. Di pusat kota Surabaya. Tinggal naik angkutan kota menuju tempat tujuan.
Untuk perjalanan kali ini, Emak beli tiket sendiri. Pertama ngecek keberadaan dan harga tiketnya lewat internet. Setelah yakin bakal dapat tempat duduk dan punya perkiraan soal harga, Emak langsung ke sebuah supermarket terdekat. Pencet-pencet tuts di layar sentuh di dekat pintu masuk. Masukkan data perjalanan dan data pribadi. Bayar, kelar deh dapat konfirmasi pembelian tiket.
Sebelum-sebelumnya, Emak beli tiket kereta api di tanah air lewat bantuan para sahabat. Asyik banget. Gak perlu lagi naik angkot ke stasiun pusat dan mengantri untuk mendapatkan tiket tersebut. Walau gak dapat tiket harga promo, Emak senang, masih bisa mendapatkan tempat duduk, dengan waktu pesan relatif mendadak. Pergi naik kereta api Sri Tanjung. Pulangnya dengan Mutiara Timur Siang dari Surabaya.
Karena ada woro-woro bahwa voucher bisa ditukar dengan tiket paling lambat sejam sebelum keberangkatan, Emak berangkat ke stasiun lebih awal. Nyatanya kata Taro, sahabat Emak, agak mepet pun masih bisa kok nukar kode booking dengan tiket asli. Daripada bengong Emak langsung masuk saja di ruang tunggu dekat peron.
Suasana stasiun-stasiun sekarang jauh berbeda dengan dulu. Dulu tak pesan. Langsung datang sebelum kereta api berangkat. Tiket hampir selalu ada. Meski jika kita kurang beruntung, bakal dapat tiket bebas tempat duduk. Kalau naik kereta api ekonomi, kudu gerak cepat biar kebagian tempat duduk. Para pedagang asongan dan pengantar bebas keluar masuk peron. Sekarang hanya penumpang dan portir bisa masuk ke sana. Jadwal kebarangkatan kereta bisa diketahui dari layar monitor di stasiun. Jika kereta terlambat atau tepat waktu pun bisa segera diketahui.
Dari Jember ke Surabaya dan sebaliknya terdapat beberapa kereta api. Yakni Mutiara Timur (siang dan malam), Sri Tanjung, Logawa, serta Probowangi. Probowangi dulunya melayani rute Banyuwangi – Probolinggo pp. Kemudia diperpanjang menjadi Banyuwangi – Surabaya Kota pp. Emak belum pernah mencoba naik Probowangi.
Selain stasiun yang terlihat lebih steril, sepi, dan nyaman, Emak harus mengucapkan selamat tinggal dengan wisata kuliner kereta ala zaman dahulu. Bye bye nasi kuning Tanggul – Klakah, rawon pincuk Probolinggo, jipang Bangil. Serta penjual buah segar dan aneka makanan berat mau pun ringan lainnya.
Setelah peluit disemprit petugas, Emak mulai perjalanan sekitar 4 jam Jember – Surabaya. Pagi kira-kira pukul 9. Emak duduk di tempat duduk untuk tiga orang. Berhadapan dengan satu keluarga dengan satu anak perempuan. Serta satu anak muda.
Setiap deretan bangku berhadapan tersedia colokan. Kebutuhan pokok zaman sekarang. Bahkan di ruang tunggu juga terdapat meja charger gratisan. Karena charger Emak ngaco, Emak sempat pinjam punya tetangga duduk. Tapi hati-hati meng-charge baterai hape atau tablet. Jangan sampai lupa. Ibu seorang sahabat Emak lupa membawa kembali smyrtphone terbarunya ketika naik kereta. Benda berharga tersebut pun tidak bisa ditemukan kembali.
Sayangnya suasana dalam kereta api ekonomi tak se-chatty dahulu. Selain karena jumlah penumpang sesuai tempat duduk, banyak dari mereka sibuk sendiri dengan gadget smartphone dan tablet PC. Sesekali terdengar suara gadis ngerumpi bersuara keras dengan temannya lewat telefon.
Diselilingi kantuk, Emak menikmati pemandangan di luar jendela kereta. Jika lewat jalan raya pemandangan kanan kirinya berubah jadi hutan beton, maka pemandangan dari kereta api masih relatif alami. Emak masih mengenali daerah hutan, persawahan, serta sungai-sungai sepanjang Jember – Surabaya.
Di Surabaya, Sri Tanjung menurunkan penumpang di Stasiun Wonokromo. Sebelum lanjut ke Surabaya Gubeng. Ia tak lagi bergerak ke Stasiun Semut. Gubeng stasiun favorit Emak sejak dahulu. Paling nyaman dan mudah dicapai dari wilayah Keputih, tempat tinggal Emak semasa kuliah. Semoga perkereta apian tanah air semakin menawarkan kenyamanan, keamanan dan bertambah jalurnya di seluruh tanah air.
Wah udah macam bandara aja ada tempat ngisi batere hape gratisan! emang makin keren aja KAI kita
Ya, naik kereta Indonesia nggak seseram dulu mbak, kayak naik pesawat aja, dpt nomer duduk minus check in. hehehe
Anak sekarang memang gitu mbak, sibuk sama gadget terbaru mereka, cuek ama disekeliling.
wah belum pernah naik kereta api
@Cek Yan: yoi.. tambah nyaman aja sekarang naik KAI.
@Emakmbolang: Hehehehe, yep anak sekarang lebih cuek ama sekitar, yah… Nggak kayak aku dulu, chatty banget..
@Edi Susilo: sesekali coba naik KA. 🙂
setuju mbaaa.. semoga makin mudah bertamasya ke seluruh nusantara yaa,, makin nyaman..
@Ima sip… semakin mudah, aman, nyaman semoga..
Bgm ac mutiara timur siang kelas bisnis, apakah suhunya sangat dingin?
Dyan: ac-nya biasa saja kalau kelas bisnis.