Naik Turun Kendaraan Umum di Zurich (1)

kota-tua-zurichDua hari mengukur jalan di Swiss, arah kota Luzern dan negara Liechtenstein, di hari berikutnya Bapak mau istirahat. Bukan tinggal dan bersantai di rumah tempat kami menginap, akan tetapi ingin menjelajah Zurich lagi setelah sekian lama. Waktu pertama ke Zurich dulu, si Adik belum ada. Daripada ribet mencari tempat parkir dan pusing berkendara di dalam kota besar, kami pilih beli tiket harian dalam kota Zurich.

Karena punya kendaraan pribadi sangat mahal di Swiss, banyak orang menggunakan angkutan umum. Apalagi transportasi umum mereka baik di dalam kota maupun di luarnya sangat bagus sistemnya. Lebih bagus dibanding di Jerman, kata tuan rumah kami. Harganya terjangkau. Meski buat kami, tetap terasa mahalnya. Tiket bisa dibeli di mesin otomat di halte, stasiun, atau langsung ke counter di stasiun. Kami memilih cara terakhir. Lebih simpel dan bisa mendengarkan bahasa Jerman logat Swiss. Bahasa Jerman mereka terdengar sangat berbeda dengan yang kami biasa dengar di Jerman. Sehingga agar bisa mengerti, kita yang tak tinggal di Swiss bisa meminta mereka menggunakan bahasa Jerman tingkat tinggi ala orang Jerman.

Di stasiun pusat Zurich, pemberhentian pertama kami, Emak tak ingat apa-apa lagi tentangnya, keculi kedai ikan Nordsee. Semua tampak baru dan asing. Sedangkan Bapak masih ingat beberapa bagian, dan bernostalgia. Dari luar, baru Emak merasa kenal dengan stasiun tersebut.

Di luar, Zurich masih saja terlihat ramai. Bahkan sesak rasanya. Hari itu adalah hari pertama toko buka kembali setelah liburan natal. Orang berbondong-bondong berbelanja. Padahal menurut tuan rumah, banyak orng Swiss rela berkendara jauh ke Jerman untuk mendapatkan barang lebih murah. Tapi, orang-orang terlihat sangat antusias berbelanja. Para turiskah mereka? Entahlah. keramaian terjadi di mana-mana. Bahnhofstrasse dijejali manusia. Toko Apple bak pasar. Oarng membeli alat elektronik seperti membeli cemilan murahan saja.

Kami sekeluarga pergi bersama Chitra yang baru pertama kali berada di Zurich. Target kami tak muluk. Menemani Chitra jalan-jalan di kota tua, menengok toko konfiseri terkenal Spruengli, ke satu mesjid setempat. Agak santai sebenarnya. Yang membuat tidak santai adalah hari itu, dan siang itu, Zurich mulai berkabut dan dingin. Sangat berbeda dengan cuaca cerah dua hari sebelumnya.

(bersambung)

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: