Perang terakhir Eropa yang meluluhlantakkan kawasan Balkan telah lebih dari satu dasa warsa berakhir. Walau sisa-sisa perang masih tampak, negara-negara yang bertikai mulai berbenah dan membuka diri bagi para wisatawan. Montenegro salah satunya.
Montenegro bukan negara besar. Luasnya hampir dua kali DKI Jakarta. Penduduknya tak sampai sejuta. Bentang alamnya variatif. Bagian daratan didominasi pegunungan. Ia punya nama lain: Crna Gora, berarti pegunungan hitam. Sungai-sungai membentuk ngarai-ngarai dalam. Di antaranya adalah ngarai terdalam kedua di dunia setelah Grand Canyon di Amerika Serikat. Wilayah Barat berupa deretan pantai, Mediterania.
Sejak abad pertengahan, sebagian wilayahnya dikuasai Venesia dan Turki Usmani. Setelah sempat berdiri sendiri sebagai kerajaan di abad 19, Montenegro dianeksasi Austria-Hungaria. Baru seusai perang Balkan, ia menjadi republik merdeka, tahun 2006.
Pemilik visa Schengen bisa masuk Montenegro selama 7 hari tanpa visa. Akomodasi relatif murah dibandingkan negara-negara Eropa Barat. Emak menghabiskan sebagian liburan musim dingin beberapa tahun lalu di negeri ini.
Ngarai-Ngarai Indah
Wisata alam menjadi tujuan pertama kami di negeri mungil di Balkan ini. Menginap di ibukota, Podgorica, Emak dan rombongan putuskan untuk berkendara menyusuri dua sungai dan ngarai cantik, Moraca dan Tara.
Kami menyusuri Moraca ke arah hulu, menuju kota Kolasin. Melalui jalan yang dikenal sebagai Jalan Eropa E65. Potongan jalan Eropa di Montenegro ini menurut sebuah informasi di internet, termasuk rute scenic. Cantik sekaligus berbahaya.
Informasi tentang keelokan Ngarai Moraca, tak mengada-ada. Sebagian Jalan Eropa E65 tepat bersisian dengan sungai. Sungai Moraca tak terlalu lebar. Mungkin sekitar 10-15 meter. Alirannya tak deras. Warnanya hijau kebiruan, jika didekati tampak sangat bening.
Sering kami berhenti di pinggir jalan. Mengamati tebing-tebing ngarai dan bebatuan pembentuk gunung yang berwarna putih, abu-abu dan hitam. Di sela-selanya tumbuh tumbuhan perdu. Di kejauhan, beberapa puncak berselimut salju. Bebatuan gunung itu membentuk banyak sekali lapisan. Aliran sungai mengular, memahat alam pegunungan. Sayangnya di banyak tempat pemberhentian, banyak orang membuang sampah seenaknya. Mengotori tepian sungai. Padahal tempat sampah tersedia.
Kadang kami berhenti dekat jurang. Di musim dingin, tak banyak orang berhenti atau beraktivitas di sungai. Selain menyusur jalan tepian sungai, konon di musim hangat banyak orang bersepeda naik turun jalan pegunungan. Atau melintasi sungai dengan kayak. Pasti asyik sekali.
Tak berlebihan jika ada yang menyebut ini rute berbahaya. Beberapa tempat jurang dalam menganga. Awal tahun 2013, sebuah bus jatuh ke jurang di daerah tersebut. Memakan korban 18 jiwa. Emak ingatkan Bapak agar hati-hati berkendara. Sesekali kami melewati terowongan alami. Seperti dari bagian gunung yang dilubangi. Air menetes dari atap terowongan. Dekat Kolasin, keluar dari sebuah terowongan, tiba-tiba kabut tebal menyambut. Jarak pandang sangat dekat.
Dari Kolasin, kami sudah bertemu Sungai Tara yang berhulu di dekat perbatasan dengan Albania. Tara, sungai tenang dan kelihatan tak berbahaya ini, membentuk ngarai tertinggi kedua di dunia. Tapi dari Kolasin dan Mojkovac, kota kecil setelahnya, ngarai tersebut tak tampak. Kami putuskan mengikuti aliran Tara, memasuki Taman Nasional Durmitor ke arah Zabljak.
Sungai Tara memotong pegunungan hingga kedalaman 1.300 m. Ngarai tertinggi Eropa ini masuk dalam Taman Nasional Durmitor, salah satu warisan Unesco di Montenegro. Berbeda dengan Ngarai Moraca, di daerah ini kami lebih banyak melewati hutan. Sungai Tara, jauh di bawah sana. Jarang sekali terlihat.
Tiga jam-an perjalanan dari Podgorica, kami sampai di Durdevica Tara, dimana sebuah jembatan tinggi melintas di atas Sungai Tara. Ada tempat parkir luas. Namun sepi pengunjung. Sebuah kantor perusahaan kayak dan rafting juga tampak sepi.
Sungai Tara jauh di bawah. Terlihat sedikit. Orang bisa mengikuti jalan setapak untuk turun hingga ke dasar jembatan setinggi 150 meter ini. Kami hanya memotret dari atas. Membayangkan capeknya jika harus trekking kembali ke atas.
tiap Kali lihat di TV ttg Montenegro yg di perlihatkan yg semenanjung teluk ITU mbak, dimana byk bangunan tua Dan hotel. Setelah baca posting an sampeya, ternyata byk tempat cakep di Montenegro. Sayang, nggak masuk visa scenghen
Lagi-lagi aku tahu tentang ngarai ini awalnya dari postcard. Cakep banget, mirip-mirip andorra gitu kali ya mbak Ira.
pernah mendengar nama montenegro, tapi baru tau kalau banyak ngarai indah disana. luasnya cuma dua kali jakarta? dua kali singapur juga lah ya berarti..
@Zulfa: ho-oh MOntenegro lebih menonjolkan wisata Teluk Kotor karo pantai2ne. Padahal pegunungane yo indah.
@Cek Yan: ckckckckc… kalau aku denger Montenegro pas perang itu. Serbia dan Montenegro…
@ijeverson: Yup, kalau ngarainya saya juga baru tahu ketika mau ke sana.
Wiii jalan berkelok kelok, dibtepi jurang, ada kabut, di tempat baru pula.. Nggak kebayang rasanya ya mba.. Tapi setelah terlewati, puasnya di situ yaaa…
@Ima: biasanya sambil menikmati pemandangan sambil nginetin suami supaya ati2 nyetir..
Ya Allah.. pengen banget ngeliat pemandangan kayak gitu langsung di depan mata…
Luasnya bukan 2x jakarta. Tapi 4x lipat lebih besar dari kabupaten garut.
Kota podgirica saja luasnya sudah 2x lipat jakarta