Topografi Montengero mirip dengan Bosnia-Herzegovina. Alat gps tetap tak berfungsi, kecuali di jalan besar. Tak ada jalan tol, kami naik turun pegunungan. Tebingnya rawan longsor. Bahkan ada di satu tempat kami harus berhenti lama. Sebagian jalan ditutup akibat batuan longsor. Kendaraan melewati jalan darurat tak beraspal. Seram rasanya membayangkan bebatuan besar runtuh ke jalan. Apalagi berkendara dalam gelap seperti ini.
Perjalanan lancar sampai Podgorica. Hostel Izvor, pengianpan kami malam itu terletak di luar ibukota. Ini penginapan termahal dan paling tak nyaman selama perjalanan kali ini. Bau rokok menyengat segera tercium ketika masuk koridor. Di Bosnia dan Montengero orang bebas merokok di mana-mana. Jumlah perokok sangat besar. Agak susah menemukan kawasan bebas rokok.
Kamarnya lumayan besar dan terlihat bersih. Entah darimana datangnya rasa tidak nyaman Emak. Ada colokan listrik terbuka di satu sudut. Kaca kamar mandi terlalu tinggi, demikian pula kain penutup shower. Air jadi muncrat kemana-mana saat mandi. Lagi pula, kami tak boleh menggunakan alat listrik di dalam kamar. Kelaparan akibat sampai kemalaman di sini, kami masak dengan kompor gas khusus kemping. Nasi, mie instan, dan ikan sarden. Cukup mengisi perut-perut kami.
Paginya, kami putuskan untuk menyusuri ngarai-ngarai Montenegro. Apalagi penginapan kami sejajar dengan Ngarai Moraca. Jalan pegunungan di ngarai Moraca menuju Kolasin, banyak diakui orang sebagai salah satu rute terindah di Eropa. Tapi juga yang berbahaya. Owwww, bagaimana kami mau melewatkannya?
Keindahan ngarai bentukan Sungai Moraca bukan isapan jempol. Berkendara mengikuti liukan jalanan pegunungan, seringkali kami terpaksa berhenti untuk merekam keindahan dalam kamera. Lapisan batuan membentuk gunung, air Sungai Moraca yang hijau kebiruan, pepohonan hijau, jembatan gantung di antara dua tebing. Di pagi hari, mentari menerangi bagian atas pegunungan. Sesekali, mobil melewati terowongan-terowongan menerobos kaki guung.
Rute ini menjadi favorit para biker juga. Banyak restoran dan penginapan memasang iklan ‚biker friendly‘. Dengan bersepeda, orang bisa puas menyerap segala keindahannya. Satu hal Emak sayangkan. Sampah bertebaran di tempat-tempat pemberhentian. Tersedia tempat sampah pun tetap saja banyak berserakan.
Jelang Kolasin, kami kaget, ketika keluar sebuah terowongan. Cuaca terang tiba-tiba berkabut pekat. Jarak pandang sangat pendek. Kami berada di sebuah lembah. Tak kelihatan lagi ngarai indah Moraca.
Kolasin adalah kota di dataran tinggi dimana kami bisa bertemu Tara. Sungai yang berhulu di dekat perbatasan Montenegro-Albania, pembentuk ngarai terdalam di dunia setelah Grand Canyon di Amerika, Tara Canyon. Masuk sebentar ke pusat Kolasin, kami diikuti tatapan aneh penduduk lokal. Ngarai Tara belum kelihatan dari Kolasin, kami mengejar ke arah utara, hingga Mojkovac. Ada taman nasional unik, satu hutan purba yang bertahan hingga kini, Biogradska Gora. Kami abaikan demi Tara.
Di Mojkovac, Ngarai Tara belum menampakkan batang hidungnya juga. Aihhhh… hati kami mulai bimbang, mengejar Tara atau balik ke Podgorica. Tanggung sudah dekat, kami melewati Taman pengunungan mengular, menaik dan menurun, menjadikan perjalanan ini terasa sangat lambat. Tara jual mahal. Menghilang di bawah sana. Atau tertutup hutan-hutan rapat. Kata-kata di buku panduan yang mengatakan bahwa ngarai Tara mencapai lebih dari sekilo meter tingginya memotivasi kami.
Hampir tengah hari kami sampai di Jembatan. Tak sespektakuler bayangan, namun cukup mengobati melihat Tara dari ketinggian. Ada tempat parkir luas dekat jembatan setinggi ratusan meter ini. Sebuah kantor tur kano juga sepi. Pasti di musim panas tempat ini ramai. Tara tampak kecil di bawah sana. Untuk menikmati Tara, sepertinya kami mesti turun ke bawah sana. Hingga tampak ketinggian gunung-gunung yang dibelahnya. Melihat turunan terjal ke bawah sana, kami tak berminat. Tak punya cukup waktu juga. Akhirnya balik ke Montenegro lewat jalan pegunungan lain ynag tak kalah spektakuler. Pegunungan yang puncak-puncaknya tertutup salju, beberapa resor ski, dan desa-desa hingga 1535 mdl. Der weg ist das Ziel!!!