Old Town Hostel: Budget Staying in Style in Montenegro

Facade old town hostel KotorBanyak warga Eropa berhasil mempertahankan peninggalan-peninggalan arsitektur mereka. Jembatan kuno, gereja, benteng-benteng, gedung-gedung telah berganti-ganti abad. Namun masih setia berdiri. Sebagian dimiliki oleh pemerintah, institusi, atau keturunan suatu keluarga berabad lamanya. Sebagian gedung berubah fungsi. Kebanyakan jadi museum, rumah makan, penginapan, atau tetap menjadi tempat tinggal. meski tentunya tak semua tetap seperti sedia kala. Tentunya ada modifikasi di sana-sini.

Emak suka gedung-gedung tua. Kalau masuk, kadang membayangkan gimana sih hidup mereka zaman dahulu. Apalagi kastil-kastil yang kayak di negeri dongeng. Banyak loh, yang sudah jadi penginapan eksklusif dan bisa kita sewa atau inapi. Yang eksklusif biasanya masih dimiliki oleh keluarga keturunan ningrat. Bisa makan bersama keluarga ningrat ini. Tidurnya di kamar yang desainnya masih kayak kamar keluarga raja zaman dahulu. Emak pernah menontonnya di sebuah reportase di televisi.

Budget accommodation kotor montenegro
Lobby dan resepsionis

Budget traveler tak perlu berkecil hati. Banyak bangunan-bangunan kuno menjadi penginapan dengan tarif lebih terjangkau. Keluarga pelancong pernah menjajal tidur di bekas kastil, istana dan benteng di Diez an der Lahn, Koblenz, serta Bacharach. Ketiganya sudah berubah fungsi jadi jugendherberge atau youth hostel. Dari luar terlihat kuno. Di dalamnya sudah banyak modifikasi. Sudah ada pemanas ruangan bahkan toilet di masing-masing kamar.

Di kota Kotor, Montenegro, kembali keluarga pelancong berkesempatan menginap di gedung kuno. Di tempat bernama Old Town Hostel. Kotor merupakan kota kecil di bagian dalam Teluk Kotor, di kaki pegunungan Lovcen. Kotanya bercorak abad pertengahan. Dengan gang-gang sempit berundak. Bahkan beberapa gempa bumi tak membuat Kotor menyerah sebagai sebuah kota.

Di dalam tembok dan gerbang-gerbang kota tua, berdiri berbagai konstuksi kuno. Sisa-sisa Byzantium-Romawi, Gothic, dan Renaisans, dalam bentuk katedral, gereja, mau pun istana. Bangunan-bangunan yang tersisa kini berasal dari sekitar abad 12 – 18 masehi. Kebanyakan terbuat dari susunan batu tanpa plester. Baik di luar mau pun di di bagian dalam. Kota tua Kotor juga merupakan kawasan khusus pejalan kaki. Kami bahkan tidak pernah bertemu sepeda atau sepeda motor di dalam kota. Penduduk atau pengunjung kota tua memarkir kendaraannya di luar tembok kota tua. Barang-barang berat dibawa masuk atau keluar dengan menggunakan gerobak atau troli.

Penginapan di Pinggir Kota Tua

Saat pertama kali mengunjungi Montenegro, kami menginap di sebuah villa di Dobrota. Lokasinya agak tinggi di punggung bukit. Pemiliknya mengajak Emak ke balkon di lantai dua di pagi hari. Menunjukkan pemandangan wow Teluk Kotor. Sebuah teluk dikelilingi gunung. Saat ini Dobrota makin ramai. Sebuah hotel berbintang baru telah dibuka.

Interior old town hostel
Di dalam kamar

Kali ini kami menginap di dalam kota tua. Di Old town hostel. Merasakan sensasi menginap di sebuah bangunan kuno. Mobil diparkir di luar tembok. Tak terlalu jauh. Hanya sekitar 5 menit jalan kaki. Letaknya dekat dengan gerbang paling selatan kota tua. Di Bastion Gurdic. Kota tua Kotor memiliki beberapa hostel, hotel, serta apartemen sewaan. Tersebar di seluruh bagian kota. Old town hostel berada di jalan utama, yang jalannya masih relatif datar. Banyak penginapan letaknya di dalam gang-gang sempit dan jalannya naik turun undakan.

Hostel ini terdiri dari dua bangunan tua, east wing dan west wing. Di dalamnya ada beberapa dormitory berisi 5 hingga 12 beds. Ada pula private bed rooms dan apartemen.  Meski dari luar kelihatan kuno, interiornya sudah direnovasi dan moderen. Mulanya kami menunggu di lobby. Lobby-nya ada dua. Satu jadi tempat resepsionis. Satu lagi tempat kongkow dan ngobrol yang asyik. Desain lobby-nya unik punya. Dekorasinya berkesan maritim tempo doeloe. Hampir di tiap meja terdapat hiasan lilin warna-warni. Selain jadi tempat ngobrol, sesekali jadi tempat makan penghuni hostel.

Kamar kami berada di lantai dua east wing. Di dalamnya terdapat 5 bed kayu. Di tengah-tengah berdiri lemari kayu besar. Lantainya kayu. Terang sekali di kamar. Sebab jendelanya ada di dua sisi. Satu sisi menghadap jalanan kota tua, sisi lainnya menghadap ke courtyard. Kamar mandi berada di luar. Kami pakai bersamaan dengan penghuni satu kamar lainnya di lantai tersebut. Meski demikian, kami aku pernah rebutan kamar mandi. Pas mau makai, pasti dalam keadaan kosong. Di lantai dasar, ada dapur kecil lengkap dengan perlengkapan masaknya. Kami pakai bergantian dengan penghuni hostel lainnya. Wifi tersedia dan lumayan kenceng.

Funky staying in Kotor
The courtyard

Penghuni hostel kebanyakan adalah traveler muda dari berbagai belahan dunia. Cowok cewek masing-masing datang membawa keril setidaknya 60 liter. Di belakang gedung, tak jauh dari dapur, adalah sebuah courtyard mini. Di pinggirnya bisa kita temukan bangku dan meja. Tempat ini tempat favorit anak muda ngetem sambil nge-shisha, ngobrol, serta mendengarkan musik. Kipas angin terus bekerja di siang hari. Kami makan di tempat ini setelah masak di dapur. Sambil nguping obrolan para traveler muda. Jika malas masak, di sekitar hostel bisa kita temukan rumah makan mau pun sebuah supermarket mini. Jika ingin ikut tur, tinggal melangkah ke 360Monte, sebuah travel yang menawarkan aneka daytrip ke seluruh Montenegro.

Menginap di penginapan funky ini, Emak berasa kembali jadi traveler muda. Yang masih semangat-semangatnya menjelajah dunia. Yang meski duit terbatas, yang terlalu worry tentangnya, merasakan dunia dalam genggaman. Aihhh, Emak rindu masa-masa seperti itu. Dan dari jendela kamar, Emak sering menengok keluar. Memperhatikan gedung-gedung tua lainnya di sekitar hostel. Membayangkan aktifitas di dalamnya. Atau mengamati turis menjelajah jalanan sempit Kotor. Yang selalu ramai di musim panas, bahkan sampai tengah malam.

6 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: