Pasar Labu Merode

Labu Halloween
Hamparan buah labu

Hari Sabtu Minggu banyak dimanfaatkan orang untuk melakukan hobi atau mengunjungi berbagai acara. Banyak acara berlangsung di akhir minggu. Hari Minggu biasanya lebih ramai. Sebab orang masih suka sibuk berbelanja kebutuhan pokok di hari Sabtu. Hari Minggu toko-toko rata-rata tutup. Sehingga orang bisa menghabiskan waktu di tempat lain.

Akhir minggu lalu, minggu terakhir bulan September, di Merode ada Kürbismarkt. Kalau diterjemahkan bebas berarti pasar labu? Hah, labu? Yup, labu sedang musim banget. Mulia akhir musim panas, sekitar akhir Agustus, dan awal-awal musim gugur atau awal September ini. Di pasaran, dijual bermacam labu. Terutama di supermarket seperti Aldi, Lidl, dan Netto. Dijual per kilo mau pun per buah.

Emak dulu cuma kenal dua macam labu: labu kuning dan labu siam. Labu siyam pun entah, benar masuk kategori buah labu apa bukan. Datang ke Jerman, baru tahu kalau labu itu banyak sekali macamnya. Ada labu untuk dikonsumsi dan labu untuk hiasan saja. Labu untuk dikonsumsi macamnya banyak. Yang Emak kenal speisekürbis yang berbentuk bulat yang permukaannya berlekuk-lekuk. Lainnya adalah labu Hokkaido dan Butternut. Keduanya enak, legit.

Labu untuk dekorasi
Zierkürbis

Labu untuk hiasan disebut dengan zierkürbis. Masa tumbuh zierkürbis antara bulan Juli hingga September. Bisa pula disemai di dalam rumah atau di rumah kaca hangat mulai awal tahun. Pertengahan Mei bisa dipindah ke tanah. Pertengahan Agustus sudah mulai bisa dipanen. Zierkürbis ukurannya kecil. Sekepalan tangan orang dewasa.

Bentuk labu ini lucu-lucu. Gak bulat kayak labu biasa. Ada yang kayak bunga, memanjang seperti ular, mirip topi, hingga mirip UFO. Warnanya pun tidak melulu oranye. Bisa putih, abu-abu, hijau, cokelat, atau semburat campuran beberapa warna. Biasanya orang memajangnya di depan rumah. Atau di taman. Ada juga yang jadi satu dengan karangan bunga.

Tahun ini pasar labu Merode berlangsung tanggal 26 – 27 September. Lokasinya di desa kecil Merode, di mana sebuah istana megah berdiri. Istananya milik sebuah keluarga ningrat dari Belgia. Pasar labunya sendiri menempati areal sebuah perkebunan milik sebuah keluarga.

Kami datang pada hari Minggu. Cuaca cerah. Yang datang berjubel. Mau parkir saja ngantrinya sekitar 15 menitan. Tahun lalu, pasar yang sama dihadiri sekitar 15 ribu orang. Wow banget buat desa seuprit kayak Merode.

Tiket masuk untuk keluarga harganya 12 euro (sekitar Rp. 180.000,-). Tiketnya ini sekalian voucher yang nantinya bisa ditukar dengan aneka buah labu. banyak sekali stan ikut bergabung menyemarakkan acara. Katanya sekitar 50-an. Memajang dan memamerkan jualan dalam tenpa-tenda terbuka. Tak hanya berhubungan dengan labu. Emak perhatikan, banyak stan menjual kerajinan tangan. Seperti keranjang, hiasan dari kain, topi, batu-batu untuk kalung dan batu akik. Pun stan produk-produk makanan. Seperti roti, keju, susu.

Jam makan siang, kami mulai lapar. Sayangnya voucher tersebut tidak bisa ditukar dengan makanan matang. Ya sudah beli satu potong besar roti labu. Rotinya gak manis. Cuma dimakan begitu, agak seret juga menelannya. Kalau mau beli makanan kayak sup dan chips labu, kudu beli kupon dulu. Harga makanannya mahal-mahal pula. *sembunyiin dompet*

Kostum pembuat keju
Pembuat buttermilk cilik

Pasar labu ini punya berbagai macam kegiatan menarik buat anak-anak. Dekat pintu masuk terdapat stan untuk mewarnai labu. Labu kuning ukuran kecil hingga besar diberi pola. Anak-anak tinggal mewarnai pola tersebut. Di stan lain terdapat workshop kreatif dengan kain. Di satu tempat anak-anak kecil berlompatan di atas tumpukan roll jerami. Di sebelahnya, anak-anak mengantri untuk bergantian naik traktor. Gratis. Lalu ada tempat mirip gudang penyimpanan jerami kering. Emak duduk-duduk di jerami kotak. Emak pikir bakal gatal-gatal. Ternyata tidak. Malah empuk dan hangat. Pantas zaman dahulu orang tidur beralaskan jerami.

Adik naik traktor tua yang sudah tidak digunakan lagi. Berfoto bersama Bapak. Lalu Adik sempat pula berfoto dengan mengenakan kostum pembuat buttermilk ala Belanda. Mengenakan celemek lucu, syal merah, dan topi. Celemeknya berwarna dasar pink dan bermotif garis-garis. Seorang pembuat buttermilk mengajari sedikit caranya. Kami cicipi buttermilk. Rasanya seperti minum keju.

Acaranya puncaknya, apalagi kalau bukan pilih-pilih labu buat ditukar dengan voucher. Dua belas euro lumayan banyak kalau dipakai belanja labu. Kami pilih jenis labu yang bisa dikonsumsi saja. Orang-orang banyak memboyong labu halloween ama zierkurbis. Setelah muter beberapa kali, akhirnya mutusin beli Butternut, Hokkaido, labu kecil entah apa jenisnya, serta labu besar berkulit hijau dari Mediterania.

Ketika sedang mengantri diperiksa, eh ada yang ngasih voucher senilai 10 euro. Wuih, ini ajah dah berat rasanya membawa labu pilihan. Akan tetapi, rezeki pantang untuk ditolak. Bapak muter sekali lagi buat milih labu. Nyampe di rumah, siap-siap pesta labu. 🙂

6 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: