Pemakan Nasi

DSCF9448Mukim boleh lama di negeri orang. Tapi soal selera,  masakan Indonesia tetap paling juara. Selain orang tua, kerabat, handai taulan, dan sahabat, makanan Indonesia ini yang sering bikin kami kangen sama tanah air.

Pulang ke tanah air artinya makan nasi tiga kali sehari. Pagi-pagi, selain jajan pasar, kita bisa sekalian mampir ke warung pecel. Kalau di rumah, nasi goreng jadi menu andalan pagi hari. Siang dan malam hari menu lauknya biasanya sama. Malam, kadang balik lagi ke nasi goreng. Di Sumatera, selain nasi, kudu ada sambal juga.

Tinggal di perantauan, porsi makan nasi memang berkurang. Biasanya sekali sehari kami makan nasi. Saat makan malam. Kadang kalau siang lapar berat, makan nasi juga. Walau makannya sehari sekali, tetap saja teman kami yang orang Jerman takjub melihat kami tidak bosan makan nasi. hehehehe.

Orang sini sumber karbohidratnya adalah roti, pasta, dan kentang. Mereka makan nasi paling setahun sekali atau dua kali. Bahkan ada seorang anak Jerman berkomentar, waktu melihat beras bersak-sak dijual di toko Oriental. “Emang ada yang beli beras segitu banyak?” tanyanya. Kami tertawa. Ya kami-kamilah pembelinya.

Mungkin itu ketakjuban yang sama seperti saat Emak melihat mereka memborong sekarung besar kentang. Seberat minimal 10 kg. Emak kalau beli kentang segar paling setahun dua kali. Sekali beli ukuran sekilogram saja.

Buat perantau yang pertama datang ke Jerman atau negara Eropa lainnya, rice cooker adalah salah satu dari sekian barang bawaan wajib. Punya kami sekarang merupakan peninggalan teman yang sudah pulang kampung.

Di rumah, makan nasi tak pernah ada masalah. Beras dijual di mana-mana. Di setiap supermarket ada. Pilihannya macam-macam. Ada milchreis, beras berbulir bulat kecil. Biasanya dimakan sebagai bubur susu. Beras dimasak dengan susu plus gula. Lalu ada juga beras basmati dan beras jasmin. Dijualnya per kilo. Dan harganya terasa mahal buat kami.

Di toko Turki pun banyak dijual beras. Kalau di sini kami beli beras Italia tipe Arborio. Bulirannya bulat agak besar. Mirip beras Jepang. Sifat-sifatnya juga mirip beras Jepang. Bisa dibikin sushi. Paling sering, kami beli beras di Toko Oriental. Sekarung isi minimal 18 kg. Beras jasmin asal Thailand atau Vietnam. Cukup buat paling nggak sebulan.

Kalau sedang melakukan perjalanan ke luar kota dan menginap ini masalah makan agak repot. Maunya kan halal, mengenyangkan, enak, serta murah. Wah, yang kayak gitu hampir mustahil ditemukan di Eropa, khususnya Eropa bagian barat.

Solusinya, ya masak sendiri. Saat perjalanan jauh dan memakan waktu berhari-hari, kami sering bawa lauk kering seperti tempe kering, dan abon. Kadang juga bawa rendang. Beras tak boleh lupa. Masaknya pakai apa? Ya bawa rice cooker, dong!

Untungnya sekarang ada rice cooker praktis khusus buat traveling. Walau ukurannya kecil, nasinya cukup buat kami berempat. Kalau gak cukup ya, dicukup-cukupin aja, deh. Selain masak nasi, rice cooker praktis ini bisa untuk masak yang lain. Misalnya aja masak mie instan. Atau ngerebus telor dan bikin telor mata sapi. Bisa juga dipakai masak pasta serta kentang.

Rice cooker sangat membantu kami di perjalanan. Kami tetap bisa makan nasi. Kenyang, enak, halal dan gak bikin kantong bolong. Oh ya, kalau pergi bawa rice cooker, jangan lupa bawa kabelnya, ya! Ada lho, yang udah berat-berat bawa beras, dan rice cooker, tapi kabelnya kelupaan. hehehehe.

Emang ada yang jual rice cooker di sini? Ada dong! Kalau mau rice cooker kayak di Indonesia, tersedia di Toko Oriental. Di toko jerman pun sesekali ada penawaran rice cooker. Atau Reis kocher dalam bahasa Jerman. Tapi kalau yang rice cooker buat traveling belum ada. Itu Emak beli di Indonesia.

 

 

8 Comments

  • Aku juga belum makan kalau belum makan nasi. Indonesia banget pokoknya :)) Tapi kalo ga nemu nasi, ya tetap makan sih. Berabe kalo nunggu nasi, soale punya maag akut.
    Aku belum pernah nyoba bepergian bawa reise kocher. Suatu saat mau nyoba tipsnya mbak Ira. Biar hemat dan sehat ya mbak 🙂

  • ira

    Kalau liburan di sini, atau ke tempat yang makanan halal susah didapat, lebih afdol kalo bawa rice cooker kayak gini, Mbak Rin. Yang ini bisa masuk dalam backpack juga. Gak berat. 🙂

  • Aaaakkkkkk…ngebayangin backpackeran bawa rice cooker. Seru yak kayane. Hemat bener tuh. Kagak perlu deh usus keriting gegara makan indomie doank 🙂

    Beras di sana sekilo berapa, Mbak? Apa aku jualan beras aja ya haha 😀

  • ira

    Hihihihihi… belum pernah kan kemana-mana nggembol rice cooker? Coba, deh… Kalau aku biasanya ada yg bawain. hehehe. Harga beras mulai 15 rebu sampai 50 rebu per kilo. Kalau yang kumakan sekitar 25-30 rebu per kilo. 🙂

  • Kalau ngetrip ama keluarga memang asyik bawa rice cooker. aku dapat ide gini waktu kakak berangkat haji, dia beli rice cooker kecil . baru tahu kalau ada rice cooker kecil:) Kalau ngetrip sama keluarga di Indonesia udah sering bawa rice cooker. Tapi klo di India, seringnya beli, di India agama Hindu rata2 vegetarian, jadi nggak susah cari makanan Halal.

    Dimanapun nasi berada, nasi selalu dihati 🙂

  • ira

    He-eh aku juga baru tahu kalau ada rice cooker mini kayak gini. Langsung mesen, deh. Cocok banget buat traveling. Berasnya bawa sendiri. Yg penting ada colokan listrik, in shaa Allah bisa makan nasi dimana pun daku berada. 🙂

Leave a Reply

%d bloggers like this: