Pengalaman Naik Maskapai Easyjet Berlin – Larnaca

Pesawat Easyjet di Bandara Internasional Larnaka, Siprus

Selepas pandemi, dan di masa perang Rusia Ukraina ini, terasa sekali kenaikan harga tiket pesawat. Mulai berasa ketika kami hendak mudik ke Indonesia pertengahan 2022. Beruntung waktu itu kami masih mendapatkan tiket seharga di bawah 1000 euro per orang, naik Qatar Airways. Saat Bapak hendak ke Indonesia lagi di ulan September, tak ada tiket di bawah seribu euro per orang. Termurah saat itu 1200 euro. Wihhhh, itu sudah seharga tiket untuk 2 orang pergi pulang ke Indonesia di masa sebelum pandemi.

Untuk perjalanan liburan penghujung tahun 2022, keluarga pelancong pasrah aja. Harga-harga naik, di luar bujet kami. Alhamdulillah dapat tiket harga terjangkau dari Easyjet ke Larnaca, Siprus. Terbangnya dari Berlin. Itung-itung, masih masuk bujet lah. Meski kudu nyetir agak jauh dari rumah. Sebab jarak dari kediaman kami ke Berlin lebih dari 600 km jauhnya. Kami kombinasikan dengan silaturahmi ke rumah kawan. Sebenernya buat numpang nginep semalam sebelum terbang ke Siprus, sih. hehe.

Kami membeli tiket langsung dari situs resmi maskapai Easyjet. Prosesnya seperti proses pembelian tiket pesawat lainnya. Pilih destinasi dan tanggal keberangkatan, masukkan jumlah penumpang, setelahnya bakal terpampang harga dasar tiket. Kita bisa menambahkan service lainnya, seperti menambahkan bagasi, pilih kursi, asuransi, dll. Kalau ndak mau tinggal skip saja. Setelah membayar, kita akan mendapatkan email konfirmasi pembelian serta kode booking tiket.

Pihak maskapai Easyjet beberapa kali mengirimi Emak email. Mengingatkan untuk melakukan check in atau mengingatkan jadwal penerbangan sekitar sehari sebelum keberangkatan. Check in bisa dilakukan sejak 30 hari sebelum take off. Kami tidak memilih tempat duduk sendiri, karena tidak mau membayar biaya tambahan untuk itu. Alhamdulillah, Easyjet memilihkan tempat duduk sederatan buat kami berempat. Baik saat pergi maupun pulangnya.

Salah satu hikmah perjalanan kali ini adalah kami bisa merasakan suasana bandara Willy Brandt, bandara Berlin terbaru berkode BER. Bandara ini sempat bermasalah, dan jadwal pembukaannya mundur selama beberapa tahun. Saat kami di sana pun, masih belum selesai benar. Namun sudah bisa berfungsi sebagai mana mestinya.

Sudah check in daring sebelumnya, sesampai di bandara kami hanya perlu drop bagasi. Di bandara BER sudah tersedia mesin untuk itu. Kami hanya perlu mencetak label panjang untuk disematkan di koper bagasi. Kopernya dipindai di mesin, dan kita mendapatkan cetakan tanda terima. Safety check in alhamdulillah lancar. Meski musim liburan, suasana di bandara masih cair. Relatif cepat urusan ini itu, kami masih sempat ke food court, membeli makanan bekal buat dimakan di pesawat. Ada kedai khusus ikan dan resto Asia. Kami membeli nasi goreng, mie goreng, serta fish & chips, alias kentang plus ikan goreng. Harganya yah harga bandara, alias agak mihil buat kami. Daripada beli di pesawat, pilihannya tentu ndak banyak. Biasanya paling sandwich, sup, atau mie kuah yang harganya pun kurang bersahabat dengan kantong kami.

Baik keberangkatan Berlin – Larnaca maupun Larnaca – Berlin, pesawat Easyjet tumpangan selalu terbang on time. Petugasnya sigap dan helpful. Dari Berlin pesawatnya terbang siang hari, sedangkan balik dari Larnaca ke Berlin, kami terbang di malam hari. Lama penerbangan sekitar 3,5 jam. Dua kali terbang selalu dapat pilot yang lumayan chatty dan informatif. Meng-update hampir setiap hal yang dianggap penting. Perjalanan kami relatif lancar. Sempat beberapa kali melewati daerah turbulensi ketika kami terbang dari Berlin ke Larnaca.

Emak sedang enak-enak bobo waktu itu, ketika tiba-tiba merasa pesawat bergoyang lumayan hebat. Pak pilot memerintahkan semua kembali ke tempat duduk, memasang sabuk pengaman, termasuk para pramugari. Hingga suasana kembali tenang. Seorang Mbak yang duduk sederetan dengan Emak tetiba berteriak dan menangis tersedu-sedu. Penumpang lain yang mendengar pengen melakukan sesuatu tapi bingung. Pas mencet tombol memanggil pramugari, langsung dijawab Pak Pilot, bahwa situasi belum memungkinkan untuk menjawab panggilan tersbut dan meminta untuk bersabar.

Si Mbak masih menangis. Emak pun bingung mau ngapain. Duduk kami pun tidak bersebelahan, melainkan terpisah oleh seorang lelaki muda. Emak duduk di dekat gang, Mbaknya dekat jendela pesawat. Rupanya lelaki muda tersebut lebih sigap. Pelan-pelan ia meminta si Mbak mengambil nafas dan melepaskannya pelan-pelan. Si Mbak agak tenang meski masih diselingi menangis saat pesawat bergetar lebih kencang. Katanya, dia memang agak takut naik pesawat, dan segera panik jika mendengar pilot memerintahkan pramugari ikutan siaga, tanda situasi agak gawat.

Mas-mas muda itu kemudian mengajak si Mbak ngobrol-ngobrol intensif, mangalihkan perhatian. Karena kami sederetan, Emak bisa mendengar sebagian besar percakapan bahasa Inggris mereka. Si Mbak half-German, bahasa Inggrisnya bagus. Si Mas half-British, tentu bahasa Inggrisnya bahasa Ibu. Si Emak half Jowo, ngerti dikit boso Inggris. Lama-lama, yang diomongin hal lumayan pribadi, bercerita mantan pacar, resto favorit, dsb. Pas pesawat melewati kembali melewati wilayah turbulensi, si Mbak dengan sopan nanya, “Kamu bisa pegang tangan aku, gak?” Aihhhhh. Tentu dituruti sama Mas-nya. Demikian pula pas pesawat mau mendarat dan Mbak-nya bilang nervous, langsung gandengan tangan. Sebelum berpisah, udah tukeran nomor WA. Tukang ngupingnya kepo banget, yaks.

Oh ya, seorang pramugara sempat menemui si Mbak, menanyakan apa yang terjadi. Membagikan kata-kata menenangkan. Beberapa pramugari-pramugara Easyjet usianya terlihat lumayan sepuh. Mungkin hampir 60-an tahun. Baru kali itu Emak melihat pramugari pramugara pesawat setua mereka. Meski demikian mereka masih sangat sigap bertugas selama penerbangan.

Alhamdulillah penerbangan balik dari Larnaca ke Berlin aman sentosa. Sempat sekali agak goyang, tapi Pak Pilot ndak sampai memerintahkan para pramugari siap siaga.

2 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: