Pengalaman Pertama Naik AirAsia

AirAsia di LCCT, Kuala Lumpur
Pesawat Air Asia

Cerita mengenai murahnya tarif maskapai penerbangan ini telah sampai ke telinga keluarga pelancong sejak lama sekali. Kami merasa, dia telah menjadi fenomena tersendiri di Indonesia dan Asia. Apalagi sejak kebijaksanaan fiskal berubah, memungkinkan orang bebas darinya. Menambah kemungkinan serta menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung ke negara-negara tetangga di sekitar Indonesia. Harga tiketnya pun sangat murah ketika ada promo. Hanya dengan Rp. 149 ribu sekali jalan, seseorang sudah bisa terbang menuju Malaysia atau Singapura. Jauh lebih murah dibanding tiket kereta api atau bus eksekutif Surabaya – Jakarta. Jadi, sesuai prinsip AirAsia, hampir semua bisa merasakan terbang dengan pesawat di masa sekarang ini. 

Saat merencanakan perjalanan mudik beberapa bulan lalu, sebenarnya kami tak terlalu berniat menggunakan maskapai ini. Ketika itu, kami hanya mencari harga tiket termurah dari Pekanbaru menuju Surabaya. Karena tanggal keberangkatan adalah hari terakhir liburan anak sekolah, tentu saja harga tiket Pekanbaru – Surabaya via Jakarta menjadi sangat mahal. Banyak orang kembali dari liburan mereka. Harga tiket untuk kami berempat bernilai lebih dari Rp. 3,5 juta.

Emak akhirnya mencoba mengecek harga tiket Pekanbaru – Surabaya via Kuala Lumpur. Satu setengah bulan menjelang keberangkatan, mereka menawarkan tarif 2,5 juta-an termasuk ongkos bagasi 45 kilogram. Jauh lebih murah dibanding terbang lewat Jakarta. Kami tak jua segera membelinya. baru sebulan sebelum hari berangkat, kami mengecek harga lagi. Setengah tak percaya, harganya bukannya naik, malah turun banyak. Di jam yang sama dengan pilihan kami sebelumnya, tarif penerbangan pilihan kami merosot hingga sekitar Rp. 1,9 juta saja. Setengah bersorak, kami pun segera melakukan pembelian melalui internet. Untunglah mereka menerima pembayaran dengan kartu kredit. Alhamdulillah bisa kami dapatkan tiket murah sekaligus kesempatan berjalan-jelan sejenak di ibukota Malaysia.

Check in di Pekanbaru, kami hanya punya waktu satu setengah jam-an sebelum pesawat menuju Kuala Lumpur lepas landas. Tak menimbang berat dua koper bawaan, barang kami ternyata kelebihan 9 kilo. Tak punya cukup waktu untuk membongkar koper dan memindahkannya sebagian di tas kabin, dengan berat hati, kami bayar kelebihannya sebesar Rp. 45 ribu per kilogramnya. Sebuah pelajaran berharga bagi kami. Bahwa lebih baik memesan bagasi lebih saat membeli tiket melalui internet. Dari pada membayar harga kelebihan bagasi yang jumlahnya lebih tiga kali lipat harga pemesanan per internet.

Syukurlah pesawat tinggal landas tepat waktu. Interior pesawat kondisinya tak jauh berbeda dengan pesawat-pesawat murah di Eropa. Empat puluh lima menit penerbangan Pekanbaru – Kuala Lumpur terasa sangat singkat. Kami pun disambut hawa panas di bandara LCCT Kuala Lumpur. Bandara ini katanya dibangun sebagai tempat mangkal maskapai-maskapai penerbangan murah dari dan menuju Kuala Lumpur. Bandaranya sangat besar. Pesawat-pesawat milik AirAsia, Malaysia Airlines, Tiger, berderet-deret disana. Jarak antara tempat turunnya penumpang dan stasiun kedatangan cukup jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Suasana menjelang keberangkatan menuju Surabaya lebih ruwet. Meski di layar pengumuman di depan area check in terpampang nomor loket untuk penerbangan menuju Surabaya, di dalam area kenyataan berkata lain. Di semua loket yang buka tertulis All Indonesian Destination. Calon penumpang bebas memilih loket. Ratusan atau bahkan ribuah penumpang sudah mengantri di depan loket-loket tersebut. Awalnya kami memilih loket nomor 3. Namun kemudian, disuruh pindah oleh seorang petugas, sebab loket itu digunakan untuk check ini pesawat jurusan Palembang yang akan segera berangkat.

Menggerutu, kami pun pindah ke loket lain di belakang puluhan calon penumpang lain. Sistem ini menurut kami kurang bagus. Hanya sedkit loket buka untuk semua pesawat tujuan Indonesia. Antrian calon penumpang mengular, sehingga kami sempat cemas, bakal naik pesawat tepat waktu. Waktu keberangkatan tersisa satu jam saja. Tak sedikit calon penumpang menjadi tak sabar sehingga sempat meneriaki petugas. Tak lama kemudian, petugas memanggil para calon penumpang tujuan Denpasar dan Jakarta ke loket khusus. Pesawat mereka tinggal landas setengah jam kemudian. Namun banyak sekali yang belum check in. Puluhan berlarian menuju loket dimaksud.

Setengah jam sebelum berangkat, kami sampai di gerbang boarding. Tempat ini merupakan ruang tunggu luas dengan gerbang boarding berupa pintu-pintu bernomor. Saat pintu T7 dibuka, banyak penumpang menuju Surabaya mengantri. Layar monitor memang menujukkan kata Surabaya, namun rupanya kami kembali kecele. Penumpang tujuan Makassar lebih dulu berangkat. Beberapa yang terlambat diomeli oleh petugas. Menurut Bapak, hal ini tampaknya bukan kesalahan para calon penumpang semata. Sistem check in terapan AirAsia tak cocok bagi para penumpang yang suka masuk di menit-menit terakhir. Para calon penumpang harus check in paling tidak 3 jam sebelum tinggal landas agar tak terburu-buru.

Pesawat arah Surabaya terlihat baru interiornya. Tempat duduknya terlihat lebih nyaman. Perjalanan nyaris tiga jam berlalu dengan lancar. Syukurlah pengalaman pertama dan kedua kami menggunakan maskapai ini menyenangkan.

10 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: