Kemegahan Istanbul sungguh menggugah perasaan. Kota dua benua dimana orient dan okzident bertemu ini menyumbang berton-ton memori cantik bagi keluarga pelancong.
Dia kota destinasi wisata lengkap. Mau wisata kuliner silakan, wisata religi tinggal pilih masjid megah mana mau disambangi, wisata sejarah tinggal pilih mau Byzantium, Turki Utsmani atau Turki modern. Pemandangan alamnya tak kalah menarik. Terutama di sekitar Bosphorus. Atau wisata arsitektur barangkali? Mengapa tidak? Teman saya yang arsitek mengatakan bahwa Istanbul adalah salah satu kota impiannya untuk menikmati kejayaan arsitektur masa silam.
Sebelum berangkat ke Turki, Emak sudah membayangkan akan menulis artikel yang berhubungan dengan arsitektur Istanbul. Yang terbayang saat itu adalah tentang Mimar Sinan Koca, arsitek terbaik Turki Utsmani yang dijuluki Michaelangelo-nya dunia Islam. Emak sudha mencatat beberapa karya Sinan yang masih bertahan di kota metropolitan ini. Sayangnya di sana waktu tak mencukupi. Materi untuk menuliskan artikel tersebut kurang.
Emak pun menimbang, apa yang juga cocok dituliskan. Tentang masjid-masjid Istanbul-kah? Jumlahnya ribuan, yang kami sempat kunjungi ada belasan. Arsiteknya dari berbagai generasi dan sultan. Tapi kok, kurang sreg di hati. Benang merahnya terlalu tipis.
Melihat-lihat foto, Emak perhatikan, kami telah mengunjungi beberapa obyek peninggalan Byzantium. Banyak sekali tidak. Cukuplah sebagai bahan tulisan. Ayasofia, Ayasodia kecil, tembok Byzantium, Hippodrom, Museum Mozaik adalah sebagian di antaranya. Hasilnya, Emak kirimkan ke Tabloid Rumah. Kurang percaya diri Emak waktu mengirimkan. Syukurlah dimuat di Rubrik Arsitektur di edisi 274. Mbak Ellys yang mengabari Emak tadi pagi. Alhamdulillah.
mak Ira..aku mimpi deh bisa kesini….beneran sampe masuk list tempat yang akan kukunjungi suatu saat nanti…hehehe #ngarepbanget
Iya, Mbak. Nggak akan nyesel kalau ke sini. Benar2 cantik, bersejarah. Ini juga kami merencanakan ke sini sudah sejak bertahun lalu. Alhamdulillah akhirnya kesampaian. Semoga Mbak Siti juga kemari, ya. In shaa Allah.
Kalau saya sudah cukup dengan membaca kisah2 nya mba Ira saja, mimpi aja gak berani ngabayangin bisa bepergian ke luar negeri
Saya dulu sedari kecil mimpi ke luar negeri. In shaa Allah ada jalannya kalau ada kemauan kuat.